20 - Wanna Hold You

1183 Words
“Tapi, kurasa aku pernah melihatnya. Dimana ya ?” Kazu berusaha mengingat-ingat. “Kau tidak sadar ? Kau ‘kan yang mengenalkannya padaku. Dia junior kita di SMA dulu.” jawab Yoshiki. “Ah, benar ! Pantas saja aku pernah melihat rambut merahnya itu !” Kazu menepuk keningnya.             “Kau ini sungguh beruntung, Yoshiki. Bisa dapat tunangan cantik dan baik seperti Mika itu. Aku sampai iri padamu.” kata Kazu lagi. Yoshiki diam saja mendengarnya.             Mereka masih mengobrol selama beberapa saat hingga akhirnya Kazu pamit pulang. Yoshiki melangkah ke atas menuju kamarnya tapi sedetik kemudian matanya terfokus pada Mika yang sudah tertidur pulas di sofa tempat tidurnya.             Tanpa Yoshiki sadari, kakinya berubah haluan menuju gadis itu. Yoshiki duduk di tepi sofa dan tatapannya tidak lepas dari Mika sama sekali.             Kalau sedang tidur begini, Mika manis sekali... batin Yoshiki tanpa menyembunyikan senyuman dan rona merah di wajahnya. Ia tersipu saat melihat gadis itu dan jantungnya kembali berdegup kencang. Tatapannya dari wajah Mika berubah menjadi tertuju pada bibir Mika yang sangat mengundangnya. Entah kenapa ia ingin mengecup bibir itu sekali lagi dan perasaan aneh itu kembali menggelayutinya.             Perlahan-lahan, Yoshiki menunduk ke arah Mika dan mengecup bibir gadis itu lembut seakan tidak ingin membangunkannya. Dengan tersipu, ia menggumam, “Selamat tidur, Mika...”             Yoshiki langsung beranjak dari sana dan masuk ke kamarnya. Jantungnya berdegup kencang sekali dan lelaki itu kembali bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa yang terjadi denganku ???                                                                                   ***               “Umm, Mika ? Kau belum tidur ?” tanya Yoshiki saat melihat jam telah menunjukkan pukul 10 malam.             Mika yang sedang mengambil selimut untuknya pun menoleh ke arah Yoshiki. “Ah, sebentar lagi aku tidur. Ada apa Kimura-kun ?” “Ah, tidak. Tidak apa-apa. Aku hanya heran saja karena kau biasanya sudah tidur jam segini.” jawab Yoshiki sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan mengambil buku secara terburu-buru.             Pria itu bukan hendak ingin membaca malam-malam. Ia sebenarnya sedang menunggu gadis itu tertidur sebelum melakukan kebiasaan barunya lagi.             Ya, tanpa terasa Yoshiki sering mencium Mika setiap malam secara diam-diam. Ia akan menunggu Mika sampai tertidur, barulah ia mencuri ciuman dari gadis itu. Hal itu bahkan sudah berlanjut hingga sebulan lebih.             Tidak hanya memiliki kebiasaan baru, sikap Yoshiki bahkan berubah total. Ia sering tersenyum pada gadis itu dan tatapan matanya selalu melembut setiap kali melihat Mika. Yoshiki bahkan sudah terbiasa merasakan debaran yang muncul setiap kali berada di dekat Mika.             Hari sabtu itu, Yoshiki tiba-tiba mendapat undangan reuni SMA untuk angkatannya. “Mika, besok malam aku ada reuni SMA. Tidak perlu membuatkan makan malam untukku ya.” pesan Yoshiki sebelum tidur. “Ah, ya. Baiklah.” jawab Mika.             Acara reuni itu diselenggarakan malam hari di aula SMA mereka. Saat Yoshiki datang, para gadis-gadis yang masih mengidolakannya langsung mengerumuninya dan berteriak histeris saat melihatnya. Tentu saja hal ini membuat Yoshiki tidak senang. Ia tidak suka dengan keributan. “Oi, Yoshiki ! Kau datang juga.” sapa Kazu hingga membuat Yoshiki menoleh. “Kenapa kau pakai itu ?” Yoshiki malah terfokus pada lencana yang ada di d**a Kazu. “Aku panitia reuni ini. Oh ya, Mika mana ? Dia tidak ikut ?” tanya Kazu melihat ke belakang Yoshiki untuk mencari Mika. “Tidak. Dia di rumah.” jawab Yoshiki sambil menggertakkan giginya karena kesal para gadis mulai mengerumuninya lagi setelah ia berhasil membebaskan diri tadi.             Kazu hanya menyeringai ke arahnya dan diam-diam ia mengeluarkan ponselnya. Ia menghubungi telepon rumah Yoshiki dan sudah menebak Mika-lah yang akan mengangkat teleponnya. “Halo ? Ini Mika ?” tanya Kazu dengan suara agak berbisik. “Ya. Ini dengan siapa ?” balas Mika dari seberang. “Aku Kazu. Masih ingat ‘kan ?” Kazu tersenyum riang. “Oh ya, ada apa ? Apa kau mencari Kimura-kun ? Dia sedang pergi reuni SMA.” jawab Mika langsung.             “Ah, tidak tidak. Aku mencarimu. Aku tahu Yoshiki di reuni karena aku bersamanya sekarang. Begini Mika, bisakah kau datang ke SMA sekarang ? Yoshiki terluka karena tergelincir hingga kakinya terkilir. Aku tidak bisa membawanya pulang karena masih harus mengurus acara reuni ini. Dia nampaknya kesakitan sekali.” tipu Kazu. Ia sengaja membuat suaranya sepanik-panik mungkin. “Apa ??? Kimura-kun terluka ??? Baiklah ! Aku ke sana sekarang juga ! Dimana dia ?” tanya Mika dengan panik. “Ada di gudang sekolah. Soalnya dia tidak suka berisik. Dia bilang akan menunggumu di sana saja.” jawab Kazu. “Ah, aku mengerti. Baiklah, terima kasih sudah memberitahuku, Kazu.” Mika memutuskan teleponnya dan langsung bergegas berangkat.             Setelah menelepon Mika, Kazu dengan tersenyum puas menghampiri Yoshiki. Ia langsung kembali memasang ekspresi serius. “Ah, Yoshiki. Bisakah kau tolong aku untuk mengambil beberapa kursi di gudang ? Nampaknya kursinya tidak cukup.” kata Kazu dengan memelas dan ia berpura-pura sedang sibuk. “Baiklah. Kebetulan aku sedang ingin melarikan diri dari burung-burung cerewet itu.” jawab Yoshiki cepat dan ia langsung keluar dari aula.             Sesampainya Yoshiki di gudang, ia agak kesulitan mencari kursi karena gelap dan dipenuhi oleh banyak barang. Ia baru saja hendak mulai mencari saat tiba-tiba ada siluet bayangan di belakangnya. Seseorang datang ke arah gudang dan Yoshiki bisa mendengar suara langkah kakinya. “Kimura-kun ? Kau di sini ?” panggil Mika karena ia sulit melihat dalam kegelapan gudang itu. Napasnya terengah-engah karena terburu-buru datang kesana.             Yoshiki terkejut saat mendengar suara Mika. Ia langsung berbalik dan bisa melihat gadis itu berdiri di depan pintu gudang. “Mika ! Kenapa kau ada di sini ???” tanyanya heran. “Aku dengar kau terkilir... jadi aku diminta Kazu untuk datang menjemputmu. Apa kau bisa berjalan ?” Mika masuk ke dalam gudang untuk menghampiri Yoshiki.             Saat Mika baru saja melangkahkan kakinya, tiba-tiba pintu gudang langsung tertutup dan terdengar bunyi kunci yang diputar dari luar. Yoshiki dan Mika terperangkap di dalam gudang itu sementara Kazu terkikik di luar sana dan langsung meninggalkan mereka berdua. “Eehh ??? Ada apa ini ???” Yoshiki yang terkejut karena pintu menutup pun langsung berusaha membuka pintu gudang itu. Ia menggedor-gedor beberapa kali tapi nampaknya pintu itu memang dikunci dari luar. “Ahh ! Sialan si Kazu !” gerutu Yoshiki sambil memukul pintu gudang.             “Anoo... Kimura-kun ? Kau bisa berjalan ? Kau tidak terkilir ?” tanya Mika dengan takut-takut setelah melihat Yoshiki yang berjalan melewatinya menuju pintu tadi.             Yoshiki pun berbalik menghadap Mika dan menghampirinya. “Hahh... kau ditipu Kazu, Mika... aku sama sekali tidak terkilir. Dia hanya memancingmu ke sini.” jelas Yoshiki sambil menepuk kecil kepala Mika. “Eehh ??? Kenapa begitu ???” kaget Mika luar biasa. “Entahlah...” jawab Yoshiki pelan.             Hanya ada jendela kecil di gudang yang bisa membuat sinar rembulan sedikit menerangi tempat itu. Tapi, tetap saja cukup gelap dan mereka berdua hanya bisa berdiri sambil berdiam diri karena takut menyenggol apapun di kegelapan yang bisa menyebabkan mereka terluka.             Keheningan yang cukup lama terjadi hingga tiba-tiba Yoshiki merasa ada sesuatu yang membuat lengan bajunya tertarik. Pria itu menoleh dan tertegun saat melihat Mika memegang lengannya.             Mika yang takut dengan kegelapan tanpa sengaja memegang lengan Yoshiki karena ia merapat padanya. Tangannya gemetaran karena ketakutan.             Saat Yoshiki menoleh ke arahnya, Mika baru menyadari tindakannya dan langsung melepaskan pegangannya. “Ah ! Maafkan aku, Kimura-kun ! Aku tak sengaja memegangmu...! I-itu... soalnya aku... takut gelap...” kata Mika cepat sambil menunduk meminta maaf.             Yoshiki tidak berkata apa-apa tapi ia tiba-tiba menarik Mika dan memeluknya. Yoshiki nampaknya tidak peduli pada apapun lagi selain keinginannya untuk memeluk Mika. Wajahnya tersipu dan jantungnya berdetak kencang.             “Tidak apa-apa... tidak perlu takut, karena aku bersamamu...” ujar Yoshiki lirih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD