Malaikat Penolong
Seorang perempuan berjalan di bawah gelapnya malam, ia menenteng tas di pinggir jalan kota metropolitan sendirian. Tidak ada orang yang di kenal di Jakarta, ia mengadu nasib untuk mencari pekerjaan tapi naasnya ia kecopetan sehingga kini ia terluntang Lantung di pinggir jalan.
Suasana dinginnya malam semakin mencekam, ia terus melangkah sementara jalanan mulai sunyi. Ia terus berjalan mencari tempat berteduh. Namun segerombolan preman menghadang jalannya, ia sangat takut bahkan ia menggenggam erat tangannya.
"Mau kemana, Neng? Temanin Abang yok," ujar salah satu preman dengan mencolek wajah Kejora yang mulus tanpa make up itu.
"Ayolah, jangan marah-marah! Kami akan membuat mu senang malam ini," kata seorang lelaki gemuk yang mabuk begitu juga dengan teman yang lainnya, kejora mencari celah untuk berlari dengan menendang pusaka seseorang lelaki yang kurus itu sehingga ia mengasuh kesakitan.
"Aww... Dasar wanita kurang hajar, tangkap dia dan buat dia merasakan apa yang aku rasakan," kata lelaki yang sedang memegang pusaka miliknya. Sementara yang lain mengejar kejora yang terus berlari dan meminta tolong, namun jalanan sangat sepi. Tidak ada mobil yang lewat, preman-preman tadi berhasil menangkap kejora dan bajunya sobek di bagian lengan, ia terus berteriak meminta tolong berharap akan ada malaikat yang mau menolongnya dari lelaki-lelaki yang ingin merenggut kesuciannya.
Brukkk.....
Seseorang tersungkur karena tendangan seseorang di belakang mereka, mendapat celah untuk berlari. Kejora bersembunyi di balik pohon besar di pinggir jalan.
"Lepaskan perempuan itu?" Teriak Rega yang menendang preman yang ingin m*****i kejora tadi.
"Pergilah, bukan urusanmu," ujar preman itu dengan tangan mengepal lalu melayangkan pukulan pada wajah Rega, namun dengan sigap Rega menangkisnya dan melumpuhkan lima preman tersebut dengan mudah. Sementara di balik pohon, kejora masih memeluk tubuhnya dengan tangisan yang memilukan.
"Keluarlah, mereka sudah pergi?" Kata Rega berjalan mendekat di balik tubuh wanita yang masih berjongkok di balik pohon tersebut.
Rega menghela napas lalu membuka jasnya lalu memberikan pada kejora karena baju kejora yang sudah robek akibat preman tadi. Kejora bangun dengan kaki yang sangat lemas, dari pagi ia perutnya belum diisi dengan makanan apapun.
"Terimakasih sudah menolong saya," Kata Kejora membalik tubuhnya untuk berterima kasih pada orang yang sudah menolongnya dari preman tanpa Rega mungkin ia sudah di nodai oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Degh....
Bagaikan di sambar petir, Rega terkejut melihat sosok wanita yang ada di depannya mirip sekali dengan wanita yang sudah mengisi hatinya selama ini, tubuhnya seketika menegang melihat perempuan yang ada di hadapannya.
"Bintang, kamu kemana saja selama ini?" tanpa sadar Rega menarik kejora dalam pelukannya, ia sangat merindukan kekasihnya selama ini. Kejora yang merasa tubuhnya di peluk langsung mendorongnya agar terlepas dari pelukan Rega.
"Maaf, saya Kejora bukan Bintang sepertinya tuan salah orang," kata kejora menunduk dengan kaki yang sudah tidak kuat lagi menopang tubuhnya.
Apa, Kejora! Mana mungkin dia mirip sekali dengan Bintangku, matanya, bibir dan wajahnya sangat mirip dengan Bintangku, Bintang yang selama 2 tahun ini aku mencarinya. Hatinya berbicara, ia yakin kalau di depannya adalah Bintang yang selama ini cari setelah kejadian 2 tahun lalu pasca kejadian naas itu.
Rega menatap kejora dengan inters, berharap mendapatkan celah untuk yakin kalau dia adalah Kejora tapi hatinya berkata lain, ia memijit keningnya yang terasa pusing.
"Kamu tinggal di mana biar saya antar, tidak baik perempuan di luar jam segini," Rega masih menatap kejora tanpa puas, seakan ia sangat rindu dan ingin melepaskan kerinduannya selama ini.
"Sa..ya tidak tahu mau kemana karena..."
Bruukk....
Belum selesai berbicara, Kejora sudah luruh ke tanah dengan sigap Rega menangkap tubuh kejora yang lemah, suhu tubuh kejora sangat panas sehingga Rega membawanya pulang ke kediaman keluarga Nugraha untuk sementara sampai kejora siuman.
Rega meletakkan kejora di jok kursi belakang, sementara ia berjalan menuju tempat mengemudi dan langsung menancap jas dengan kencang, ia sesekali melihat kebelakang berharap kejora sadar tapi sayang wanita itu masih menutup matanya dan enggan untuk membuka walaupun hanya sesaat.
Dua jam perjalanan, akhirnya Rega sampai dirumahnya dan langsung mengangkat tubuhnya ke dalam rumahnya. Ia membawanya ke kamar tamu.
"Bik, Bibik...," Teriak Rega dengan lantang.
Oma Meri yang mendengarnya suara cucunya langsung menemui Rega yang sedang meletakkan Kejora di atas tempat tidur.
"Ada apa, kok teriak-teriak," kata Oma Meri.
Rega yang tidak sadar kehadiran Omanya langsung menghubungi dokter keluarga mereka sehingga Oma berjalan masuk ke dalam kamar tamu dan betapa kaget siapa wanita yang berada di atas tempat tidur itu.
"Bintang, dimana kamu bertemu dengannya Rega?" tanya Oma berjalan duduk di samping Kejora lalu baru di susul dengan Bik Asih, Art yang selama ini sudah setia ikut bersama keluarga Nugraha.
"Dia bukan Bintang, Oma," Rega mencoba menjelaskan pada Oma bahwa yang ada di hadapannya mereka bukan Bintang, Oma mengernyitkan keningnya bingung dengan perkataan Rega.
Tak lama kemudian, Dokter Radit datang lalu memeriksa Kejora. Ia masih belum sadar dari pingsan.
"Dia tidak apa-apa? Hanya butuh istirahat sepertinya dari tadi pagi ia belum makan sehingga membuat ia lemah," kata Dokter Radit setelah memeriksa Kejora.
"Bukankah dia Bintang," Ucapan Dokter Radit membuat Rega terperangah.
Kenapa semua orang mengatakan dia Bintang, apa benar dia Bintang atau Kejora. Siapa wanita ini yang mirip sekali dengan Bintangku. Rega menatap lekat wajah Kejora yang masih tertidur pulas, sementara Oma menatap cucunya yang mengalami sedikit perubahan.
"Dia bukan Bintang,"
"Lalu Siapa?"
"Kejora, ia memberitahukan namamya sebul pingsan," kata Rega menghembuskan napas dengan kasar, ia memijit kepalanya sedikit berdenyut.
"Kenapa bisa kebetulan begini, Bintang, Kejora, kalau di gabungkan jadi Bintang Kejora," kata Radit lagi mengaduk-aduk pikiran Rega yang sudah tak karuan, Sementara Oma sudah ke keluar dari kamarnya.
"Sudah pulang sana, aku mau istirahat," kata Rega mengusir Radit.
Radit hanya mengangguk lalu berjalan keluar di antarkan oleh Rega ke depan rumah, mereka adalah sahabat sejak lama. Apapun yang terjadi, Rega selalu menceritakannya pada Radit yang sudah di anggap saudara olehnya.
Setelah mengantar Radit, Rega kembali masuk berjalan ke kamarnya untuk beristirahat untuk memulihkan tenaganya yang sedikit terkuras oleh urusan kantor.
Ia membuka kancing bajunya dan berjalan ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, sekelebat bayangan kejora terlintas di pikirannya.
"Bintang, apakah itu kamu," kata Rega membatin. Selesai mandi, Rega berjalan keluar menggunakan handuk kecil di pinggangnya dan memakai baju piyama untuk beristirahat karena besok pagi ia harus cepat-cepat ke kantor. Apalagi besok ada meeting yang tidak bisa ia tinggal begitu saja.