"Mama mau bikin apa? Oh sup ceker? Awa bantuin cuci ya." "Udah dicuci." Aku melirik sekitaran, berharap menemukan sesuatu yang bisa kulakukan. Biasanya, aku dan Mama akan menjadi partner yang hebat. Biasanya. "Nasinya belum kan? Awa yang masak ya?" "Udah mateng kok." Mama masih sibuk memasukkan bumbu-bumbu. "Tadi udah masak." "Ohiya. Tanaman Mama pasti belum disiram, kan? Awa si---" "Aliqa lagi nyiramin. Kamu tunggu di sofa aja, nanti Kalingga telepon, kamu nggak denger." Aku menepuk d**a beberapa kali, mendongak demi menghalau air mata. Wa, Mama cuma belum memahami bagaimana Kalingga. Jangan sakit hati, Wa. Dia hanya ingin yang terbaik untuk anaknya, menurut definisinya. Mengembuskan napas berkali-kali, aku memilih bersandar di dinding, memandangi Mama.... wait, kenapa mata M