Episode 12 : Christopher

1448 Words
Suasana di sekitar area balap liar sudah dipenuhi muda-mudi berpenampilan ‘amburadul’, di mata Bubu. Bubu sampai risi melihatnya, meski pandangannya harus menelisik setiap penghuni di sana, dikarenakan ia harus menemukan Chen secepatnya.  Di antara suara riuh sorak sorai, peluit, berikut geberan knalpot motor yang berpadu menjadi satu, kedua mata Bubu belum menemukan Chen. Baik itu di sekitar area, atau area balap yang sudah mulai dimasuki oleh pembalapnya. Bubu tidak menemukan motor Chen ada di sana. Atau, Bubu hanya salah informasi? Mumu salah memberinya informasi? Atau, memang ada kemungkinan lain sejenis Chen yang sudah mengetahui keberadaan Bubu kemudian memilih bersembunyi demi menghindari Bubu? Atau justru, sesuatu yang fatal telah menimpa Chen? Bagaimana jika Chen dikeroyok lagi, bahkan lebih? Bubu bergegas dari tepi area balap liar yang semakin dipadati penghuni, bahkan beberapa di antaranya sampai ada yang berusaha menahan Bubu. Iya, beberapa wanita muda di sana tak segan menahan tangan, lengan, atau kaus panjang warna abu-abu bagian punggung yang Bubu pakai. Mereka tak segan mengatakan ketertarikan mereka terhadap Bubu. “Christopher …?” “Malam ini juga, kamu harus mengalahkan Chen.” “Pastikan juga Chen datang setelah apa yang terjadi, karena aku enggak yakin, dia baik-baik saja apalagi kaki kanannya.” Obrolan dari belakang dan baru saja Bubu tinggalkan, langsung mengusik, mematahkan langkah Bubu. Bubu langsung balik badan, memastikan apa yang terjadi.  Beberapa pemuda mengiringi langkah seorang pemuda bertubuh tinggi terbilang jangkung, yang mengenakan jaket kulit warna cokelat. Dari segi penampilannya, Bubu yakin pemuda bernama Christopher dan memiliki garis wajah chinese mencolok itu merupakan salah satu dari pembalap yang akan bertanding. Apalagi setelah itu, Christopher yang berbicaranya masih berlogat kaku, kurang fasih berbahasa Indonesia juga sampai diladeni dalam mengenakan sarung tangan kulit oleh dua orang gadis yang menyertai. “Katakan kepadaku, di mana, Chen?” tanya Bubu tepat ketika rombongan Christopher nyaris berlalu dari hadapannya. Mereka yang jumlahnya ada delapan orang berikut dengan Christopher, langsung tak jadi melangkah. Mereka kompak menatap Bubu penuh tanya. Beberapa saat kemudian, bersama kepergian Bubu, pandangan Christopher juga terus mengikuti. “Apakah hanya perasaanku? Kenapa aku merasa dia mirip Chen?” ujar Christopher. “Tapi dia jauh lebih keren. Beda sama Chen, ganteng-ganteng songong. Selalu enggak nyambung kalau diajak ngobrol!” keluh gadis bertubuh semampai dan membiarkan sebagian d**a berikut perutnya terlihat, meski ia mengenakan jaket levis. Ia yang mengenakan celana levis sepaha dan berdiri di sebelah kanan Christopher, sengaja bersedekap sambil melepas kepergian Bubu. Gadis yang berdiri di sebelah kiri Christopher mendadak tertawa geli diikuti pula oleh pemuda-pemuda di sekitar mereka. “Bukannya Chen songong apalagi enggak nyambung, Chen gitu karena dia sudah kasih kamu sinyal penolakan!” ucap si gadis yang berdiri di sebelah kiri Christopher. “Maksud kamu apa bilang gitu? Dari dulu sampai sekarang, enggak ada satu pria pun yang berani nolak aku!” omel Julliete, gadis yang berdiri di sebelah kanan Christopher. Tanggapan orang-orang di sana masih sama. Semuanya masih menertawakan Julliete. Tampak jelas jika mereka memang meragukan Julliete. Lain halnya dengan Christopher yang masih saja diam tenggelam dengan pemikirannya, di tengah pandangannya yang masih tertuju kepada kepergian Bubu di ujung seberang sana. “Kalian ini, bener-bener, ya?” bentak Julliete makin meradang. “Lihat baik-baik, Jul! Di depan sana … itu di ujung sana, tuh cuma duaan, Chen enggak sendiri. Karena malam ini, dia ditemani cewek! Dan asal kamu tahu, cewek itu berbeda! Cewek itu pakai hijab!” balas Tamita, gadis yang berdiri di sebelah kiri Christopher dan sukses membuat yang lain menatap Julliete dengan tatapan prihatin di tengah senyum mereka. “Cewek berhijab? Jadi, selera Chen yang berhijab-berhijab? Atau … Chen sengaja bawa tuh cewek buat bahan taruhan karena dia sadar, malam ini, dia akan kalah lagi?” pikir Christopher yang menjadi tersenyum sarkastis. Ada rencana besar yang seketika ingin langsung ia lakukan seiring ia yang langsung melenggang cepat. Mengenai Chen, juga gadis berhijab yang menyertai kedatangan Chen malam ini. *** Di balik batang pohon besar yang menjulang tinggi, Bubu langsung memoles kepala Chen dan kebetulan membelakangi kehadirannya. Bagaimana Bubu tidak marah, sedangkan Nanay sampai bersama Chen di lingkungan yang tidak seharusnya Nanay berada? Awalnya, Chen yang refleks balik badan nyaris menangkis pelaku pemoles kepala bagian belakangnya. Tangan kanan Chen sampai mengepal sedangkan tangan kiri siap mencengkeram siapa pun yang telah berani mengusik bahkan memolesnya. Akan tetapi, ketika ia justru mendapati Bubu sebagai pelakunya, semuanya langsung berubah. Chen sampai kebas dan kesulitan bernapas di mana ia juga refleks menunduk, tak berani menatap Bubu apalagi kedua mata pemuda itu. “M-mas …?” Suara Chen sampai tak mau keluar, tertahan di tenggorokan. Hal yang sama juga telah lebih dulu terjadi kepada Nanay. Nanay juga lupa bernapas dikarenakan Bubu ada di sana. “Bisa-bisanya kamu sampai ngajak Nanay ke sini?” omel Bubu benar-benar marah. Matanya mendelik bahkan nyaris lompat memborbardir Chen. Tangan kanan Chen yang awalnya mengepal, menjadi menggaruk asal kepalanya. “A-aku yang memaksa ikut, Mas,” ucap Nanay sambil menunduk takut. Bubu mengalihkan tatapannya dari Nanay, ia kembali menatap tajam Chen. “Tapi Nanay nekat ke sini karena kamu ngeyel!” “Tapi aku harus ke sini, karena ini demi harga diri, Mas!” Chen meyakinkan Bubu. “Harga diri kepalamu! Kalau kamu bahkan Nanay kenapa-napa, gimana? Iya kalau ada yang jual stok nyawa!” omel Bubu lagi. “Mas …?” Nanay mendekap salah satu lengan tangan Bubu demi meredam kemarahan Bubu. “Bahkan Edelwais sampai nangis-nangis.” Bubu memijat asal kepalanya yang semakin lama terasa semakin panas. “Jadi, kalau kamu kalah lagi, cewek ini bakalan buat aku?” Christopher yang berdiri di sisi kebersamaan Bubu sambil bersedekap, kembali tersenyum sarkastis. Christopher tak datang sendiri. Sebab ia dikawal oleh pemuda dan salah satunya sampai membawakan helm warna hitam kuning, milik Christopher. “Astafirulloh …,” lirih Nanay sembari mengelus daadanya menggunakan kedua tangan. Nanay menggeleng tak habis pikir, tanpa mau menatap wajah Christopher, dikarenakan kata-kata pemuda itu sukses membuatnya sesak napas. Apa yang Christopher ucapkan sukses membuat emosi Bubu tersulut. “Bahkan meski kamu memberiku seribu nyawa, nyawa-nyawa itu enggak sebanding dengan apa yang kamu minta!” tegas Bubu. Tak kalah kesal dari Bubu, Chen tersenyum sarkastis sambil menatap Christopher. “Malam ini juga, aku akan mengalahkanmu, karena aku ingin melihatmu menjadi budakku!” tegasnya. “Tapi kalau kamu kalah, cewek ini beneran jadi millikku!” tegas Christopher yang kemudian mencoba mengamati wajah Nanay. “Aku sudah menikah, dan aku sudah punya anak. Bisa-bisanya kamu ngomong begitu, kesannya kamu enggak ada kerjaan lain!” tegas Nanay yang seketika mengomel. Tak tahan rasanya apalagi kedua saudara laki-lakinya menjadi berada dalam keadaan sulit gara-gara situasi kini. Harga diri Chen maupun Bubu sungguh dipertaruhkan. Dan mereka tak mungkin mundur apalagi kabur, bahkan meski ancaman kalah membuat Nanay menjadi taruhannya. Christopher tersenyum geli. “Panggil anak dan suamimu. Agar aku bisa izin sebelum ‘memakaimu’.” Tak lama kemudian, bogem panas Bubu mendarat di wajah Christopher dan sukses membuat wajah berikut tubuh pemuda itu terempas. Mendapati itu, ke enam pemuda yang menyertai kedatangan Christopher langsung mengamankan Christopher. Kemudian empat di antaranya maju dan akan mengeroyok Bubu, tapi Chen langsung menyambar helm-nya dari motor di sebelahnya, kemudian menghantamkannya ke wajah-wajah pemuda tersebut. Nanay nyaris jantungan hanya karena melihat kenyataan itu. Ia sampai menghela napas pelan demi meredam ketakutan yang tiba-tiba melanda. Apalagi, belum pernah ia berada dalam situasi seperti sekarang ini. “Sudah sana, awas saja kalau kamu kalah. Aku potong kakimu!” ucap Bubu masih menatap jengkel Chen. “Ya Alloh ….” Nanay terpejam pasrah, melangitkan doa-doa terbaiknya demi keselamatan sekaligus kemenangan Chen. Iya, Chen harus menang. Karena kalau tidak, Nanay harus mengikuti permainan Christopher yang menginginkannya sebagai hadiah kemenangan. Beberapa saat kemudian, bersama Bubu, Nanay terjaga di tepi jalan yang sudah dihuni para pembalap. Di tengah jalan sana, Chen yang bersebelahan dengan Chirtopher saling bertatap sengit di tengah kenyataan mesin motor mereka yang sudah menyala. Mereka memang tak hanya tanding berdua, karena beberapa pembalap lain juga turut serta. Akan tetapi, fokus pandangan Bubu dan Nanay berikut pendukung Christopher yang saling bersebelahan, hanya tertuju pada keduanya. Ketika Bubu dan Nanay kompak terpejam, melangitkan doa-doa terbaik mereka, hal yang sama juga Christopher lakukan. Christopher terpejam damai dengan kedua tangannya yang memegang kalung salib di depan dadanya. Tiga, … dua … satu … teriakan tersebut dan dipimpin khusus oleh seorang pemuda yang mengibaskan bendera hitam putih dari sisi jalan, di depan rombongan pembalap, menandakan jika acara balap liar telah dimulai. Satu persatu dari pembalap memacu motor mereka tanpa terkecuali Chen dan Christopher. Dan bersamaan dengan itu, jantung berikut napas Nanay dan Bubu berpacu sangat kencang melebihi laju motor yang meninggalkan mereka. Akankah Chen memenangkan balapan tersebut? Atau, Nanay harus berlapang d**a dikarenakan Christopher-lah yang memenangkan balapannya? Bersambung ….
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD