Merasa Tak Nyaman

1018 Words
Setelah berjam-jam di dalam sebuah salon ternama langganan mereka di Mall besar itu, Sandrina dan Becca pun keluar dengan rambut Sandrina yang sudah di curly dengan warna putih dibagian bawahnya. Tak hanya rambut, sebelumnya dua wanita itu masuk ke salah satu klinik kecantikan untuk perawatan wajah, yang membuat wajah Sandrina nampak glowing dan kencang. Mungkin jika lalat hinggap diwajah Sandra pasti akan terpeleset di sana. "Bagaimana penampilan baru ku Becca?" Tanya Sandrina seraya mengibaskan rambut barunya. "Cantik, sangat cantik. Glowing dan juga sebening kaca. Licin pun, ku rasa cicak kalau jatuh ke wajahmu itu pasti dia akan tergelincir." Jawab Becca seraya merangkul bahu Sandrina. Keduanya saling memandang dan sedetik kemudian mereka tertawa bersama. Namun dua wanita itu tak berlangsung lama karena langkah mereka terhenti oleh kehadiran sosok pria tampan di hadapan mereka. Wajah terkejut keduanya langsung terpasang, terutama Becca yang langsung melepaskan rangkulan dari bahu sahabatnya dan spontan meletakkan tangannya di dada "Ih Mas Al ngagetin aja." Protes Sandrina seraya memukul lengan kanan sang kakak. "Sudah jangan lebay begitu kalian. Aku bukan Hantu." Jawab Aldebaran dengan wajah datarnya. "Ya bukan hantu, tapi bangsa jin. Bisa-bisanya nongol langsung di depan kita. Jangan-jangan mas Al pasang alat pelacak ya di ponsel aku." Protes Sandrina dengan tatapan tajamnya. "Ya kan emang Mas Polisi mu itu yang masang buat semua anggota keluarga. Termasuk satu orang disamping mu itu." Saut Aldebaran seraya membalikkan tubuhnya dan langsung melangkah pergi. Sementara Becca sejak kehadiran dosennya itu hanya menundukkan kepalanya, ditambah lagi ucapan terakhir Aldebaran tentu saja membuatnya malu. Dia bukan anggota keluarga mereka, tetapi kekasihnya juga memsangkan alat pelacak di ponsel Becca. "Eh maksud mas Al apa sih ngomong begitu, Becca kan emang keluarga kita. Main pergi-pergi aja lagi." Sandrina mengomel. Becca hanya bisa memegangi lengan sahabatnya itu dengan kepala tertunduk namun matanya melihat ke arah kaki Al yang terus menjauh. "Aku sedang tidak mendengar, jadi cepatlah jalan jika kalian tak mau pulang jalan kaki!" Tegas Aldebaran yang suaranya masih didengar dua wanita di belakangnya. Dasar wanita merepotkan, lihat saja nanti! Ancam Aldebaran dalam hati. Aldebaran memang tak suka pada Becca, entah mengapa setiap melihat wajahnya, ia selalu merasa kesal. Apalagi saat gadis itu tersenyum, hatinya mulai merasakan panas. Padahal ia sangat sadar jika Becca tidak pernah membuat masalah padanya. "Ish dasar kakak menyebabkan. " Gerutu Sandrina seraya menarik lengan Becca membawanya berlari kecil mengejar sang kakak. "Mau makan dulu apa langsung pulang?" Tanya Aldebaran saat dua gadis itu sudah berjalan di sampingnya. "Pulang saja, mommy sudah masak makanan kesukaan Becca. Karena malam ini Becca akan menginap di rumah." Jawab Sandrina cepat yang berjalan di tengah sang kakak dan sahabatnya. Becca yang mendengar jawaban Sandrina langsung mencubit lengan gadis itu. Sementara Aldebaran hanya membuang nafas kasar mendengar sang Mommy begitu perhatian pada perempuan itu. "Murahan sekali, sampai harus tidur sana sini. Aku yakin dia pasti sudah sering berhubungan badan dengan Althar." Cibir Aldebaran dalam hati. "Aku kan nggak pernah bilang mau nginep San." Bisik Becca. "Aku yang sudah kirim ke pesan ke Mommy kalau kamu akan menginap malam ini. Lagi pula kita kan besok libur Bec." Jawab Sandrina. "Tapi San." Becca benar-benar tak mau menginap di rumah pacarnya itu, ditambah lagi melihat ekspresi Aldebaran membuat Becca merasa sangat tak enak hati. "Tidak ada tapi-tapian." Bantah Sandrina cepat, smentara Aldebaran lebih memilih mendahului dan berjalan di depan dua perempuan muda itu. ***** "Assalamualaikum Mommy." Ucap Sandrina dan Becca kompak ketika memasuki ruang makan. Sementara Aldebaran sendiri sudah menghilang ketika mereka bersama-sama masuk rumah tadi. Becca sempat melirik ke belakang untuk melihat kemana dosennya itu tapi tak ada sosoknya di ruangan besar itu. Entah kemana perginya pria itu, cepat sekali. Mendengar suara yang begitu dikenalnya, wanita dengan penampilan yang begitu sederhana langsung menoleh dengan cepat ke arah sumber suara, padahal tangannya tengah sibuk menyiapkan hidangan terakhirnya di atas piring. Wajah cantik dan selalu terlihat segar tanpa ada sedikit pun kerutan, padahal usianya sudah masuk 55 tahun, begitu sumringah melihat siapa yang ada di hadapannya. "Menantu kesayangannya Mommy dateng juga." Serunya seraya berhamburan dengan dua tangan membentang ke arah Becca. "Ya ampun Mommy biasa aja dong. Makanya biar cepet jadi mantu, suruh tuh pak Pol nikahin Becca cepetan. Masa ya cuma dipacarin doang. Keburu dijambret orang hatinya Becca lho." Seloroh Sandrina pada sang Mommy yang sudah sibuk memeluk erat Becca. Sementara Becca hanya bisa tersenyum malu dengan pipi merona. Ia hanya bisa membalas pelukan erat dari Mommy Dila tanpa bisa menanggapi ucapan wanita itu. Setiap kali Becca berkunjung ke sana, maka kata-kata itu akan wajib diucapkan oleh Mommy Dila sebagai salam pembuka. Dan hal yang paling membahagiakan bagi Becca di rumah itu adalah pelukan dari wanita cantik itu. "Ya tuh abang mu, selalu saja alasannya masih sibuk dengan kasus A kasus B lah. Tapi tak apa, meskipun kalian belum resmi menikah, kamu akan tetap menjadi anak kesayangan Mommy." Ucap Dila seraya melepaskan pelukannya dan menjawil ujung hidung mancung Becca. "Ya ya yang baru ketemu lagi sama anak kesayangan setelah sekian purnama. Anak gadisnya yang di ujung hidung pun terlupakan." Canda Sandrina yang langsung mendapatkan sebuah cubitan dari Becca. "Aw." Sabrina meringis, berpura-pura kesakitan. "Sudah sudah, dua-duanya anak kesayangan Mommy. Ayo kalian makan dulu, mumpung makanannya sudah siap." "Kita bertiga saja yang makan Mom? Apa nggak sebaiknya nunggu Daddy dan pak Al?" Tanya Becca ragu-ragu. "Tentu saja kita bertiga saja sayang. Daddy dan Aldebaran sedang ada pertemuan malam ini. Jadi tidak akan sempat untuk makan malam di rumah sayang." Jelas Dila yang kini kembali melanjutkan menyelesaikan kegiatan yang tertunda tadi. Mengambil piring berisi ikan gurame goreng dan membawanya ke meja makan. Kalau ada pertemuan, kenapa pak Al datang menjemput kami? Batin Becca, namun pikirannya itu secepat kilat teralihkan karena Sandrina sudah menarik lengannya menuju meja makan. "Ayo Bec, kita isi bensin dulu sebelum menghabiskan malam panjang ini." Ucap Sandrina dengan senyum lebarnya Namun dari kejauhan di luar ruangan itu, sepasang mata elang masih mengawasi pergerakan Becca. Raut wajahnya sungguh memperlihatkan ketidaksukaannya pada gadis itu. Sementara Becca tiba-tiba merasa perasaannya gelisah tak karuan. Untuk pertama kalinya ia merasa tak nyaman berada di rumah itu. Kenapa rasanya jadi nggak tenang begini ya. Semoga semua akan baik-baik saja. Doa Becca dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD