PERUBAHAN ANEH

1361 Words
                Shafa telah usai menyuapi Adrian bubur buatannya. Setelahnya diberikan obat Adrian. setelah Adrian meminum obat tersebut , Adrian merebahkan diri nya. “ Apa kamu senang melihatku seperti ini?” “ Tidak tuan,,,saya tidak tahu kalau anda menderita sakit lambung akut. Saya sangat menyesal telah membuat anda terbaring lemah seperti ini.” Shafa menjelaskan “ Apa kamu benar benar jujur dengan perkataanmu? Bukankah bagimu aku ini menyebalkan. Bahkan kamu menjulukiku dengan ‘IBLIS KERAK PANCI’?” Adrian menekan sebutan yang diberikan Shafa untuknya. Shafa terkejut, ternyata Adrian mengetahui julukan yang ia berikan. Kemudian Shafa menjawab. “  Saya berkata benar tuan, tapi hanya setengah,,,” Shafa menjawab dengan jujur. Adrian membulatkan bola mata mendengar pengakuan Shafa. “Bagian mana yang benar?” Adrian mencoba menekan emosinya, sebab tubuh Adrian masih lemah. Adrian masih belum sanggup jika marah marah di saat kondisinya seperti ini. “Saya tidak merasa senang anda seperti ini tuan, dan saya benar benar tidak tahu mengenai penyakit anda. Yang saya tahu, anda tidak suka makanan pedas. Itu sudah ada di daftar tugas saya, saya memang kesal kepada anda. Karena anda menghukum saya dari  semalam di dalam kamar. Kemudian masih berlanjut hingga saat ini. Saya ini juga manusia, tubuh saya juga merasa lelah. Tapi tuan dengan seenaknya menyuruh saya ini itu serta dengan batasan waktu.memangnya saya ini robot apa?”Shafa menjelaskan dengan tanpa henti.” Tapi saya benar benar merasa bersalah atas tindakan saya. Tapi saya tidak menyesal.” Shafa benar benar mengungkapkan apa yang ada di hatinya. Adrian cengo mendengar ocehan Shafa yang tanpa henti itu. Hingga Adrian memejamkan mata menahan emosi saat Shafa mengucapkan kalimat terakhirnya. Lihat dan rasakan pembalasanku nanti. Ucap Adrian dalam hati. “Kamu tidak menyesal dengan apa yang kamu lakukan? Bagaimana jika aku benar benar mati?” Adrian bertanya dengan tatapan tajam.  Meski tubuhnya masih terasa lemah. Shafa terdiam dan menunduk tidak dapat bekata apa apa. Shafa sungguh tidak menyangka akan berakibat seperti ini.                 Hening, tidak terdengar suara apapun, Shafa menoleh ke arah Adrian. dilihatnya Adrian sudah terlelap dengan nafas yang teratur karena efek obat yang di konsumsi adrian.. Shafa mendekat, dan menaikkan selimut Adrian hingga menutupi d**a. Kemudia Shafa mematikan lampu kamar serta menggantinya dengan lampu meja di atas nakas.                 Shafa kemudian berbaring di atas sofa seperti biasa. Belum lama Shafa memejamkan mata, terdengar suara Adrian yang memanggil manggil mamanya dengan gelisah. Shafa seketika bangkit dari tidurnya dan mendekat ke arah Adrian. shafa berusaha menenangkan Adrian agar Adrian kembali tidur dengan tenang.                 Baru beberapa saat Adrian terlihat tenang dalam tidurnya, kini pria itu kembali memanggil mamanya. Kali ini terdengar seprti memohon tak ingin di tinggalkan. Shafa mencoba membangunkan Adrian agar terbangun dari mimpi buruknya. Saat Adrian membuka mata, seketika Adrian menarik lengan Shafa. Shafa yang sedikit menunduk, terkejut dan seketika terjatuh tepat di atas d**a bidang Adrian. “Ma,,,jangan tinggalin Ian ma,,,. Ian tidak ingin sendiri ma,,” Adrian mengigau dalam tidurnya. Shafa yang hendak bangkit, mengurungkan niatnya. Karena Adrian mendekap Shafa begitu erat. Seakan takut di tinggalkan saat melepas dekapannya. Shafa yakin, pasti telah terjadi suatu hal buruk di masa lalu Adrian. Shafa semakin penasaran dengan sosok Adrian yang sesungguhnya.                 Shafa berusaha melepas pelukan Adrian. shafa sungguh tidak nyaman dengan posisisnya. Jantung Shafa berdegub dengan cepat. Dengan perlahan dan hati hati Shafa melepas pelukan Adrian, Shafa takut Adrian terjada karena pergerakannya. Baru saja Shafa hendak berdiri,Adrian kembali menarik tangan Shafa. Shafa kembali ke pelukan Adrian dengan kaki yang sudah menapak di lantai. Kini posisi Shafa membungkuk, karena tangan Adrian di lingkarkan di bahu Shafa. adrian mendekap erat bahu Shafa sambil mengigau. Semakin Shafa berusaha terlepas, dekapan Adrian juga semakin erat . Adrian juga mengigau di sertai tangis memohon sesuatu. Akhirnya Shafa menyerah, dan membuat gadis itu tidak dapat memejamkan mata hingga pagi menjelang.                 Hari ini badan Shafa terasa pegal pegal. Matanya juga masih terasa mengantuk. Bagaimana tidak...semalaman Adrian mengigau tak jelas, juga selalu memanggil manggil mamanya sepanjang malam. Akibatnya Shafa tidak dapat memejamkan mata.                 Shafa berjalan ke arah dapur hendak memasak sarapan  serta bubur untuk Adrian. Hari inipun sama seperti hari kemarin. Tidak ada maid dan juga pengawal. Namun hari ini tidak hanya berdua seperti kemarin, sebab ada sekretaris Rico yang menginap. Sekarang sekretaris Rico berada di ruang kerja Adrian.                 Shafa terlebih dulu menyuapi Adrian sebelum Shafa dan sekretaris Rico sarapan. Shafa sudah menyiapkan sarapan di meja makan untuk sekretaris Rico. Tak lama Sekretris Rico turun setelah Shafa memanggilnya untuk sarapan. “Nona apakah anda tidak ikut sarapan?” Rico bertanya sebab hanya ada satu piring kosong di atas meja. “ Saya sudah terbiasa makan di dapur tuan.” Shafa menjelaskan dengan santai “ Untuk hari ini nona harus temani saya makan disini. dan nona jangan memanggil saya tuan. Panggil saja Rico.” Rico merasa tidak enak hati di perlakukan seperti itu oleh istri bossnya itu. “Tapi tuan, ,”  “ Anda hanya boleh merasa takut dihadapan tuan muda nona. Di hadapan orang lain, anda harus tegas dan berwibawa sekalipun itu saya. Anda harus ingat bahwa anda adalah menantu keluarga Hutama. Jangan sampai anda mempermalukan tuan muda. Anda harus ingat itu.” Rico menyela ucapan Shafa dengan tagas. Seakan tahu apa yang akan di ucapkan oleh Shafa. “Baiklah..” Shafa menuruti perkataan Rico. Memang benar, semua maid dan pengawal menghormatinya seperti mereka menghormati Adrian.adrian juga tidak mempermasalahkan itu.  Shafa dan Rico sarapan bersama tanpa sepatah kata. Shafa telah menghabiskan sarapannya. Karena merasa canggung, Shafa memulai percakapan dengan Rico. “Rico ,,,kalau boleh tahu, kapan semua maid dan pengawal  kembali kemari.” “nanti siang nona. Saya sudah menghubungi mbok Darmi agar segera kembali kemari. Anda harus fokus pada kesehatan tuan muda. Untuk hal yang lain, biarkan para maid yang mengerjakan.”Shafa hanya mengangguk sebagai tanda  bahwa ia sudah mengerti.                 Shafa kembali ke kamar Adrian usai  sarapan. Shafa hendak mengelap tubuh Adrian yang lengket karena keringat. Shafa meletakkan iar hangat dan washlap di samping ranjang. Adrian menurut saja dengan apa yang akan di lakukan oleh Shafa. dengan hati hati Shafa melepas baju yang melekat pada tubuh Adrian.  adrian menatap Shafa dengan tatapan sayu, entah kenapa tiba tiba Adrian menatap Shafa seperti itu. Shafa merasa gugup di tatap Adrian seperti itu. Pipi Shafa terasa panas, Shafa yakin kalau pipinya memerah. Adrian tersenyum melihat Shafa blushing. Ini kali pertama Adrian tersenyum di depan Shafa. Shafa merasa aneh dengan perubahan Adrian. Ada apa dengannya? Apa kepalanya kepentok? Kenapa tiba tiba seperti ini? Shafa bergidik melihat perubahan Adrian yang tiba tiba. “Kenapa kamu lama sekali,? Aku sudah menunggunmu dari tadi.” Adrian berkata dengan nada lembut. Shafa semakin takut dengan perubahan Adrian yang mendadak ini. Dalam semalam Adrian berubah 180̇ derajat. Padahal semalam Adrian masih menjadi orang tempramental meski sedang merasakan sakit. Apa Adrian kesambet setan?. Berbagai macam pemikiran muncul di otak Shafa. shafa segara mengenyahkan pemikiran itu. Shafa tidak boleh su’uzon, mungkin Adrian telah mendapat hidayah dalam tidurnya semalam. “ Shafa sayang,,,kenapa melamun? Apa ada masalah?” Adrian nampak mengkhawatirkan Shafa. shafa cengo mendengar panggilan dari Adrian. Apa tadi katanya,,sayang,,,apa aku salah dengar?  Ucap Shafa dalam hati. Tanpa sadar , tangan Shafa yang membasuh tubuh Adrian menuju ke muka Adrian. tangan Shafa terus saja mengusap usap wajah Adrian dengan washlap.tapi pikiran Shafa melayang kemana mana. “Aduh sayang,,,aku gak bisa nafas ,,!!” ucapan Adrian membuyarkan lamunan Shafa. Shafa terkejut dengan apa yang di perbuatnya. “Maaf,,,maaf tuan,,saya tidak tahu,,!!” Adrian menangkup kedua pipi Shafa. seraya berkata” Kenapa minta maaf? Kamu tidak salah apapun. Dan satu lagi. Jangan panggil aku tuan, aku ini suamimu. Tidak seharusnya kamu memanggilku seperti itu.” Adrian mengatakan dengan sangat lembut. “ La,,lu aku harus memanggilmu dengan sebutan apa?” Shafa bertanya dengan hati hati. “ Bagaimana kalau kamu panggil aku hubby, honey atau sayang?” Shafa merasa kalau dirinya harus waspada. “A,,aku tidak biasa memanggilmu seperti itu. Ba,,bagaimana kalau aku memanggilmu,,, Ad,,,?” dengan gugup juga takut Shafa mengusulkan itu. “hhmm,,,baiklah. Itu ku anggap sebagai panggilan sayang untukku.” Sambil manggut manggut Adrian menyetujui. “ Sekarang aku ingin di peluk,,,” dengan nada merengek seperti anak kecil. Shafa menganga melihat ekspresi yang baru dari seorang Adrian. Shafa lalu mendekatkan diri, menuruti permintaan Adrian. meski banyak sekali pertanyaan di otak gadis itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD