PROLOG : My Mysterious Man
Setiap malam, seorang yang paginya berprofesi sebagai asisten direktur utama ini akan berubah menjadi orang lain. Pakaian serba hitam, identitas aslinya yang dilucuti dan bergerak dalam malam yang sunyi.
Penglihatannya yang tajam membuatnya bisa melihat gerak-gerik mangsa yang harus bertanggung jawab atas kesalahan yang mereka lakukan. Menggantinya dengan imbalan untuk tinggal dalam jeruji besi yang lamanya disesuaikan dengan kejahatan mereka.
Keringat dinginnya mengalir melewati dahi karena rasa gugup dan takut yang bercampur untuk memacu adrenalinnya. Sepi dan senyap yang memeluknya kala malam justru membuat pergerakannya lebih mudah. Dia terbang seperti elang, menusuk layaknya pisau tajam dan berlari secepat Cheetah. Hanya alat komunikasi di telinganya yang membuatnya tersadar kalau dia sedang menjalankan perintah dan tidak bertindak sendirian demi keselamatannya.
Kali ini sambil menghela napas, dia mengamati keadaan di sekitarnya.
“Saya akan masuk lewat balkon.” Pria ini memberitahukan dulu langkahnya pada rekan dan atasannya.
Setelah itu dia menggapai balkon lantai dua dengan sedikit melompati pagarnya. Dengan hati-hati kemudian melihat keadaan dengan mengintip ke dalam dan ternyata sepi juga tidak ada orang. Ini merupakan kesempatan baginya untuk masuk. Dengan beberapa peralatan yang dia bawa, cukup mudah membobol jendela kaca yang terkunci, meski harus ekstra hati-hati dengan suara yang ditimbulkannya.
“Akhirnya....” Pria ini menghela napas ketika berhasil masuk ke dalam rumah itu.
Ternyata balkon tempat dia menyusup tadi terhubung dengan sebuah kamar yang masih tampak rapi, seolah belum digunakan sebelumnya. Dia tidak menyia-nyiakan begitu saja dan menyisir kamar ini terlebih dahulu untuk menemukan bukti lain yang berguna. Tapi ternyata nihil, sebab ruangan ini benar-benar kosong.
Namun dari kamar ini, dia dapat mendengar suara ramai orang-orang yang sedang berbicara dan sepertinya sedang berpesta juga. Dirinya perlahan membuka pintu kamar ini lalu melihat ternyata ada lebih dari 10 orang laki-laki di lantai satu dan ditambah beberapa wanita yang sepertinya menjadi penghibur di sana. Pria ini segera merekam keadaan dan mengirimkannya kepada atasannya.
“Cari tahu lebih banyak!” titah sang atasan setelah melihat hasil rekaman yang dikirimkan.
“Dimengerti. Saya akan menyisir keadaan.” Pria ini menyahut dengan suara pelan namun tetap tegas.
Pria ini membuka lebih lebar lagi pintu kamar tempat dia bersembunyi, lalu merangkak dengan cepat keluar dari kamar karena dengan cara ini dia tidak terlihat oleh orang-orang yang ada di lantai satu. Lantai dua rumah ini berbentuk melengkung dengan tangga berada di sisi kiri, tapi tidak ada seorang pun yang ada di lantai dua. Atau mungkin dirinya salah, karena tiba-tiba saja seseorang keluar dari salah satu kamar di lantai dua paling dekat dengan tangga. Orang itu membawa Bong atau yang lebih dikenal dengan alat penghisap sabu. Dirinya yang takut ketahuan pun segera menyembunyikan dirinya di balik pot bunga besar yang tetap tidak bisa menyembunyikan seluruh tubuhnya, tapi setidaknya tidak mencolok.
Tidak lupa tangan pria ini segera mendokumentasikan seseorang itu untuk bukti, bahwa sepertinya akan ada pesta narkoba di rumah ini. Karena alat yang dibawa bukan hanya satu tapi 3 sekaligus. Yang membuat dirinya cukup terkejut juga adalah seseorang itu termasuk anggota dewan yang cukup sering tampil di muka publik. Bukti foto itu segera Yudit kirimkan pada atasannya sebelum kemudian dia mendapat perintah lagi.
“Terus awasi, pengintai sudah bersiap di tempatnya dan tim peringkus sudah berada di dekat lokasi villa.”
“Dimengerti.”
.
/// My Mysterious Man | Gorjesso ///
.
“Kamu punya luka lagi,” cetus Danita.
Sejenak Danita menarik napas dan menghelanya sebelum melanjutkan melepaskan kemeja Yudit dia harus bisa mengontrol emosinya. Setelah kemeja itu tanggal, Danita kembali menemukan luka yang sudah dijahit di lengan pria itu, tentu masih dalam kondisi baru.
“Baguslah, kali ini kamu ke rumah sakit dulu sebelum pulang,” kata Danita lalu tersenyum.
Senyum yang justru menimbulkan pertanyaan di benak Yudit, tapi dia tidak akan mengatakannya.
“Sekarang kamu bersihin diri kamu dan aku akan siapin kamu makanan,” kata Danita lagi seolah kemarahan yang timbul di matanya tadi tidak pernah terjadi.
Hanya keheningan yang menyelimuti Danita dan Yudit saat mereka sedang menikmati makan malam di jam 23.00. Sangat terlambat untuk bisa dikatakan makan malam dan Yudit yang kini menatap Danita marah.
“Lain kali jangan menungguku pulang,” ucap Yudit setelah menandaskan sup ayam yang dimasak oleh Danita. “Makan lebih dulu,” tambahnya.
Danita lantas mendengus, dia menoleh pada Yudit sehingga kini mereka bertatapan. “Oke, aku juga nggak akan pernah nungguin kamu lagi,” kata Danita dengan nada tajam.
Saat itu mereka saling bertatapan, menyelami batin masing-masing yang tidak bisa terbaca. Padahal Dania sangat penasaran, akan bagaimana hubungan mereka berlanjut setelah ini. Sebab pria di hadapannya ini terlalu misterius, dia tidak tahu apapun soal Yudit selain profesinya sebagai direktur utama dan tubuhnya yang penuh luka.
“Aku nggak akan nunggu lagi, kalau itu yang kamu mau.”
.
/// My Mysterious Man | Gorjesso ///
.
.