Perlu beberapa saat untukku membuat laporan yang berlanjut dengan berbagai hal untuk melengkapinya, sampai akhirnya matahari sudah tenggelam saat akhirnya kami kembali ke Kamp. Rasanya sangat lelah hingga aku tidak memiliki tenaga lagi untuk bergerak. Saka yang berada di balik kemudi hanya mengusap rambutku dengan lembut karena aku berulangkali mengeluh seluruh wajahku terasa nyeri. Aku terdiam, meringkuk dibalik kursi dengan nyaman persis seperti kucing menikmati usapannya. “Capek?” Aku mengangguk pelan. “Capek banget ngadepin mantanmu yang gila. Aku nggak tahu apa yang salah di otaknya sampai-sampai dia nggak mau lepasin kamu. Berulangkali aku mesti denger kalau kamu nggak akan biarin dia tersiksa di penjara.” Salah satu alasan kenapa aku begitu lelah adalah aku harus mendengarkan ha