PART. 5 MAIA DALAM VERSI BERBEDA

1062 Words
Bi Isti memanggil Maya untuk makan malam. Maya tahu akan bertemu dengan Baskara, karena itu Maya merias wajahnya. Maya sudah membaca satu persatu apa saja kegunaan dari benda-benda di atas meja rias. Maya yang suka bereksperimen sudah mencoba untuk merias wajah dengan make up yang ada di sana. Sebelum memakai make up, Maya meminta ijin dengan bicara sendiri kepada Maia dan ibunya. Maia mencari pakaian yang menurutnya cocok dipakai di rumah, tapi bukan baby doll. Maya yakin Maia suka memakai baby doll di rumah, karena pakaian jenis itu banyak sekali tersedia di dalam lemari pakaian Maia. Maya melangkah ke ruang makan dengan penuh percaya diri. Hari ini ia akan mempelajari dulu seperti apa seorang Baskara sesungguhnya, agar ia bisa memperhitungkan langkah seperti apa yang akan diambil. Maya duduk di kursi makan, menunggu Baskara datang. Hidangan sudah dipersiapkan di meja makan. Ada beberapa macam hidangan yang disajikan. Padahal menurut Bi Isti, Baskara hampir tidak pernah makan di rumah. Paling sering hanya sarapan, untuk makan malam jarang sekali. Suara langkah kaki menuruni anak tangga terdengar. Maya berdiri dari duduknya, saat langkah kaki itu menghampiri meja makan. Maya mengangkat wajah untuk menatap Baskara. Maya tertegun di tempatnya. Pria yang berdiri di hadapannya adalah pria yang pernah ia kenal di masa lalunya. Pria yang pernah ia benci. Baskara tak banyak berubah. Gagah dan tampannya masih sama. Hanya terlihat lebih berwibawa dan berkarisma saja. 'Kenapa aku harus bertemu dengan dia. Pria yang membangkitkan rasa benci setelah sekian lama rasa benci itu tak aku rasakan lagi." "Selamat malam." Sapaan Baskara begitu formal, seakan mereka dua orang asing yang belum pernah bertemu sebelumnya. Maya merasakan sakit hati dengan sikap Baskara. Jiwa memang miliknya, tapi raganya adalah Maia, istri Baskara. "Apa kau tidak mendengar sapaanku? Apakah kecelakaan itu selain membuatmu kehilangan ingatan, juga membuatmu kehilangan pendengaran." Baskara berkata tajam, lalu duduk di kursi makan. Maya merasa geram. Tak ada perhatian sedikitpun yang Baskara tunjukkan pada Maia. Suami orang lain, saat tahu istrinya kecelakaan pasti akan tergesa pulang, mengalahkan urusan apapun yang sedang dilakukan. Dan yang pertama ditanyakan adalah bagaimana kondisi istrinya. Bukannya berkata tajam seenak mulutnya. Bagi Maya, Baskara sungguh pria yang tidak punya belas kasihan, apalagi kasih sayang. Maya rasanya ingin menangis untuk Maia. Momen pertama bertemu Baskara sebagai suaminya saja sudah membuat sakit hatinya. tapi tajamnya ucapan Baskara sekarang, menandakan bahwa Baskara tidak berubah, dia masih seperti dulu. "Selamat malam, Tuan Baskara. Pendengaran saya masih normal, jiwa saya masih waras, tubuh saya masih bugar. Saya masih cukup kuat, untuk menghadapi cobaan apapun dalam hidup saya, terutama untuk menghadapi sikap anda yang jauh dari sikap seorang suami normal pada umumnya. Saya tidak tahu hubungan seperti apa yang terjalin diantara anda dan diri saya sebelumnya. Tapi kesan pertama yang saya rasakan, anda bukan suami normal." Maya membalas tajam ucapan Baskara. "Berani sekali kamu menyebut aku tidak normal. Kamu yang sebenarnya tidak normal. Setiap hari kamu hanya mengurung diri di kamar, keluar rumah hanya untuk kuliah." "Kalau anda seorang suami normal. Anda pasti tahu, seorang suami yang harus bertanggung jawab terhadap istrinya. Jika istri anda memiliki kekurangan, Anda yang menuntunnya untuk menyempurnakan, bukan justru membiarkan dia tenggelam dalam dunianya sendiri." "Amnesia ternyata membuat kamu lebih berani. Maia yang selama ini aku kenal, jangankan bicara banyak di depanku, mengangkat wajah saja tidak berani di hadapanku." "Maia yang lemah entah di mana. Yang pasti sekarang, saya berani menantang tatapan anda. Dan akan banyak lagi perubahan yang bisa anda lihat nanti." Baskara tersenyum sinis. Senyum sinis sama seperti yang pernah Maya lihat belasan tahun lalu. Kebencian yang sekian lama sudah terkubur, kini bangkit lagi di dalam hati Maya. Kebencian kepada Baskara, pria dingin si tukang buat patah hati wanita. Pria dengan mulut tajam, sikap sinis, tanpa belas kasihan, tak peduli jika ucapannya melukai hati. Tak peduli jika sikapnya sudah memporak-porandakan sebuah harapan. "Aku tunggu apa yang kamu sebut sebagai perubahan. Karena aku ingin tahu, perubahan seperti apa yang kamu sebutkan itu. Satu hal yang pasti kamu harus tahu, kamu tidak bisa apa-apa tanpa aku. Kamu nol dalam segala hal. Jadi jangan coba-coba menantang ku." "Apa anda takut saya menjadi lebih pintar dari anda." "Hah! Apa yang bisa dilakukan oleh seorang anak manja. Seseorang yang hidupnya selalu bergantung kepada orang lain." "Anda lupa. Saya amnesia, artinya saya tidak ingat apapun tentang diri saya sebelumnya. Saya bertekad untuk lahir kembali, dan menjadi seseorang yang berbeda. Semoga anda panjang umur, dan bisa melihat versi saya yang terbaru dan terbaik." "Baiklah. Kita lihat saja nanti, apa yang bisa kamu lakukan dalam hidupmu dengan jiwa yang kamu katakan baru." "Ya. Anda lihat saja nanti apa yang bisa saya lakukan." Perdebatan selesai, mereka melanjutkan makan malam. Maya lebih dulu kembali ke kamarnya. Tak peduli dengan tatapan sinis Baskara kepadanya. Sekarang Maya bukan hanya bertekad untuk membalaskan sakit hati Maia pada Baskara, tapi juga sakit hati dari masa lalunya. 'Baskara Mandala. Aku sudah melupakan kamu, sampai aku mendengar Bi Isti menyebut namamu. Saat itu pun aku berpikir, kalau hanya nama yang sama, tapi orang yang berbeda. Tapi ternyata kamu dan dia dari masa laluku adalah orang yang sama. Aku merasa, Tuhan memberi aku jalan, untuk membalaskan sakit hati yang terpendam. Sakit hati yang belum bisa dibalas kan dan dituntaskan. Kita lihat saja, aku akan memberikan banyak kejutan kepadamu. Sehingga kamu tidak lagi memandang Maia sebelah mata. Maia versi aku akan memporak-porandakan hidupmu.' Maya merasa sangat yakin, ia bisa mengatasi Baskara. Maya sadar, ia harus menyusun sebuah rencana, dan melaksanakan rencananya itu step by step. Tidak perlu tergesa, tapi hasilnya harus sempurna. Baskara harus merasakan sakit hati, seperti sakit hati yang pernah di berikan kepada orang lain. Sementara itu. Baskara masih duduk di ruang makan. Merasa sangat terkejut dengan perubahan pada diri Maia. Yang Baskara tahu, biasanya orang yang amnesia merasa tertekan, depresi karena tidak ingat apa-apa tentang dirinya, juga tentang orang sekelilingnya. Tapi Maia berbeda. Maia justru terlihat kuat, padahal sebelumnya Maia adalah wanita lemah yang tidak punya semangat hidup. Hari-harinya hanya dihabiskan untuk kuliah dan mengurung diri di kamar saja. Maia tak pernah berani menatapnya, apalagi sampai menantang tatapannya seperti yang tadi dilakukan. 'Apakah ini jiwa yang sama. Ataukah Maia terlahir kembali dalam versi yang berbeda. Apa mungkin sebuah kecelakaan yang menyebabkan amnesia bisa merubah orang begitu rupa. Bukannya berusaha mengingat tentang dirinya, justru menampilkan sosok baru yang berbeda dari sebelumnya. Hmm, baiklah, Maia. Aku ingin tahu apa yang bisa kamu lakukan untuk menunjukkan dirimu dalam versi yang berbeda.' *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD