18. Namsan Tower

2116 Words

Pukul tujuh tepat, aku sudah siap. Aku keluar kamar, Mas Alan sudah menunggu di dekat pintu kamarnya. Malam ini kami kompak mengenakan jaket tebal. Bedanya, dia warna hitam, sementara aku warna hujau muda. “Saya lapar,” ujar Mas Alan begitu aku sudah berdiri di depannya. “Saya juga lapar.” “Kamu pengen makan apa?” Aku terdiam sejenak. “Enaknya yang berkuah. Jujur, saya pengen nyobain samgyetang.” “Apa itu samgyetang?” “Sup ayam muda. Ada gingsengnya. Katanya bikin hangat badan. Untuk rasa, saya belum tahu. Lagian soal rasa kan selera.” “Boleh, kita makan itu malam ini. Kamu tahu tempatnya?” Aku mengangguk. “Tahu. Saya sudah cari di internet. Saya cari yang dekat-dekat saja plus yang review-nya bagus.” “Oke.” “Ngomong-ngomong, kita naik apa malam ini? Taksi?” Sejak tadi aku berta

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD