“Clayton ngomong apa lagi?” Begitu Saka masuk kembali ke baraknya, dengan cepat aku menyerbunya dengan pelukan, aroma tembakau menguar begitu kental di tubuhnya dan itu membuatku mual, aku ingin menegurnya tapi wajah kusut Saka membuatku mengurungkan kecerewetanku pasal tembakau. Jika Saka sudah menyentuh rokoknya sudah pasti dia berada di level stress yang berbeda, mengenalnya nyaris seumur hidup membuatku paham kebiasaannya. “Clayton mau bunuh aku tapi aku ngelarang dia buat ikut campur terlalu jauh, dia cukup tahu jika aku sampai berlutut di bawah kakimu demi sebuah maaf dan justru itu buat kamu makin ilfeel!” Dengan ketus Saka menjawab, tidak dia tidak ketus kepadaku, tapi dia merajuk karena ingatannya akan aku yang mengacuhkannya, tapi tolonglah, aku nyaris lupa perihal tersebut t