PART 9 MAYA VS BASKARA

1014 Words
Hari ini dihabiskan Maya dengan melakukan penyelidikan lewat sosial media Cindy dan Agung. Memang agak sulit saat hanya melihat melalui sosial media untuk mengetahui kehidupan yang sebenarnya. Karena apa yang ditampilkan di sosial media kebanyakan hanya palsu belaka. Ada yang berpura-pura cantik, ganteng, kaya, agar mendapatkan pujian. Ada juga yang berpura-pura miskin, agar mendapatkan simpati. Namun Maya tidak ingin menyerah. Maya bertekad untuk menyelesaikan masalah ini dengan sebaik-baiknya, tanpa si tersangka bisa mengelak lagi. Maya keluar kamar saat Bik Isti memanggil untuk makan malam. Maya tidak menyangka, kalau ternyata Baskara sudah duduk di kursi makan. Karena Bik Isti pernah berkata, kalau Baskara jarang sekali makan di rumah. Maya duduk di kursi makan. "Tumben makan malam di rumah. Yang aku tahu dari Bik Isti, Tuan Baskara sangat jarang makan di rumah." Maya menatap wajah Baskara. Maya sengaja melakukan itu, karena teringat ucapan Baskara, kalau Maia tak pernah berani mengangkat wajah dihadapannya, apalagi sampai membalas tatapannya. "Sangat jarang bukan berarti tidak pernah." Baskara menatap mata Maya. Cukup lama mereka saling tatap. Maya tersenyum sinis. "Apa yang anda cari dalam mata saya, Tuan Baskara?" Tanya Maya setelah mereka sama-sama mengalihkan tatapan ke atas piring yang sudah berisi makanan. "Kamu sangat berbeda dari Maia." Baskara mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. Tubuh Maia tidak berubah, tapi sifat dan sikapnya sangat bertolak belakang dari sebelum Maia kecelakaan. "Apakah anda menilai perbedaan lewat sorot mata? Tentu saja tidak bukan, karena seperti yang pernah anda katakan, saya sebelumnya tidak pernah mengangkat wajah di depan anda. Jadi bagaimana anda bisa tahu sorot mata saya sebelum ini?" Maya kembali menatap Baskara. "Sikapmu sangat berubah." "Sudah saya katakan, saya lupa seperti apa saya sebelum kecelakaan. Daripada saya pusing mengingat, lebih baik saya berusaha menjadi sosok baru." "Apa Bik Isti tidak mengatakan seperti apa kamu sebelum kecelakaan?" "Bik Isti menggambarkan dengan jelas seperti apa saya. Pendiam, tidak banyak bicara, rutinitas Saya hanya rumah dan kampus saja." "Kenapa kamu tidak mengikuti seperti apa yang Bik Isti katakan." "Saya tidak tahu kenapa, tapi saya merasa jiwa saya berbeda. Saya merasa tidak ingin menjadi orang yang terisolasi dari dunia luar. Apakah anda merasa terganggu dengan perubahan pada diri saya, Tuan Baskara?" "Untuk apa aku merasa terganggu. Aku ada di sini karena permintaan almarhumah ibumu, bukan karena aku menginginkan kamu. Jadi aku tidak peduli apapun yang terjadi pada dirimu." "Oh ya. Syukurlah kalau begitu. Itu artinya saya bebas melakukan apa saja tanpa harus minta persetujuan dari anda." "Suka-suka kamu ingin apa." "Saya sudah mengecek buku rekening tabungan. Di situ setiap bulan saya mendapat transferan dari anda Tuan.Baskara. Saya merasa heran. Anda yang mengelola seluruh aset almarhum kedua orang tua saya. Tapi kenapa anda memberikan saya uang, yang saya pikir tidak sesuai dengan penghasilan dari usaha yang anda pegang." "Uang yang aku transfer setiap bulan, itu sesuai permintaan kamu. Karena kamu tidak membutuhkan uang. Rute Kamu setiap hari hanya kampus dan rumah. Tidak ada yang lainnya." "Sebagai suami dan sebagai orang yang diserahi tanggung jawab untuk mengurus saya, anda tidak menjalankan amanah dengan benar." "Aku tidak korupsi. Aku menikmati uang dari hasil kerjaku di perusahaan keluargamu. Aku tidak pernah mengambil keuntungan dari posisiku. Yang aku terima sesuai dengan pekerjaanku. Jadi kamu jangan sembarangan mengatakan, kalau aku tidak bertanggung jawab dan tidak melaksanakan amanah dari kedua orang tuamu." Maya tersenyum sinis seraya mengunyah makanannya. "Amanah yang diberikan kedua orang tua saya kepada anda, bukan hanya tentang uang. Tapi mereka percaya menitipkan saya kepada anda, terlepas Anda suka, atau tidak untuk menikahi saya. Tapi anda sudah menerima tanggung jawab untuk menjaga dan melindungi saya. Tapi apa yang sudah anda lakukan. Anda mengabaikan saya. Anda membiarkan saya tenggelam dalam kesendirian. Anda tak peduli apa yang saya lakukan. Itu artinya anda sudah mengkhianati amanah yang diberikan." "Aku tidak bisa berpura-pura menyukaimu, apalagi mencintai kamu. Sudah aku katakan, aku terpaksa menikahi kamu karena permintaan almarhumah ibumu dan juga permintaan ayahku. Keluargaku memiliki hutang budi kepada keluargamu. Aku tidak bisa menolak menikahi kamu. Tapi aku bisa menolak untuk menjadi suami yang sesungguhnya untukmu." "Baiklah, tak apa. Ibuku sudah meninggal. Lalu kenapa anda tidak menceraikan saya?" "Sudah aku katakan. Aku terikat janji kepada almarhumah ibumu. Tidak akan pernah berpisah darimu. Akan tetap di sini, tinggal di rumah ini bersamamu, dan tetap menjaga semua usaha yang ditinggalkan oleh kedua orang tuamu." "Tapi janji itu tidak anda lakukan. Anda tidak pernah menjaga saya." "Soal kecelakaan itu. Andai aku ada di sini, aku tidak akan membiarkanmu pergi keluar sendirian." "Jadi begitu cara anda menjaga saya? Mengurung saya di rumah ini, sementara anda bebas berkeliaran di luar sana bersama wanita lain." "Aku tidak suka main perempuan." "Tentu saja anda tidak suka main perempuan. Karena anda banci. Banci yang tidak pernah memberikan hak istrinya dan tidak pernah menjalankan kewajiban sebagai seorang suami." "Tarik tuduhan kamu itu. Aku bukan banci!" "Kalau anda bukan banci. Kenapa Anda takut tidur satu kamar dengan saya. Apakah burung anda tidak bisa terbang tinggi? Apakah hal itu yang ingin anda tutupi!" "Jangan kurang ajar menuduh aku sejauh itu. Pembicaraan ini sudah melenceng jauh!" "Tidak ada yang melenceng. Semua masih pada jalurnya yaitu tentang seorang suami yang tidak melaksanakan kewajibannya dan tidak memberikan hak istrinya!" "Apa yang kamu inginkan sebenarnya, Maia!" "Saya tidak ingin apa-apa. Saya hanya ingin anda tahu. Anda tidak akan bisa menginjak saya lagi. Camkan itu. Saya duluan, permisi!' Maya bangkit dari duduk, lalu melangkah pergi meninggalkan Baskara yang masih duduk diam di kursi makan. Baskara benar-benar kebingungan. Efek dari amnesia yang menimpa Maia menurutnya adalah hal yang tidak masuk akal. Biasanya yang ia tahu orang amnesia itu tidak akan cepat pulih mentalnya. Pasti ada masa di mana dirinya merasa tertekan karena tak bisa mengingat apa-apa, tapi yang diperlihatkan Maia justru sebaliknya. Maia begitu kuat, bahkan mulai berani menantang, mendebat, bahkan berani menudingnya sebagai seseorang yang tidak menjalankan amanah. Seorang suami yang tidak bertanggung jawab terhadap istrinya, karena tidak melakukan kewajiban sebagai seorang suami dan tidak memberikan hak Maia sebagai istri. Baskara merenungi ucapan Maia, tentang sikapnya yang membiarkan Maia tenggelam dalam kesendirian dan kesepian. Baskara tidak berusaha merangkul dan menarik keluar Maia dari dunianya, justru membuat Maia semakin tenggelam dalam hari-harinya yang sepi. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD