Bab 8 Memendam amarah

1112 Words
Malam itu Daniel terlihat begitu tidak senang dan sangat marah, namun ia tidak bisa mengatakannya pada siapa-siapa, hingga satu jam perjalanannya menuju ke rumah, disana ia sudah di sambut mamanya yang tengah khawatir karena ponsel sang putra tidak bisa di hubungi, yang harusnya putra keduanya itu sudah sampai ke rumah sebelum malam. "Sayang...astaga...kenapa kamu kusut dan acak-acakan seperti ini...kamu dari mana saja? kamu kemana saja? apa yang terjadi padamu nak?" ucap mama yang terlihat khawatir disana. Daniel langsung saja menghampiri mamanya dan menyunggingkan senyumannya pada mama yang ia sayangi itu, tidak lupa ia pun memeluknya, meskipun Daniel teelihat kejam dan sadis diluar, namun ia begitu hangat dengan keluarganya. Seolah tidak terjadi apa-apa, dan ia paling pintar ketika menyembunyikan sesuatu dari mamanya itu. "Mama...aku nggak apa-apa kok, cuma lelah saja, papah sama kakak sudah pulang?" tanya Daniel pada mamanya itu yang seakan mencoba mengalihkan perhatian dari mamanya. "Iya...mereka ada di dalam, sedang ngobrol...kenapa mama hubungi tidak bisa nak?" tanya mama lagi pada sang putra. Sembari mengajak Daniel masuk kedalam rumah. "Maaf mama, ponsel aku kehabisan batrei mah...apa mama khawatir?" tanya Daniel pada mamanya, sembari mengalungkan tangannya ke lengan sang mama dengan manjanya. "Mama kira kamu kenapa-napa nak...yasudah...kamu ganti baju dulu ya, bersihkan badannya yang bau keringat ini, mama mau siapkan makan malam untuk kamu dulu, karena semua sudah pada makan malam." Ucap mama yang mendapat anggukan oleh putranya itu. Mama lalu menuju ke arah dapur, dan Daniel akan menuju tangga naik yang menghubungkan lantai satu ke lantai dua rumahnya. Dengan langkah gontai Daniel menaiki anak tangga menuju ke kamarnya, dan saat ia sudah naik ke lantai dua, sayup-sayup Daniel mendengar suara orang berbincang di balkon, dan saat itu Daniel sudah tahu bahwa itu adalah papah dan juga kakaknya. Segera saja Daniel berjalan menuju ke arah keduanya, namun tiba-tiba langkah kakinya terhenti dibalik pintu saat mendengar percakapan keduanya disana. "Danu...apakah kamu masih belum bisa menerima gadis yang papa pilihkan? kenapa nak? bukankah sudah waktunya untukmu memikirkan keluargamu sendiri? dan apakah kamu sudah memiliki kekasih? atau seorang gadis yang kamu sukai? bilang sama papa..." ucap papa yang berbicara pada Danu Ezra, putra pertama keluarga Ezra. "Pah...sengaja Danu tidak mencari seseorang yang tidak di takdirkan dengan Danu pah...karena Danu masih menunggu jodoh Danu datang, aku pikir...jika ia ada di dunia ini, pasti ia akan berusha mencari Danu, meski Danu tahu, pencarian Danu selama ini tidak ada hasilnya, tapi aku masih menungguinya pah...aku tidak ingin membuka hati untuk yang lain dulu, aku tidak ingin saat ia datang nanti, aku malah dengan yang lain, aku tidak ingin pah..." ucap Danu menerangkan pada papanya, sembari di tangannya terlihat sebuah gelang yang baru ia pakai, sengaja ia menyimpannya dan baru ia keluarkan karena Danu begitu sayang pada gelang antik peninggalan kakeknya itu. Danu khawatir jika sampai gelang itu akan rusak atau hilang nantinya jika sampai ia pakai, namun...jika ia sembunyikan pun tidak ada gunanya, ia malah khawatir jika gadis yang tengah di katakan oleh almarhum kakeknya tidak bisa menemukannya atau mengenalinya saat tanpa memakai gelang itu. "Apa sih yang mereka berdua obrolkan? kenapa aku tidak tahu apa yang keduanya maksudkan itu?" ucap Daniel dalam hatinya, namun saat itu Daniel tidak memikirkan apapun. Ia lalu memutuskan untuk menuju ke arah keduanya dan menemui papa serta kakaknya. "Pah...kak...ngobrolnya asik ya?" ucap Daniel pada kedua orang itu. Dan sekilas ia melihat pergelangan tangan sang kakak disana yang memakai gelang. "Baru pulang nak?" tanya papa pada putra keduanya. "Iya pah...capek mau ke kamar dulu ya, mandi...lengket semua ini badan..." ucap Daniel pada kedua orang tersebut. Yang lalu akan beranjak pergi dari sana. "Eh tunggu Daniel...kamu darimana? kenapa pakaian kamu terlihat acak-acakan tidak karuan begini sih?" tanya Danu pada adiknya itu, dan Daniel hanya tertawa menanggapinya. "Tadi habis ngajak pak supir duel kak...mau tahu saja kehebatan pak supirnya papa." Ucap Daniel dengan candanya. Lalu pergi dari hadapan keduanya begitu saja. "Dasar cewek resek! awas kau kalau ketemu lagi...aku habisin!" gerutu Daniel saat sudah melangkah pergi, bayangan gadis yang ia tolong tiba-tiba terlintas di otaknya. "Cepat ganti baju, lalu sini kumpul sama-sama." Ucap papa pada Daniel yang hanya di balas dengan satu lambaian tangan dari Daniel. Lelaki itu terus saja berjalan tanpa menoleh ke arah papa dan juga kakaknya. Daniel pun lalu masuk ke ruang kamarnya, kamar yang di d******i dengan warna abu-abu dan putih itu adalah warna kesukaan Daniel, ia lalu melempar jas yang sedari tadi ia bawa, yang mengalung di pergelangan tangannya, Daniel melemparkan jas itu ke sofa yang ada di dalam kamarnya, dengan segera membuka kancing bajunya satu persatu, dan menarik dasinya yang sudah tidak beraturan dari luar kerah kemejanya, Semua ia lepas dan di masukan kedalam tempat pakaian kotor yang ada di sana. Lelaki itu pun lalu menuju ke almari pakaian dan mulai membuka pintu almarinya, satu tangannya terulur dan mengambil satu stel pakaian santai yang ada disana, lalu membawanya masuk kedalam kamar mandi. Hingga beberapa saat lamanya, Daniel baru keluar dari kamar mandi, dengan rambut yang masih basah, ia mengusap-usapnya dengan handuk bersih. Tatapannya tertuju pada ponsel yang tergeletak di atas ranjang, ponsel itu tengah menyala disana, dan tandanya ada seseorang yang tengah menghubunginya, Daniel pikir itu adalah Liora, kekasihnya yang baru ia pacari beberapa hari. Daniel pun segera mengambil ponsel tersebut, dan mengangkatnya, ia menatap pada layar ponselnya, ternyata itu adalah teman baiknya, dan juga rekan kerjanya yang bekerja di perusahaan papanya sebagai manager. "Halo Aldo ada apa?" tanya Daniel saat ia baru mengangkat panggilan itu. "Bro...kamu kenapa diam saja tadi saat aku sapa? dasar ya emag! kalau sudah kencan saja lupa sama sahabatnya!" ucap Aldo dengan dengusan kesalnya yang memang tidak ia buat-buat. Seketika itu pula Daniel pun punya pikiran yang tidak-tidak. "Oh...kamu baru ketemu aku ya? sama siapa?" ucap tanya Daniel yang mencoba memancing sahabatnya itu untuk melanjutkan kata-katanya. "Sama siapa lagi...Liora lah...masak kamu lupa jalan sama siapa? baru saja nih aku lihat nya, atau...aku yang salah lihat? tadi bukan kamu? atau bukan Liora?" tanya Aldo yang keheranan sendiri dengan perkataannya. "Oke deh bro...gini ya, aku minta tolong sama kamu, tolong videoin atau fotoin lah Liora sekarang, biar kamu tahu, itu aku atau buaya yang lain." Ucap Daniel yang sudah merasa geram karenannya. "Oke, oke aku videoin, bentar ya..." ucap Aldo yang lalu menyudahi panggilannya. Aldo pun segera mencari keberadaan Liora yang tadi memang lewat di depan mobilnya, namun lelaki yang tengah melingkarkan tangannya ke pinggang gadis itu tidak kelihatan wajahnya. Aldo pikir itu adalah Daniel, karena setahu Aldo, Liora tengah kencan dengan sahabatnya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD