18 - Heartbeats

1127 Words
            Kecewa ? Kenapa Kimura-kun kecewa ? pertanyaan itu muncul di benak Mika dan ia ingin sekali menanyakannya. Tapi, bibirnya tidak mengeluarkan sepatah katapun dan ia hanya diam mendengarkan Yoshiki.             “Kau gadis yang baik. Dan waktu itu aku sebenarnya cukup senang padamu. Kau polos dan berbeda dengan gadis-gadis lain... tapi, mungkin karena banyaknya wanita yang menyatakan perasaannya padaku, aku jadi menganggapmu sama. Lebih tepatnya aku menduga kau mendekatiku dengan sengaja.” lanjut Yoshiki jujur.             Mata Mika membesar mendengarnya dan secara spontan ia langsung menjawab, “Aku memang benar-benar tidak mengenalmu saat bertemu di perpustakaan pertama kali !”             Yoshiki akhirnya menoleh karena terkejut dengan jawaban Mika. Tapi, gadis itu memandangnya dengan sungguh-sungguh. Ia memang tidak berbohong sama sekali. “Aku memang tahu kau populer, tapi sejujurnya aku bahkan tidak tertarik padamu sama sekali saat semua teman-temanku heboh membicarakanmu... kau kelihatan sangat dingin...” Mika kembali menunduk dan ia memandang genangan air di depannya. Wajahnya tersipu dan jantungnya terus saja berdebar kencang.             “Tapi, saat aku mengenalmu... kau tidak sedingin yang kubayangkan... kau bahkan tersenyum padaku dan aku masih bisa mengingat senyum tulus yang kau berikan waktu itu...” Mika memejamkan mata dan ia tersenyum mengingat kenangan yang tidak bisa dilupakannya itu.             Deg !             Jantung Yoshiki tiba-tiba berdebar mendengar Mika mengatakan hal itu dan ia tersipu melihat Mika yang masih memejamkan mata seakan sedang mengulang kejadian itu.             SPLASH !             Sebuah mobil melaju kencang dan membuat genangan air di jalan itu memercik ke arah mereka. Dengan cepat, Yoshiki menarik Mika ke pelukannya hingga gadis itu tidak terkena cipratan air. “Hampir saja...” gumam Yoshiki sambil menghela napas.             Mika tertegun dan wajahnya merah padam. Ia berada dalam pelukan Yoshiki dan pria itu masih belum melepaskannya. Yoshiki masih sibuk melihat arah perginya mobil yang melaju kencang itu.             Beberapa detik kemudian, Yoshiki baru menyadari tindakannya dan ia segera melepaskan Mika. Jantungnya berdegup kencang dan entah kenapa rona merah mulai muncul di wajahnya.             Keduanya bahkan berubah menjadi sangat canggung dan tidak ada lagi yang berbicara selama perjalanan pulang itu.             Sesampainya di rumah, Yoshiki langsung naik kembali ke kamarnya tanpa mengatakan apa-apa. Ia menghempaskan dirinya di ranjang dan memejamkan mata memikirkan apa yang terjadi di antara mereka tadi.             Entah kenapa tiba-tiba Yoshiki merasa lega di dalam hatinya. Tanpa sadar ia tersenyum sendiri sambil menutup matanya dengan lengan. Ia merasa senang saat mengetahui bahwa Mika memang bukan sengaja mendekatinya dulu. Gadis itu masih tetap menjadi gadis yang berbeda dengan gadis-gadis lainnya.                                                                                             ***             Setelah kejadian itu, sikap Yoshiki perlahan-lahan sedikit membaik terhadap Mika. Ia tidak lagi mencuekkan  gadis itu setiap kali di sapa dan ia lebih sering berada di rumah saat akhir pekan.             Pagi itu, Yoshiki baru turun dari kamarnya dan ia langsung melangkah menuju ruang makan. Pria itu duduk di meja makan sambil mengancing lengan kemejanya.             “Sarapan apa pagi ini, Mika ?” tanyanya tanpa basa-basi.             Mika terkejut mendengarnya dan menoleh segera ke arah Yoshiki dengan mata membelalak. Tomat yang dipegangnya sampai jatuh menggelinding di lantai. Ia tertegun cukup lama karena mengira salah mendengar kata-kata pria itu.             Yoshiki menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan alis terangkat, “Ada apa ?” herannya. “A-ano... bukannya biasanya Kimura-kun tidak pernah mau... sarapan...?” suara Mika mengecil karena sedikit takut.             Yoshiki tertegun mendengarnya dan mereka saling bertatapan selama beberapa detik. Pria itu menyadari tindakannya dan ia memang sengaja melakukannya. Ia sudah berpikir ia tidak ingin menghindari Mika lagi. “Jadi ? Aku tidak boleh sarapan hari ini ? Kalau begitu, tidak masalah. Aku berangkat kerja saja.” Yoshiki langsung beranjak dari kursinya hingga Mika terkejut melihatnya. “Eeehh !!! Tunggu sebentar, Kimura-kun ! Tentu saja akan kubuatkan !” kata Mika cepat dan ia berusaha menahan pria itu untuk beranjak dari kursinya.             Mata Mika berbinar-binar menatap Yoshiki dan ia tersenyum lebar. Senyum yang sangat manis karena ia begitu gembira.             “Dengan senang hati...” senyumnya riang ke arah Yoshiki.             Yoshiki tertegun saat melihat senyuman gadis itu yang dirasanya sangat manis. Tanpa disadarinya, pipinya sedikit merona. Matanya bahkan terus memperhatikan sosok Mika yang langsung memasak sambil bersenandung riang.             Mika menyajikan sarapan untuk Yoshiki dengan tersenyum tanpa henti. Ia bahkan bisa sarapan bersama dengan Yoshiki walaupun mereka tidak berbicara dan hatinya benar-benar hampir melonjak gembira.             Saat Yoshiki akan berangkat kerja, Mika bahkan mengantarnya ke depan pintu dengan sangat bersemangat.             “Hati-hati di jalan ya, Kimura-kun !” Mika melambai gembira dan terus tersenyum lebar. Mau tak mau Yoshiki tersipu melihatnya bersemangat seperti itu.             Pria itu mengangguk dan dengan kikuk ia mengatakan, “Un... aku berangkat...”             Jantung Yoshiki benar-benar berdegup kencang saat ia mengatakan hal itu. Entah kenapa ia jadi membayangkan jika Mika menjadi istrinya kelak, gadis itu pasti akan selalu menyambutnya dengan senyuman. Hanya dengan membayangkan hal itu saja, wajah Yoshiki berubah menjadi merah padam dan ia mengetuk kepalanya berkali-kali pada stir mobil karena malu. Apa yang kupikirkan sih ???                                                                                                   ***               Yoshiki tidak lembur malam ini. Ia tetap menolak ajakan Kazu untuk kesekian kalinya. Entah kenapa ia ingin pulang ke rumah dan melihat Mika. Yoshiki bahkan merasa malu pada dirinya sendiri yang sibuk memikirkan gadis itu.             Saat ia memberhentikan mobilnya di garasi, Mika mendengar kedatangannya dan dengan segera menunggunya di depan pintu. Yoshiki membuka pintu dengan tenang dan ia terkejut saat melihat Mika berdiri di depannya dengan senyum lebar.             “Selamat datang, Kimura-kun !” sapanya dengan riang.             Wajah Yoshiki langsung memerah melihat sambutan yang diterimanya ini. Hatinya entah kenapa merasa senang ada yang menyambutnya di rumah karena biasanya ia selalu sendirian di rumah itu. Yoshiki menunduk untuk menyembunyikan rona wajahnya yang masih memerah. “Un... aku pulang...” jawabnya dengan suara kecil.             Pria itu benar-benar tidak bisa menyembunyikan debaran jantung yang dirasakannya. Mika tidak menyadari perubahan rona wajah Yoshiki sama sekali dan dengan riang ia mengulurkan tangannya untuk meminta tas Yoshiki yang tertegun melihatnya. “Biar aku bantu meletakkannya. Kimura-kun lebih baik mandi dulu. Aku akan segera menyiapkan makan malam.” kata Mika tersenyum.             Yoshiki memberikan tasnya dengan canggung dan masih sambil berdebar-debar ia melakukan apa yang Mika suruh. Pria itu merasa senang dimanjakan seperti itu oleh Mika.             Sepanjang makan malam mereka, Yoshiki berkali-kali mencuri pandang ke arahnya. Ia tidak tahu kenapa ia ingin menatap Mika yang tidak menyadari tindakannya itu.             Bahkan hingga mereka selesai makan malam, Yoshiki tidak langsung masuk ke kamarnya. Ia duduk di ruang tamu sambil menyalakan televisi. Walaupun siaran olahraga yang disukainya sedang ditampilkan, tapi mata Yoshiki tidak terfokus pada siaran itu sama sekali. Ia malah sibuk melihat Mika yang asyik membersihkan piring makan malam mereka.             Hanya dengan melihat punggung Mika saja, jantung Yoshiki berdebar tidak karuan dan ia harus menarik napas panjang berkali-kali untuk meredakan perasaan aneh di hatinya.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD