Wajah Mika semakin merona apalagi Yoshiki menggenggam tangannya perlahan agar ia tidak beranjak dari sana. Jantungnya berdegup sangat kencang dan tanpa sadar Mika menahan napas karena gugup.
“Tunggu sebentar, Kimura-kun !” seru Mika tiba-tiba sambil menahan tubuh Yoshiki untuk mendekat lagi. Jarak antara mereka hanya 3 cm saja.
“Ada apa, Mika ?” heran Yoshiki.
“A... anoo... bisakah Kimura-kun... k-kau melakukannya dengan sedikit lembut...? Yang tadi sakit sekali...” gumam Mika sambil menunduk malu.
Memang karena paksaan Yoshiki tadi, Mika meringis kesakitan. Untung saja bibirnya tidak lecet.
Yoshiki tertegun mendengarnya dan ia tersenyum samar.
“Aku mengerti. Aku akan pelan-pelan saja agar tidak menyakitimu...”
Yoshiki menengadahkan wajah Mika ke arahnya hingga mau tak mau gadis itu menatap langsung pada mata cokelat di hadapannya. Jantungnya berdegup kencang dan ia bisa merasakan napas Yoshiki di wajahnya. Tanpa Mika sadari, ia perlahan memejamkan mata saat Yoshiki mendekatinya.
Yoshiki mencium lembut bibir gadis itu dan melumatnya perlahan. Jantung Mika benar-benar hampir melompat keluar karena kali ini Yoshiki melakukannya dengan sangat hati-hati. Sementara jantung Yoshiki juga berdegup kencang karena ini baru pertama kalinya ia mencium seorang gadis untuk pengobatannya jika selama ini ia selalu menggunakan manekin khususnya.
Yoshiki terus melumat pelan bibir Mika hingga gadis itu bisa merasakan panas dari napasnya. Dengan sedikit kaku, Mika membalas ciuman itu hingga bibir mereka berpagutan. Yoshiki sedikit tertegun karena hal ini berbeda dengan yang biasa dilakukannya dengan manekinnya. Manekin itu tidak bisa membalas ciumannya dan saat Mika menggerakkan bibirnya, jantung Yoshiki berdetak lebih cepat. Sensasinya terasa sangat berbeda dan membuatnya ingin lebih merasakannya.
Yoshiki mulai membatin, lembut sekali bibirnya... membuatku tidak ingin melepaskannya begitu saja...
Biasanya kulit manekin Yoshiki selalu dingin dan sedikit keras hingga ia menggunakannya hanya sebagai obat saja. Tapi, bibir Mika terasa hangat dan lembut hingga membuatnya benar-benar tidak ingin melepaskan bibirnya dari gadis itu.
Sementara Mika juga membatin bahwa ciuman Yoshiki benar-benar berbeda kali ini, lebih berperasaan.
Tiba-tiba, Mika melepaskan bibirnya dari Yoshiki dan berpaling darinya. Lelaki itu bingung dan memberikan tatapan bertanya pada Mika.
“Ini sudah larut malam. Kimura-kun sedang tidak sehat... lebih baik cepat istirahat agar kau cepat sembuh...” kata Mika pelan sebelum Yoshiki sempat bertanya.
Dengan tatapan kecewa, Yoshiki mengangguk pasrah. Ia sebenarnya belum rela melepaskan bibir Mika yang sangat lembut itu. Tapi, ia akhirnya menurut dengan merebahkan diri kembali untuk beristirahat. Yoshiki bahkan sedikit mengutuki dirinya yang sempat lupa diri saat mencium Mika.
Secara mendadak, Mika menunduk ke arahnya dan mencium bibir Yoshiki yang langsung membuat pria itu tertegun seketika.
“Maaf kalau aku lancang melakukannya. Tapi, akan lebih baik jika Kimura-kun bisa sambil beristirahat. Aku berharap Kimura-kun bisa segera sembuh...” senyumnya dalam jarak yang sangat dekat dengan Yoshiki hingga tanpa Yoshiki sadari, jantungnya berdegup kencang mendengarnya.
Sebelum Yoshiki sempat mengatakan apapun, Mika menunduk untuk kembali menciumnya hingga secara refleks Yoshiki langsung membalasnya. Bahkan tangan kanan Yoshiki memeluk pinggang Mika agar lebih merapat padanya. Ia menahan tengkuk Mika dengan tangan kirinya perlahan seakan tidak ingin melepaskan gadis itu dari dekapannya. Ia bahkan tidak protes ketika Mika harus meletakkan kedua tangannya di d**a pria itu untuk menyangga tubuhnya. Mika tidak bisa menghentikan debaran jantungnya yang terasa sangat manis di telinganya.
Mika terus mencium Yoshiki hingga pria itu tertidur pulas dan tidak membalas pagutannya kembali. Pelukannya merenggang dan Mika tersenyum memandang wajah pria yang dicintainya itu.
“Cepatlah sembuh... dan aku mencintaimu, Kimura-kun...” bisik Mika dengan wajah merona merah. Ia menunduk kembali dan mengecup bibir pria itu dengan keberaniannya. Kecupan yang sangat tulus dari dalam hatinya.
***
Matahari mulai bersinar dan Yoshiki menggeliat bangun. Ia merasa dirinya sangat sehat dan segar sekali. Pria itu menoleh dan menemukan Mika tertidur di kursi semalaman karena menjaganya.
Pasti tidak nyaman tidur di kursi seperti itu semalaman... pikir Yoshiki dan ia langsung beranjak ke arah Mika. Digendongnya gadis itu yang tetap terlelap dan Yoshiki membaringkannya di ranjang miliknya.
Yoshiki menatap tidurnya yang sangat nyenyak dan lagi-lagi perasaan aneh menyelimuti dirinya. Ia langsung menggeleng dan beranjak menuju kamar mandi.
Tidak berapa lama kemudian, Mika terbangun dan mengerang pelan. Ia tertegun dan terkejut saat menyadari ia tidur di ranjang Yoshiki. Dengan cepat, Mika langsung beranjak duduk sambil melihat sekeliling tapi ia tidak menemukan Yoshiki.
“Oh, kau sudah bangun, Mika ?” tegur Yoshiki yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya.
Mata Mika langsung membesar saat melihatnya dan ia berlutut segera sambil menunduk. “Ah ! Maafkan aku, Kimura-kun ! Aku sudah lancang tidur di ranjangmu ini !” Mika terlihat sangat bersalah.
“Aku yang memindahkanmu ke sana.” jawab Yoshiki sederhana. Mika langsung mendongak memandangnya dengan terkejut.
“Pinggangmu pasti pegal sekali tidur sambil duduk semalaman seperti itu. Dan jangan minta maaf terus. Kau sering sekali bilang ‘lancang’, memangnya aku ini raja ???” Yoshiki mendengus sambil duduk di tepi ranjang.
Mika hanya menunduk malu dan dengan kikuk ia bertanya, “Apa kau sudah sembuh, Kimura-kun ?”
Yoshiki menaikkan sebelah alisnya dan menyandarkan tubuhnya ke belakang untuk menatap Mika.
“Ya, aku sudah sembuh. Terima kasih sudah merawatku semalam, Mika.” ia tersenyum tulus pada gadis itu.
Mika tertegun melihat senyuman itu. Senyuman yang sudah lama tidak dilihatnya langsung membuat wajahnya merona kembali dan jantungnya berdegup kencang. Secara tiba-tiba, Mika menunduk untuk menyembunyikan rona wajahnya.
“Ada apa ?” Yoshiki bingung melihat sikap Mika seperti itu.
“I... itu... baru kali ini Kimura-kun tersenyum lagi padaku...” jawabnya dengan suara kecil. Ia benar-benar merasa sangat gembira hingga kesulitan untuk mengeluarkan kata-kata.
Yoshiki tertegun mendengarnya dan ia tersipu seketika. Sedetik kemudian Yoshiki beranjak dari duduknya dan ia menepuk pelan kepala Mika.
Mika benar-benar tidak bisa berkata-kata karena ia sangat bahagia melihat Yoshiki tidak mengacuhkannya. Ia mengangkat wajahnya dan melihat Yoshiki berjalan mengambil gelas yang ada di samping tempat tidurnya. Pria itu langsung menenggak air yang ada di dalamnya hingga membuat mata Mika membelalak seketika.
“Kimura-kun ! Itu gelasku !” teriaknya hingga mengejutkan Yoshiki.
Dalam hati Mika ia mulai membatin, ini namanya ciuman tidak langsung !!! Wajahnya langsung merah padam hanya karena memikirkan hal itu saja.
Yoshiki menoleh ke arahnya dan diam sesaat. Tiba-tiba ia menyeringai ke arah Mika.
“Ada apa ? Apa kau berpikir ini ciuman tidak langsung ?” tebaknya.
“A-ah... tidak ! tidak ! Aku tidak berpikir seperti itu !” balas Mika berdusta.
“Aku yakin kau berpikir seperti itu. Kalau tidak, kenapa kau langsung teriak saat aku minum dari gelasmu ?” godanya lagi. Wajah Mika semakin merah padam.
“Daripada ciuman tidak langsung, lebih baik yang langsung saja.” Yoshiki tersenyum kembali dan mendekati Mika yang terkejut mendengarnya.
Yoshiki naik ke ranjangnya dan mulai merangkak mendekati Mika. Kedua tangannya mengurung gadis itu agar tidak bisa lari kemanapun. Wajahnya mulai mendekati gadis itu.
Dia pasti hanya ingin menggodaku saja ! Pasti hanya ingin mempermainkanku saja ! batin Mika berusaha menenangkan dirinya. Jantungnya sudah berlomba-lomba berdetak kencang.
Sementara itu, Yoshiki sebenarnya serius ingin mencium Mika kembali. Ia masih terngiang akan kelembutan bibir gadis itu. Tatapan matanya bahkan terfokus pada bibir Mika yang ranum.
“Ne, Mika... katakan padaku kau sudah sering berciuman ya ?” tanya Yoshiki pelan tanpa melepas pandangannya dari bibir Mika. Mika terkejut mendengarnya dan membelalak.
“Tidak ! Aku belum pernah melakukannya !” bantahnya cepat.
“Tapi, kenapa kau pandai sekali melakukannya ?” balas Yoshiki menggodanya. Wajah Mika memerah mendengarnya.
“Aku memang belum pernah melakukannya... kau yang pertama...” jawabnya dengan wajah yang sangat panas. Mika tanpa sadar menunduk namun Yoshiki langsung menengadahkan wajahnya kembali. Pria itu tertegun mendengar jawabannya dan ia sedikit merasa bersalah karena ia mengambil ciuman pertama gadis itu. Apa itu dihitung ciuman ? Aku hanya menganggapnya obat saja... pikir Yoshiki dan ia segera menepiskan pikirannya karena ia kembali berkonsentrasi pada bibir Mika yang menggodanya.
Saat jarak antara bibir mereka hampir dekat, tiba-tiba pintu menjeblak terbuka hingga mengagetkan mereka berdua. Ibu Yoshiki datang menjenguknya.
“Yoshiki, kau sakit ya ? Eh...? Aduh, maaf ya ibu mengganggu waktu kalian.” ibu Yoshiki terkejut saat melihat posisi Yoshiki yang sedang mendekati Mika seperti itu. Ia langsung menyeringai dan menutup pintunya kembali.
Mika langsung menghela napas lega dan tubuhnya melemas seketika. Yoshiki melepaskan kurungan tubuhnya dari Mika dan berbalik meninggalkannya.
“Ah, sial ! Padahal sedikit lagi...” gerutu Yoshiki sambil berjalan keluar dari kamarnya.
Mika langsung tertegun mendengarnya. Sedikit lagi ??? Berarti dia tadi benar-benar serius mau menciumku ???
Wajah Mika langsung merah padam dan terasa panas sekali. Ia tidak tahu bagaimana caranya menenangkan hatinya yang sudah diluluh lantakkan pria itu.