Bab 4 | Kejutan Saat Pulang

1722 Words
-Tolong pulang ya, Nak. Mama kangen banget sama Lova. Mama kesepian di sini, rindu putri bungsu Mama yang sudah delapan tahun ini tidak pernah pulang.- Pesan itulah yang membuat Lova pada akhirnya menyerah dan memilih pulang ke rumah yang sudah dia tinggalkan selama delapan tahun. Walau sesungguhnya dia tidak begitu tersentuh dengan permintan mamanya itu. Dia dua bersaudara dan memiliki Kaka perempuan yang berbeda tiga tahun di atasnya, karena kakaknya itu sakit-sakitan dan memiliki penyakit jantung bawaan, sejak kecil kasih sayang orang tuanya sudah berat sebelah. Perasaan terasing, wajib mengalah pada sang kakak, diminta menjaganya, sering dibentak dan dipukul jika dia membuat Vanya bersedih. Tidak sampai hanya pada perbedaan kasih sayang orang tua, Lavanya atau yang akrab dipanggil Vanya itu juga drama queen karena merasa hidup tidak adil untuknya sehingga iri dengan kehidupan Lova yang terlihat sempurna, bisa sekolah dan bermain sepuasnya tanpa merasakan sakit. Dia sering sekali memonopoli kasih sayang orang tuanya untuk menyakiti Lova, supaya Lova juga merasa sedih seperti dia yang bersedih setiap hari. Itu adalah drama keluarga yang Lova hadapi sejak kecil, drama melelahkan namun berkepanjangan. Namun, semua itu berakhir saat Vanya akhirnya menerima donor jantung dan berhasil dengan operasinya menerima jantung sehat saat kelulusan SMA kakaknya itu, saat itu Lova juga baru lulus SMP. Lova pikir, kehidupannya akan baik-baik saja setelah ini. Mungkin dia bisa menjalin hubungan baik yang saling menyayangi seperti adik kaka yang normal dengan Vanya. Namun, nyatanya Ayahnya membawa drama yang lain. Ayahnya berselingkuh dan pada akhirnya membawa selingkuhannya dengan seorang putri yang usianya sepantaran dengannya. Mereka datang saat Lova tepat lulus SMA. Yang lebih bodoh menurut Lova adalah mamanya dan kakaknya tetap memilih bertahan di sana, bertahan bersama madu dan anak tiri hasil perbuatan b***t papanya di atap yang sama.entah karena cinta semata atau tidak sudi posisinya sebagai ratu dan putri direbut oleh sang pelakor dan anaknya. Lova yang lelah menghadapi drama keluarganya memilih untuk hengkang dari rumah. Hubungannya dengan sang mama memang tidak dekat, karena sejak awal mamanya hanya fokus dengan keadaan Vanya, mengabaikan Lova bahkan tidak pernah peduli dengan Lova. Sehingga saat Lova mengatakan ingin melanjutkan kuliah di London, tidak ada yang menahannya. Membiarkannya pergi begitu saja karena tidak ada yang peduli padanya. Kini setelah delapan tahun berlalu, Lova sedikit terkejut dengan permintaan mamanya untuk pulang. Rasanya terlalu aneh? Sulit bagi Lova untuk percaya jika sang mama memintanya pulang hanya karena rindu. Rindu dari sang mama untuknya? Rasanya mustahil. Namun, Lova akhirnya memutuskan pulang, sekedar berkunjung dan menuruti permintaan sederhana dari wanita yang sudah melahirkannya walau tidak mampu memberikan kasih sayangnya. Bohong jika Lova tidak menyimpan rindu untuk keluarganya, namun kecewanya tetap mendominasi. Bertahun-tahun hidup dengan perasaan tidak diinginkan, tersisih dan tidak dicintai orang tuanya sendiri membuat Lova hampir lupa bagaimana perasaan cinta kasih orang tua dan anak yang seharusnya. Helaan napas Lova kembali terasa berat, pulang ke Jakarta memang tidak pernah Lova inginkan, namun permintaan mamanya dan Bu Evi membuatnya tidak bisa lagi menutup mata, selain itu sebenarnya kedatangannya ke Jakarta juga ingin merayakan anniversary hubungannya dengan Qais sebelum akhirnya semua juga hancur karena pengkhianatan. Seharusnya dia tidak perlu lagi menggunakan hatinya sedikit pun karena orang-orang yang dia sayang pun pada akhirnya hanya bisa mengecewakannya. Saat dia turun dari taksi dan masuk ke rumah besar yang megah dan mewah itu helaan napasnya begitu berat. Baru kali ini dia menginjakkan kaki di rumah itu. Satu tahun sebelum dirinya lulus SMA, tidak lama setelah Ayahnya membawa selingkuhan dan anak haramnya, bisnis papanya itu meningkat pesat, hingga akhirnya dia membeli rumah di kawasan elit ini dan menjadi satu dari jajaran pebisnis sukses di Indonesia. Mungkin hal itu juga yang membuat mamanya dan kakanya tetap menempeli sang papa karena telah menemani pria tua itu dari nol. Lampu sorot dari sebuah mobil yang baru saja datang membuat Lova menyipitkan matanya dan memundurkan tubuhnya. Bertanya-tanya apakah yang baru tiba itu Ibu tirinya? Atau mamanya sendiri? Atau justru ayahnya? Hingga saat orang-orang itu serempak keluar dari mobil. Tubuh Lova menegang sempurna. Apa-apaan, ini? Kenapa keluarga Galen datang ke rumah orang tuanya? “Lova! Ya Allah, Nak! Kamu apa kabar?! Mama kangen banget, Luv.” Tau-tau tubuhnya terhuyung karena menerima pelukan yang cukup erat dari wanita yang selalu antusias setiap melihatnya. Mama Galen, Ivanka Alastair. “Tante … Lova, baik. Tante apa kabar?” Tanya Lova berusaha melepaskan pelukan Ivanka. Ivanka tetap menatapnya dengan senyum yang begitu hangat, tatapannya mengandung rindu yang berat, dia mengusap lembut pipi Lova dengan mata yang memanas. “Mama rindu kamu, Lova. Rindu sekali. Mama baik, tapi tidak baik karena kamu pergi.” Bisik Ivanka dengan nada yang begitu sedih, “Lebih sedih saat kamu tidak lagi memanggil Mama.” “Lova kok ada di sini? Ada urusan apa dengan keluarga Abbas Maheswara?” Itu suara Papa Galen -Kalvin Alastair- yang menginterupsi, tatapannya sama hangatnya dengan Ivanka, dan membuat Lova sedikit merasa lebih baik. “Lova, sayang. Kamu datang, Nak. Mama rindu sekali, sayang.” Tau-tau, Mamanya datang dan langsung menatapnya penuh rindu dan memeluknya erat. Tubuh Lova menegang untuk yang kedua kalinya malam ini. Rasanya aneh sekali mamanya memeluk dirinya seperti meluapkan kerinduan. Lova semakin yakin ada sesuatu yang terjadi di sini. “Oh Pak Kaivan dan keluarga sudah datang ya, mari masuk. Kehadiran kalian sudah ditunggu. Ini Putri saya, putri bungsu saya, namanya Kaysa Lova Maheswara, dia memang tidak tinggal di sini sejak lulus SMA. Sehingga lebih banyak orang-orang mengenal Lavanya sebagai putri suami saya.” Mamanya menjelaskan dengan senyum tulus tanpa ditanya, membuat Ivanka juga suaminya mengerutkan keningnya bingung dan juga terkejut, tidak menyangka jika Lova adalah putri dari rekan bisnisnya, karena setahu mereka, Abbas Maheswara hanya selalu mengenalkan putrinya yang bernama Lavanya juga Vina. “Ah, Jeng Elvina kan ya? Kita sempat bertemu di acara lelang amal bulan lalu? Benar kan?” Ivanka terlihat mengingat-ingat, membuat Elvina langsung mengangguk dengan senyum yang tulus. “Iya, saya istri pertama Pak Abbas dan ini anak saya yang terakhir. Kakanya sedang bersiap, katanya ingin tampil sempurna untuk makan malam yang sempurna ini.” Mendengar mamanya mengucapkan statusnya dengan begitu santai membuat Lova langsung menoleh dengan tatapan tajam dan penuh kekesalan, namun tidak ada yang menyadarinya kecuali Galen. Apa tadi kata mamanya? Kakanya sedang bersiap karena ingin tampil sempurna untuk makan malam yang sempurna? Kenapa dia mendengarnya jika Kakanya ingin tampil sempurna hanya untuk Galen Keandra, ya? Ah, persetan dengan itu, Lova! Galen yang mendengar informasi itu mengulum senyum penuh makna, tidak menyangka jika takdir memudahkan jalannya untuk melanjutkan keputusannya atas malam panas yang terjadi antara dirinya dan Lova semalam. Dia tidak pernah tahu jika mantan kekasihnya yang dia kencani selama dua tahun di SMA itu adalah anak dari rekan bisnis papanya. Kini dia akhirnya menemukan jawabannya, dulu saat mereka sekolah Lova selalu memperkenalkan dirinya dengan Kaysa Lova M. dan tidak ada yang tau arti dari M itu apa, dulu dia hanya anak SMA yang tidak peduli dengan latar belakang kekasihnya sehingga dia tak acuh dengan nama lengkap kekasihnya itu. Ternyata M untuk Maheswara. Selain itu, setiap pertemuan orang tua murid atau pengambilan rapot, tidak pernah sekali pun Elvina atau Abbas Maheswara yang datang untuk menjadi wali putrinya itu, sehingga Galen tidak pernah tahu jika Lova adalah bagian dari Maheswara. “Ya Allah …. Jodoh memang ngga ke mana ya?” Ucap Ivanka dengan tatapan yang berbinar, membuat Lova mengerutkan keningnya bingung, sedang Elvina ikut mengulum senyum namun memaknainya dengan makna yang berbeda. “Semoga makan malam ini membawa kabar baik, bukan hanya mengeratkan hubungan bisnis ya, Jeng.” Ucap Elvina dengan senyum penuh makna membuat wanita itu mengamini dengan semangat. "Putri pertama saya itu banyak yang mengincar, tapi dia belum merasa cocok dengan siapa pun yang dikenalkan papanya, semoga dia bisa cocok dengan Galen ya, Jeng." Elvina kembali bersuara dengan nada yang ringan dan riang saat berjalan bersisihan bersama Ivanka. Ivanka hanya mengernyit bingung, namun tetap mengulum senyum tanpa mengiyakan ucapan Elvina. Saat mereka akhirnya dibimbing untuk segera masuk, Lova juga melihat Elodie yang terus menggelayut manja di lengan Galen seperti kebiasaan wanita itu. “Elodie, ayo. Sini dengan Mama.” Tau-tau Ivanka menarik Elodie untuk berjalan dengannya, meninggalkan Galen dan Lova yang masih berdiri di tempat mereka. Saat Galen maju mendekat, Lova reflek mundur hingga langkahnya tersandung, dan Galen reflek meraih pinggangnya dan memeluknya. “Lepas, Kak!” Lova langsung menyentaknya dan berjalan mendahului Galen yang menyunggingkan senyum sinis penuh makna. Dia menyamai langkahnya dengan Lova, lalu berbisik begitu lirih di samping wanita itu. “Kita akan menikah. Aku akan memastikan itu terjadi.” Bisik Galen penuh dengan keyakinan yang mantap, membuat Lova langsung menoleh dan menatapnya dengan tajam. “Sampai mati aku tidak akan menikah dengan Kaka!” Desis Lova tidak kalah yakin, yang justru membuat Galen menyeringai. Saat mereka sudah memasuki rumah, tepat saat itu Lavanya keluar dengan penampilan yang begitu sempurna. Dress panjang yang memperlihatkan keindahan punggungnya, make up natural namun membuatnya terlihat semakin cantik. Dia turun dengan senyum sopan, menyalami Ivanka dan Kalvin lalu tatapannya penuh makna pada Galen yang hanya menyungging senyum tipis. "Senang bisa melihat Tante dan Om datang untuk makan malam bersama kami." Ucap Lavanya dengan nada yang tulus, sebagai putri sulun keluarga dia memberikan penghormatan yang layak. "Galen? Kupikir kita akan sering bekerja sama ke depannya. Senang bisa mengenalmu di acara keluarga ini." Vanya mengulurkan tangannya, senyumnya sempurna untuk mampu memikat setiap pria yang melihatnya, dan Lova mengakui itu. Galen hanya mengangguk dan tersenyum tipis. "Semoga kerja sama yang terjalin ke depannya bisa memberikan keuntungan kedua belah pihak, Lavanya." Ucap Galen mengangguk dengan senyum tipis. Lalu, Lova juga melihat Vina yang menuruni tangga dengan mamanya, mengenakan dress maroon yang menonjolkan beberapa bagian tubuhnya sehingga terlihat sempurna. Lova menelan ludahnya sendiri. Menatap ke arah mamanya dengan tatapan penuh makna. Kenapa mamanya tidak mengatakan jika akan ada acara makan malam dengan keluarga Alastair? Dan kenapa kedua saudaranya berpenampilan begitu sempurna dengan gaun yang memeluk tubuh mereka? Sedangkan dirinya hanya mengenakan sweater dengan celana bahan yang terlihat sedikit lusuh. Apa sebenarnya maksud makan malam ini? Apakah pemilihan jodoh untuk Galen? "Kamu tenang saja, secantik apa pun mereka dan sejelek apa pun kamu. Aku tetap akan menikahi kamu sebatas tanggung jawab. Hanya tanggung jawab!" Desis Galen dengan nada yang begitu pelan namun bisa didengar dengan jelas oleh Lova karena mereka berdiri berdampingan. Lova langsung menoleh dan mendesis dengan tatapan nyalang. "Brengsekk!" Cicit Lova dengan gelora amarah yang menyala-nyala di matanya. Namun, Galen hanya menyunggingkan senyum sinisnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD