Desir angin menerpa rambut hitam panjang sepunggungnya, langit biru berubah haluan dengan arak-arakan awan abu, menandakan sebentar lagi langit akan menurunkan air hingga membasahi bumi dan seisinya.
Chantika Ayudhia Wijana gadis berumur dua puluh satu tahun, punya dua lesung pipi, hidung mancung, warna hitam pekat khas bola mata dan alis hitam tebal alami, berbeda memang dengan wanita masa kini yang gemar dengan alis palsu, semua yang ada tampak pas dengan kulit putih langsat khas gadis Indonesia.
Chantika memiliki perbedaan spesial dengan berat badan berisi, namun Chantika selalu menanamkan dihati seperti apa kata mamahnya. Bahwa, wanita itu terlahir cantik dengan kelebihan dan kekurangan, manusia di nilai bukan dari seberapa dia mampu membuat orang-orang manilai hanya karena fisik. Namun, seberapa besar hatinya mampu meluluhkan hati orang lain dengan kebaikan tulus hati yang apa adanya.
“Cha! Chantika!" Panggil seseorang kian jelas, Chantika menoleh
"Dari tadi kamu aku telepon nggak diangkat, ternyata kamu disini!” seru lelaki itu lagi.
Riefaldi Putra Algastian, laki-laki dengan perawakan tinggi putih punya wajah tampan dengan rambut hitam, alis hitam tebal, hidung mancung, dan badan tegap berotot pas meski tanpa roti sobek menghiasi perut ratanya.
Riefaldi dan Chantika terjalin hubungan erat persahabatan yang sudah lama dari mereka masih anak-anak, persahabatan mereka dimulai karena bersekolah yang sama sejak sekolah dasar, SMP, SMA dan di tempat kuliah ini. Mereka kuliah dengan jurusan berbeda, Chantika perancang baju dan Al bisnis.
“Maaf Al dari tadi ponselku silent, kamu tahu aku tadi ada bimbingan sama dosen pembimbingku. Ada apa Al?” Chantika mendongak untuk memandang sahabatnya itu yang berdiri tepat di hadapannya.
Napas Riefaldi tampak terengah-engah karena berlari untuk cepat sampai ke hadapan sahabatnya ini, seperti ada hal serius yang akan dibicarakan.
Riefaldi menyengir menunjukkan gigi putihnya yang rapi. “Aku mau kenalkan kamu sama pacarku!”
Chantika memutar bola matanya dengan malas sambil mencebikkan bibirnya, "Halah! bosan aku setiap minggu juga kamu kenalkan aku dengan pacar-pacar kamu, sekarang jenis perempuan apalagi yang akan kamu kenalkan sebagai pacar baru kamu?!"
Bukan tanpa alasan Chantika mencibir sahabatnya seperti itu, karena pada dasarnya Riefaldi memang Playboy. Rekor pacarannya hanya bisa bertahan satu bulan paling lama, perempuan mana yang tak akan menolak pria sepertinya dengan tampang diatas rata-rata dan juga latar belakang keluarga kaya yang terkenal di Indonesia. Keluarga Algastian merupakan salah satu keluarga kaya yang terkenal dengan bisnis dan perusahaan properti, hotel, sekolah dan rumah sakit berkembang di berbagai daerah di Indonesia.
Al sendiri merupakan anak pertama dari pasangan Hardi Algastian dan Kirana Rahma Algastian yang sudah pasti akan jadi pewaris keluarganya.
“Kok kamu gitu sih Cha, kali ini aku serius. Perempuan ini aku banget deh, kamu udah selesaikan bimbingannya hari ini?” Riefaldi pindah posisi duduk di samping Chantika dengan tangan kanan langsung merangkul sahabatnya itu, sedangkan Chantika hanya menghela napas.
Hal ini sudah biasa, kontak fisik pegangan tangan, rangkul dan cium pipi sudah bukan hal biasa untuk mereka. Bahkan kedua keluarga mereka mengira ada hubungan lebih dari sekedar hubungan sebagai sahabat. Namun, keduanya hanya santai menanggapi pertanyaan menjurus ke arah curiga seperti biasa.
“Kamu kan udah tahu jadwal bimbinganku. Hari ini aku mau cari buku untuk referensi tambahan skripsiku jadi berencana ke toko buku.”
“Tunda ke toko bukunya, temani aku makan sekalian aku mau kenalkan sama pacar aku!” Riefaldi memegang kedua tangan Chantika dan memandang tepat di bola mata hitam milik Chantika.
“Nggak usah janji!" Chantika menarik napas, "Oke, karena aku malas kamu rayu-rayu jadi jam berapa kita ketemu sama pacar kamu itu?”
“YES!! Nah gitu dong baru sahabat aku!!!” refleks riefaldi mengecup kening Chantika.
“Apaan sih kamu Al, ini tempat umum!” Sontak Chantika menoyor kening riefaldi.
“Kamu maunya di tempat pribadi? Ayo ke tempat pribadi, tapi lebih dari kening, ya?!” Riefaldi menyeringai dan menurun naikkan kedua alisnya. Sedangkan Chantika hanya menarik dan menghela napas secara kasar. Chantika sudah bosan dengan gaya mesùm sahabat pria satunya ini.
“Dasar mesùm!” desis Chantika.
“Bukan mesùm Chantika tapi normal.”
Riefaldi tertawa melihat ekspresi sahabatnya ini, Riefaldi merupakan pria normal yang Chantika cukup tau kisah Playboy dan BadBoy sahabatnya ini kerap gonta-ganti pacar. Chantika hanya sebatas sahabat tidak miliki hak lebih yang bisa ikut campur urusan pribadi sahabatnya itu, dia cukup tahu batasan sebagai sahabat. Tidak akan mau ikut jauh masuk ke dalam dunia pribadi milik sahabatnya itu.
Sementara Chantika sendiri merupakan gadis sederhana meski dari kalangan keluarga kaya, Chantika merupakan putri ketiga dari pasangan Yudhi kusuma Wijana dan Tamara kumala Wijana dengan dua orang kakak laki- laki, Yudha Pratama Wijana dan gandih Wijana. Keluarga Wijana memiliki perusahaan yang bergerak di industri makanan dan beberapa restoran di beberapa wilayah di Indonesia.
Chantika berasal dari keluarga cukup disiplin namun keluarganya jalani hidup dengan berpegangan pada agama sebagai keyakinan, sehingga di usianya ini Chantika masih bisa jaga amanah orang tua. Chantika tidak ikut dalam pergaulan bebas, dia hanya hidup sederhana dan tidak macam-macam namun dia cukup banyak hidup di lingkari oleh teman-teman yang bebas bergaul di jaman sekarang, sehingga dia cukup tahu hidup gaya mereka dan tidak mau ikut campur atau berkomentar lebih.
Chantika sendiri sampai saat ini belum pernah jalin hubungan dengan lawan jenis dalam level seperti pacaran, bukan karena kondisi badan gemuknya yang membuat tidak dilirik lawan jenisnya, namun, memang Chantika belum ingin buka hati dan memikirkan cinta. Baginya mengejar cita-cita jadi perancang busana sukses lebih utama dan sudah menguras waktu, apalagi kalau ditambah dengan punya kekasih.
selama ini ada beberapa pria yang menyatakan maksud untuk hubungan tersebut tapi, Chantika sendiri entah mengapa enggan untuk menjalin hubungan demikian, saat ini hanya ingin fokus mengejar cita-citanya. Jadi Chantika cukup dengan perbanyak teman. Karena cari musuh gampang yang sulit itu cari teman.
"Jadi jam berapa Al?"
"Nggak jadi sekarang deh, sore jam lima di kafe Narnia seperti biasa."
"Oke"
Riefaldi fokus pada ponsel, sepertinya ada pesan dari kekasihnya.
"Cha, aku balik duluan mau jemput pacar."
Chantika hanya mengangguk dan tersenyum. Riefaldi berdiri dan mengacak rambut Chantika sebentar sebelum pergi.
"Dasar kebiasaan kamu! berantakan tahu rambutku, Al!"
Chantika mendengus tak suka dengan kebiasaan sahabatnya ini, sementara riefaldi menyengir sambil berlalu dan perlahan makin menjauh dari tempat Chantika.
Chantika memandang sendu punggung kokoh milik sahabatnya itu.
JUDUL : GARIS TANGANKU
PENULIS : UNAARTIKA.