Alrico yang duduk bersandar di sofa bersandaran tinggi mengamati bibi dan pamannya dengan pandangan malas. Kalau boleh memilih ia ingin segera pergi ke kamarnya untuk istirahat. Sejak awal Samantha, adik perempuan dari ayahnya memutuskan menikah dengan Carlos Laguardia, nenek Marie dan kakek Martin kurang menyetujuinya, karena mereka kurang menyukai Carlos, karena pria itu manipulatif seperti Miguel.
Kakek dan neneknya tidak mempercayai Carlos benar-benar tulus mencintai bibi Samantha. Pria itu menikahi bibinya semata-mata untuk kepentingan bisnis Carlos di perhotelan. Sebelum mereka menikah, beberapa kali Carlos sempat terlihat berjalan bersama dengan beberapa wanita, bahkan pernah sekali tertangkap basah keluar hotel bersama seorang wanita. Carlos mengelak telah selingkuh dan tidak mengakui wanita yang bersamanya adalah selingkuhannnya. Pria itu membela dirinya dengan mengatakan wanita itu adalah rekan bisnisnya dan mereka baru saja selesai rapat di salah satu ruang rapat hotel.
Tentu saja kakek dan neneknya tidak mempercayainya begitu saja. Bibinya tidak percaya calon suaminya selingkuh dan sangat mempercayai Carlos. Bibinya telah dibutakan oleh cinta. Sekarang usia pernikahan mereka sudah mencapai 21 tahun. Bibi Samantha dan Carlos menikah di hari yang sama dengan pernikahan orang tua Alrico.
Nenek Marie juga tidak menyangka pernikahan mereka akan bertahan lama melihat sifat Carlos yang playboy. Kakek Martin meninggal saat usia Alrico dan Nigel berumur lima belas tahun, karena terjatuh dan mengenai kepalanya. Neneknya sempat mengubah penilaiannya pada Carlos sebagai suami yang setia, karena sejak usia pernikahan mereka menginjak dua tahun, Carlos sudah tidak pernah lagi terlihat bersama seorang wanita.
Di awal-awal pernikahan Carlos sempat kembali tertangkap basah sedang berciuman dengan seorang wanita disebuah cafe dan membuat kakek Martin sangat marah. Kakeknya menyewa seorang detektif untuk mengawasi Carlos, karena tidak percaya pada ketulusan cintanya pada putrinya. Seperti yang di duga oleh kakeknya, Carlos tidak mencintai Samantha dengan tulus.
Kakek Martin tidak pernah memberitahu soal perselingkuhan suaminya, karena Carlos memohon pada kakeknya untuk tidak memberitahu Samantha. Dia berjanji untuk berubah dan menjadi suami yang setia untuk Samantha. Kakek Martin memberikannya satu kesempatan pada Carlos untuk membuktikan perkataannya.
Alrico sebenarnya juga kurang menyukai pamannya itu. Ia merasa Carlos mempunyai niat tidak baik pada keluarganya. Carlos pernah terbukti menyalahi peraturan kerja sama yang dibuat antara ayahnya dan pamannya soal kesepakatan harga kamar hotel dan beberapa penginapan yang membuat rugi ayahnya.
Selama beberapa bulan hubungan antara ayahnya dan pamannya sempat renggang dan terjadi perselisihan, tapi itu tidak berlangsung lama, karena Carlos datang meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya. Ayahnya memaafkan Carlos dan memberikannya satu kesempatan lagi. Pria itu juga selalu bersikap ramah, baik, dan perhatian di depan Alrico dan nenek Marie.
"Jadi ada apa kalian datang ke sini?"tanya nenek Marie.
"Ini mengenai Miguel. Nigel sudah bercerita pada kami tentang apa yang terjadi tadi siang. Kami sungguh menyesalkan atas perilaku Miguel pada Alrico, jadi kami ke sini untuk meminta maaf pada Alrico"kata Carlos.
Alrico menaikkan pandangannya pada paman dan bibinya.
"Aku sudah memaafkan Miguel dan ini hanya kesalah pahaman saja."
"Terima kasih. Aku akan bicara pada Miguel nanti. Semoga saja anak itu menyesali perbuatannya."
"Aku kira kalian berada di Teneva,"ujar nenek Marie penasaran.
"Kami datang kemarin malam. Kebetulan di sini aku ada pekerjaan."
Nenek Marie mengangguk mengerti.
"Berapa lama kalian akan tinggal di sini?"
"Seminggu,"jawab Samantha.
"Kalian tinggalah di sini dulu. Kita makan malam bersama. Bagaimana?"tanya nenek Marie.
Samantha dan Carlos saling pandang.
"Baiklah. Kami akan malam bersama di sini."
"Bagus."
Alrico berdiri dan meminta izin untuk beristirahat di kamarnya.
"Nanti malam kamu harus hadir,"kata nenrk Marie.
"Tentu saja. Permisi semuanya."
Alrico pergi meninggalkan paman dan bibinya bersama nenek Marie. Sesampainya di kamar sambil berbaring di tempat tidur, ia memeriksa ponselnya yang sejak dari tadi terus bergetar. Ia terkejut melihat banyak pesan yang masuk dari Carolina bahkan wanita itu sempat meneleponnya. Isi pesannya rata-rata sama seperti yang diajukan kebanyakan orang lainnya seperti menanyakan kabarnya, apa yang sedang ia lakukan, kamu di mana? Ia malas membalas semua pesan yang wanita itu kirimkan. Alrico menyesal telah memberikan nomor ponselnya. Ia hanya mengirimkan balasan pesan singkat.
Jangan ganggu aku!
Alrico menyimpan ponselnya di atas nakas samping tempat tidurnya.
***
Di bar Hazelnut Marina, Carolina yang shift kerjanya akan segera berakhir setengah jam lagi merasa kesal melihat balasan Alrico.
"Lihat saja nanti kamu akan bertekuk lutut di depanku."
Carolina mematikan ponselnya dengan kesal dan kembali melayani tamu yang datang. Ia menyerahkan minuman cappucino pada Nigel yang baru saja datang.
"Jangan dekati adikku lagi!"
Carolina terkejut setelah mendengar kata-kata itu. "Apa maksud Anda?"
Nigel menyuruh Carolina duduk di seberang meja. Ia menurutinya.
"Aku sudah tahu apa yang terjadi antara kamu dan Miguel. Gara-gara kamu adikku bertengkar dengan Alrico."
"Aku tidak tahu itu."
"Kamu sudah membawa pengaruh buruk pada adikku."
"Miguel yang mengejar-ngejarku bukan aku."
"Kamu harus memutuskan hubunganmu dengan Miguel."
"Aku tidak mau."
"Kenapa?"
"Karena aku menyukai adikmu,"kata Carolina berbohong.
Carolina tertawa dan berkata di dalam hati. "Mana mungkin aku akan melepaskan Miguel. Dia adalah sumber keuanganku saat ini. Jika aku beruntung, aku bisa menjadi bagian keluarga Laguardia dan del Castellar sekaligus. Aku akan mempunyai kesempatan besar untuk lebih dekat dengan Alrico. Jika Alrico sudah jatuh ke dalam pelukanku, baru aku akan berpisah dengan adikmu, Miguel."
Nigel melihat Carolina senyum-senyum sendiri. Entah apa yang ada di dalam pikiran wanita itu.
"Apa yang sedang kamu rencanakan?"tanya Nigel dengan tatapan curiga pada Carolina.
"Tidak ada."
Nigel tidak percaya begitu saja.
"Jika kamu coba-coba untuk menyakiti keluargaku, kamu akan menyesal."
"Aku tidak akan menyakiti siapa pun. Sejak kita berkenalan, kamu memang sudah tidak menyukaiku."
"Benar. "
"Kenapa?"
"Karena aku mengenal wanita sepertimu. Kamu mendekati adikku bukan karena kamu mencintainya, tapi karena uang yang dimiliki adikku."
"Sebaiknya kita tidak usah bicarakan ini lagi. Aku harus kembali bekerja."
Nigel pergi tanpa meminum cappucinonya sedikit pun. Ia hanya mengeluarkan uang untuk membayar minumannya. Carolina mengambil uang itu dan meminum cappucinonya.
***
Marinela sangat senang melihat semua yang dibelikan oleh Alrico. Ia langsung mencoba semuanya begitu sampai di rumah. Selama beberapa menit, Marinela berdiri di depan cermin.
Carmelita ikut senang melihat putrinya terlihat gembira seperti itu. Ia membiarkan anak itu dengan kegembiraannya. Perasaannya merasa tidak enak setelah ia kembali ingat dengan masa lalunya. Pembunuhan Carola kembali memenuhi kepalanya. Selama bertahun-tahun ia mencoba melupakannya, tapi kenangan buruk itu kembali lagi setelah ia melihat pembunuhnya masih hidup dalam keadaan sehat dan bugar. Tak terasa air matanya menetes dan cepat-cepat dihapusnya. Ia pergi ke dapur untuk memasak makan malam.
Pada saat hari menjelang malam, Carolina pulang. Ia terkejut melihat semua pakaian, sepatu, dan tas baru Marinela. Ia melihat satu persatu semua barang-barang itu dan terlebih lagi semuanya barang-barang bermerk dan mahal.
"Dari mana kamu mendapatkan semua ini?"tanya Carolina yang terlihat iri.
Marinela ketakutan melihat kemarahan di wajah kakaknya.
"Jawab aku!"teriaknya.
Carmelita segera menghampiri mereka berdua setelah mendengar teriakan Carolina.
"Ada apa ini? Kamu baru pulang sudah berteriak-teriak pada adikmu."
"Dari mana Marinela mendapatkan semua ini?"
"Oleh seseorang yang sudah berbaik hati membelikan semuanya itu."
"Siapa?"
"Malaikatku,"jawab Marinela.
"Apa?"
"Dia malaikatku."
"Sudah jangan bertengkar lagi. Tidak penting siapa yang memberikannya. Seharusnya kamu senang melihat adikmu senang dan bersyukur masih ada orang yang perhatian dan baik padanya."
Carolina memandang mereka dengan tatapan kebencian dan kemarahan. Ia masuk ke kamarnya dan tidak mau keluar untuk makan malam bersama dengan ibu dan adiknya.
***
Miguel langsung ditampar ayahnya ketika pulang ke rumah keesokan paginya membuat pria itu kesal dan marah.
"Ayah, kenapa memukulku?"teriaknya.
"Kamu pantas mendapatkannya."
"Tapi apa salahku?"
"Kesalahnmu sudah membuat keributan dengan Alrico."
"Aku bosan nama itu selalu di sebut di sini dan kenapa Ayah selalu membelanya bukan membela anak sendiri?"
Carlos membalas berteriak. "Perbuatanmu itu bisa berdampak besar pada bisnis Ayah. Apa kau tahu itu?"
"Kalian berdua jangan bertengkar lagi. Aku mohon,"ujar Samantha dengan wajah cemas dan sedih. "Masalah kalian bisa diselesaikan secara baik-baik."
Carlos menghela napas panjang. "Ikut Ayah!"katanya pada Miguel.
Nigel berusaha menenangkan ibunya dan berharap suasana damai di rumahnya akan kembali seperti dulu. Samantha duduk di sofa dan terlihat lelah secara fisik dan perasaan.
"Kenapa semuanya bisa seperti ini?"tanya Samantha. "Hampir setiap hari ia selalu membuat masalah. Entah masalah apa lagi yang akan diperbuatnya nanti. Dia bukannya menjadi pria yang lebih baik, tapi menjadi semakin buruk."
"Aku rasa Miguel sudah kehilangan jalan hidupnya. Itu sebabnya kita harus menuntutnya lagi ke jalan yang benar."
Nigel merangkul ibunya dan mengelus-elus pundaknya. Di ruang kerja, Carlos kembali memarahi Miguel.
"Seharusnya kamu tidak mencari masalah lagi dengan Alrico,"ujarnya dengan nada tinggi.
"Kenapa Ayah selalu membelanya?"
"Ayah tidak membelanya. Ini demi kepentingan kita dan Ayah sudah mengatakannya padamu tadi, karena perbuatan kamu itu bisa mengancam bisnis Ayah. Apa Ayah perlu mengulanginya sekali lagi?"
Miguel terdiam.
"Mulai sekarang kamu harus bersikap baik padanya."
"Tidak bisa."
"Kamu harus bisa. Apa kamu mau kita hidup di jalanan?"
Miguel kembali diam. Jika ia dan keluarganya jatuh dalam kemiskinan mungkin Carolina tidak mau menikah dengannya.
"Alrico dan keluarganya bisa menendang kita keluar dari lingkaran bisnis raksasa mereka. Kita menjadi seperti ini, karena mereka, jika kamu merusaknya, riwayat kita sudah berakhir. Kamu harus lebih bersabar sedikit dan jadilah salah satu cucu kesayangan Nenek Marie supaya kamu bisa mendapatkan kepercayaannya untuk mengelola bisnis mereka. Suatu hari nanti kamu bisa menjadi seperti Alrico. Bukankah itu yang kamu inginkan? Kamu bisa memiliki semua yang kamu inginkan. Ketenaran, kekayaan, dan kekuasaan. Kita bersama-sama dan perlahan-lahan bisa mendapatkan semua itu dan bisa menguasai harta kekayaan del Castellar. Jadilah bersikap manislah pada mereka."
"Aku akan mencoba bersikap manis kepada mereka."
"Bagus. Mulai besok kamu kerja paruh waktu dengan Ayah di kantor selama liburan musim panas sebelum kamu masuk kuliah lagi. Contohlah kakakmu ia bekerja selama liburan kuliahnya untuk mendapatkan uang saku tambahan. Tidak seperti kamu yang selalu mencuri uang orang tuamu setiap kali ada kesempatan. Jika ingin dapat uang saku tambahan bekerja di hotel kita bersama dengan kakakmu. Tunjukkan pada nenekmu kamu sudah berubah! Jika kamu mencuri lagi, Ayah akan memasukanmu ke penjara. Kamu harus menciptakan kesan yang bagus untuk dirimu sendiri di depan mereka, jika kamu merasa kesal dengan Alrico tahan amarahmu dan jangan memancing keributan."
"Tapi Ayah...."
"Jangan membantah! Turuti saja apa kata Ayah. Ini demi kebaikan kita."
Dengan sangat terpaksa Miguel menyetujuinya. "Baiklah."
Carlos memasukkan kedua tangannya di saku celana sambil menatap Miguel. "Uang yang kamu curi dari kami, kamu gunakan untuk apa? Apa uang saku yang kami berikan sudah tidak cukup lagi?"
"Aku menggunakannya untuk kencan."
Carlos tertawa dengan sangat keras, jika tikus mendengarnya pasti sudah lari terbirit-b***t. "Siapa wanita yang sudah membuatmu nekat mencuri dari orang tuamu sendiri?"
"Carolina tidak memintaku untuk mencuri."
"Jadi namanya Carolina? Gara-gara wanita itu kamu nekat mencuri. Dulu karena narkoba. Sekarang karena wanita. Bagus sekali. Kamu mau saja mengeluarkan uang banyak untuk wanita itu."
"Asal Carolina mau denganku, itu tidak masalah."
"Kau ini. Ayah tidak ingin lagi mendengar kamu membuat masalah. Sekarang pergilah!"
Miguel pergi dengan perasaan jengkel, jika mengingat ia harus bersikap manis pada Alrico. Sejak dulu Alrico adalah saingannya dalam segala hal.
Sepeninggal Miguel, Carlos duduk sendirian dia belakang meja kerjanya, lalu ia dikejutkan oleh suara ponselnya yang berdering dan di layar ponselnya tertera nomor yang tidak diketahui. Seorang wanita menjawab panggilannya.
"Halo Carlos, Sayang! Apa kamu masih ingat aku?"tanyanya dengan suara yang dibuat semanis mungkin.
Carlos mencoba mengingatnya dan ia sama sekali tidak ingat.
"Siapa kamu? Aku tidak punya waktu untuk bermain-main."
"Ingatanmu payah sekali. Masa kamu tidak ingat aku. Kita pernah bersama sampai kamu berselingkuh dengan istrimu, bahkan kamu sempat menghamiliku dan menyuruhku untuk mengugurkan kandunganku."
"Virginia,"serunya terkejut.
"Akhirnya kamu ingat juga aku dan namaku."
"Apa yang kamu inginkan?"
"Seharusnya kamu menanyakan kabarku dulu."
"Baiklah. Bagaimana kabarmu?"
"Aku sedang tidak baik itu sebabnya aku kembali menghubungimu."
"Bukannya kita sudah sepakat tidak akan saling menghubungi lagi?"
"Itu benar. Sekarang aku benar-benar butuh bantuanmu. Tidak ada orang lain selain kamu yang bisa menolongku."
"Jadi bantuan apa yang kamu inginkan?"
"Aku punya banyak hutang di bank. Aku ingin kamu yang membayarnya."
"Apa?! Kamu sudah gila."
"Aku serius."
"Aku sudah memberikanmu banyak uang untuk berpisah denganku."
"Itu benar. Aku menggunakan uang itu untuk usaha, tapi setelah menjalankannya selama lima tahun usahaku bangkrut."
"Aku tidak mau membayar semua hutangmu."
"Jika kamu tidak mau membantuku, aku akan memberitahu semua orang tentang tindak kejahatanmu di masa lalu. Aku akan memberitahumu tentang hubungan kita dan juga tentang pembunuhan yang kamu lakukan pada Martin del Castellar, ayah mertuamu sekaligus kakek dari anak-anakmu. Bagaimana nanti tanggapan keluarga del Castellar terhadapmu pasti mereka akan memasukanmu ke penjara dan seketika karirmu hancur."
Carlos mengetatkan cengkeraman tangannya pada ponselnya. Tangan yang satunya lagi terkepal kuat di atas meja. Pria itu nampak geram dan marah.