"Woi, Ren, apo cerito? Lah lamo idak bekabar kini.” Aku terdiam. Memejamkan mata rapat-rapat. Mengeratkan genggaman pada tarikan koper. Tenang, Wa. Jangan takut. Tak pernah berpergian sendiri ke luar kota, bukan alasan untuk menjadi takut. Ini masih Indonesia. Masih Bumi Pertiwi. Masih satu bangsa. Satu Bahasa. Ya, ya. Walaupun bahasa yang mereka gunakan itu sama sekali tak kupahami, paling tidak, jika aku menyapanya menggunakan bahasa nasional mereka pasti paham. Pasti. "Ambo kini kuliah di Jakarta. Main lah ke tempek ambo, Ren." Aku menggelengkan kepala kuat-kuat. Mengabaikan dua pemuda yang saling berbincang sambil terus berjalan. Sementara aku masih diam di tempat. Ah, aku harus mulai mencari tahu tempat tinggal Gala lewat internet---mampus to the jungle! Bodoh, Awa! Gala tingga