PROLOG
Duduk ditemani secangkir kopi espresso yang rasanya sudah bisa ditebak sepahit apa. Secangkir kecil jenis kopi itu belum juga tandas Naya minum. Karena usai melakukan layanan kamar untuk memesan kopi itu, wanita ini kemudian terdiam di beranda kamar hotelnya yang menyajikan pemandangan langsung mengarah ke laut lepas.
Ponsel yang saat ini merupakan gaya hidup manusia modern dimana ponsel tidak akan pernah terlepas dari genggaman tangan, saat ini Naya lupakan. Dia mematikan benda pintar itu untuk menyembunyikan di mana dirinya berada saat ini.
Kabur dari prosesi pernikahannya yang sudah dinyatakan batal, berlarian di jalanan guna mencari taksi masih dengan gaun pengantin putihnya yang berat dan indah, dia mencapai apartemennya dan segera melepas gaun yang mulai saat itu menjadi mimpi buruknya. Dia berganti dengan kaos dan segera mengemasi apa pun barang yang sekiranya dia butuhkan untuk kedepannya.
Dan tibalah dia di Spanyol., tanpa rencana, tanpa sebuah wacana bahwa dalam pelariannya dia akan sampai ke balahan bumi lain, untuk menghindar dari sakit hati dan pengkhianatan yang dilakukan oleh seorang laki-laki yang berniat menikahinya.
Gundah yang mengganggu pikirannya membuat dirinya terus merasa resah bahkan dalam tidurnya. Naya sudah menghabiskan waktu untuk menangis kemarin, matanya masih jelas sembab dan kelopak matanya menghitam. Dia tidak tidur tentu saja karena mimpi pun terasa sangat mengerikan untuknya. Dimana hatinya juga ikut terasa sakit. Dan saat ini terasa luluh lantak sudah karena hancur untuk kedua kalinya.
Setidaknya sekarang Naya merasa sedikit aman. Dia hanya ingin sendiri, menuntaskan rasa sakit hatinya dan merenungi semua yang terjadi dalam kurun waktu beberapa hari ini.