When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Setelah 3 hari 2 malam di Solo, akhirnya tiba saatnya Farhan bersama dengan Karina dan Syifa untuk pulang. Selama di Solo, mereka melakukan banyak hal. Mulai dari Farhan yang mengajak Karina naik sepeda keliling desa, Karina yang membantu Ibu Farhan menyiapkan sibuk mengurus tahlilan, dan lain sebagainya. Di perjalanan pulang, Farhan tak sengaja melihat sebuah warung kecil yang menjual bensin dan aneka jajanan ringan. Penjual dalam warung tersebut adalah nenek tua yang rambutnya sudah memutih serta kaki yang tak bisa berjalan dengan sempurna. Nenek tersebut menggunakan tongkat untuk membantu jalannya. “Kenapa berhenti disini bang?” tanya Syifa. “Beli bensin,” jawab Farhan singkat. “Kok beli bensin disini sih bang? Kenapa gak jalan terus aja siapa tahu ada SPBU,” ucap Syifa. “Iya Far.