Part 28

1465 Words
Reyhan tertegun mendengar cerita Jana. Ia sama sekali tidak menyangka pembicaraannya waktu itu dengan Farhan akan terdengar langsung oleh Jana. Padahal waktu itu ia sudah mewanti-wanti agar Jana dan yang lainnya tidak mengetahui pembicaraan itu, makannya ia dan Farhan mengobrol di kamar laki-laki itu. Namun ternyata semua tidak sesuai dengan harapannya karena pada akhirnya Jana mengetahui rahasia yang selama ini ia pendam. Reyhan menatap lekat netra Jana, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya ada dalam pikiran sahabatnya itu. Ia melihat sorot kekecewaan. Entahlah, apa perasaannya atau bukan ia merasa Jana juga memiliki perasaan yang sama dengannya pada Jessica. Namun jika begitu, mengapa Jana malah merusak Jessica dan membuatnya trauma? "Iya, seperti dugaan lo, gue juga suka sama Jessica. Asal lo tahu, dia itu cinta pertama gue," ucap Jana seakan mengerti apa yang tengah dipikirkan oleh sahabatnya itu. Lagi-lagi Reyhan dibuat syok dengan pengakuan Jana yang sangat tak terduga itu. Ia tidak pernah menyangka jika Jana memiliki perasaan khusus kepada Jessica, atau jangan-jangan-- Reyhan kembali menatap Jana dan seolah memiliki kontak batin yang kuat dengan laki-laki itu, Jana pun kembali mengutarakan apa yang menggangu pikiran sahabatnya itu. "Ya, apa yang gue lakuin ke Jessica itu bukan sekedar nafsu doang. Kejadian sebenarnya dibalik gue ngelakuin itu, sebelumnya karena gue kecewa sama lo. Lo udah ngingkari janji persahabatan kita bahwa di antara kita enggak boleh ada yang memiliki perasaan khusus dengan satu sama lain. Selain itu gue ngerasa cemburu saat lo dengan sengaja deketin Jessica. Dan tiba-tiba saja sebuah ide terlintas dalam pikiran gue dan akhirnya gue terpaksa ngelakuin itu walaupun gue harus ngelukain dia, karena saat itu yang terlintas dipikiran gue adalah bagaimana caranya gue milikin dia seutuhnya," jelas Jana dan diakhir dengan senyum miris. Jika ditanya apa Jana merasa menyesal setelah melakukan hal yang buruk kepada Jessica, maka jawabannya adalah, ya. Ia sadar betul tindakannya itu telah membuat Jessica takut dan benci kepadanya dan mengurangi kesempatan buat dia memiliki Jessica seutuhnya karena pastinya Jessica tidak sudi hidup dengannya karena ia menjadi salah satu faktor utama ia memiliki trauma. Ia mengutuk dirinya sendiri bodoh karena berbuat hal macam kuno seperti itu demi mendapatkan wanita pujaan hatinya itu. Tangan Reyhan gatal ingin melayangkan sebuah tinjuan pada laki-laki di hadapannya itu. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Jana yang terkesan bodoh tersebut. Jujur saja, bukannya Jessica tambah berkesan dan berakhir memilihnya, justru apa yang dilakukan Jana justru semakin memperburuk peluang dia mendapatkan Jessica. Karena tak bisa memberikan bogeman mentah ke wajah Jana, bibirnya pun mengeluarkan beberapa umpatan yang membuat Jana menundukkan kepalanya. "Bodoh!" umpat Reyhan. "Iya, gue tahu gue emang bodoh," balas Jana. Ayolah, jangan naif. Seseorang akan berubah menjadi bodoh jika menyangkut masalah percintaan, termasuk yang terjadi pada Jana. Dan Jana mengakui dirinya bodoh karena cintanya kepada Jessica. Terdengar helaan napas panjang keluar dari mulut Reyhan. Sudahlah, ia lelah menghadapi Jana yang sembrono itu. Ia meraih manggo floatnya, lalu menyesapnya untuk mengurangi rasa kering di tenggorokannya setelah barusan ia mengeluarkan kata-kata mutiara untuk Jana. Namun sedetik kemudian Reyhan tersedak manggo float yang sedang diminumnya itu, setelah mendengar penuturan Jana. Kedua matanya melotot tajam, sementara itu tubuhnya membatu selama beberapa saat. Reyhan menghembuskan napasnya berat, lalu mengusap kasar wajahnya. Astaga, ke mana Jana yang ia kenal, kenapa makin ke sini tingkah gila laki-laki itu tidak bisa dikendalikan. "Please, Jan. Gue mohon lo berhenti buat ulah lagi!" pinta Reyhan. "Kali ini gue enggak bisa, maaf," balas Jana. "Ya ampun, Jan, Jan. Lo bener-bener, ya. Lo enggak kasihan apa sama si Jessi?" tanya Reyhan dengan raut frustasinya. Namun respons Jana malah mengedikan bahunya acuh. "Lo kasihan sama Jessica atau lo kasihan sama diri lo sendiri gara-gara kesempatan untuk memiliki dia jadi semakin susah?" Seringaian muncul di bibir Jana. Ia tersenyum puas melihat raut terkejut yang tak bisa disembunyikan oleh Reyhan. Ayolah, menurutnya Reyhan terlalu naif, padahal ia tahu Reyhan sendiri juga sedang mengincar Jessica. Dan Reyhan sama brengseknya dengan dirinya lantaran laki-laki itu masih mengejar Jessica di saat dia sudah memiliki seorang tunangan yang tak kalah cantiknya dari Jessica. "Kali ini gue enggak bisa berhenti, Rey, karena perjodohan ini bukan gue yang mau, melainkan orang tua gue dan orang tua Jessica. Jadi gue harap lo enggak gangguin gue lagi," ucap Jana. Setelah mengatakan itu Jana pun beranjak dari kursi besi yang tengah ia duduki. Namun sebelum ia berlalu dari hadapan Reyhan, ia mengutarakan sesuatu yang semakin membuat Reyhan mati kutu. "Gue tahu apa yang sedang lo pikirin sekarang. Gue harap lo enggak ngasih tahu ke orang tua Jessica kalau gue 'lah pelaku yang buat anak mereka trauma. Karena jika sampai lo bocorin rahasia itu, gue juga enggak akan segan-segan buat ngehancurin hubungan lo sama Natasha. Dan gue bakal buat lo dibenci sama Jessica dan Natasha kalau lo sampai nekat bongkar semuanya ke hadapan ibu-ibu atau disebarkan di akun lambe!" ancam Jana. Selepas kepergian Jana, Reyhan pun memegangi kepalanya yang kini berdenyut nyeri setelah satu lagi fakta yang baru ia ketahui sekarang. Di satu sisi ia sangat menyayangi Jessica dan berupaya melindungi wanita pujaan hatinya itu. Namun di sisi lain ia juga tak ingin hubungannya hancur dengan Natasha. Bagaimana pun ia tak tega menyakiti hati wanita sebaik tunangannya itu. *** Malam yang ditunggu-tunggu oleh pihak keluarga Jessica dan Jana pun akhirnya tiba. Tepat pada pukul tujuh malam, keluarga Jana datang dengan membawa beberapa paper bag yang merupakan oleh-oleh dari Jepang. Kedatangan keluarga Jana disambut baik oleh mama Rika dan juga papa Winata, namun tidak dengan Jessica. Sejak kedatangan keluarga Jana, wanita itu lebih banyak diam. Bahkan terang-terangan ia mencoba untuk tidak bersitatap dengan Jana. "Ya ampun, makin cantik aja kamu, Jes. Terakhir kali Tante liat kamu pas masih SMA, waktu itu pipi kamu juga masih chubby. Sekarang kamu banyak berubah dan makin cantik aja," puji mama Jana. Sementara itu Jessica mendengus dalam hati. Ini mamanya Jana berniat memujinya atau body shaming, sih? Kok malah banding-bandingin dirinya dengan yang dulu dan sekarang. Ya, jelas beda 'lah, karena setiap orang pasti akan mengalami perubahan. "Emak sama anak enggak ada yang bener! Mana gayanya dan sikapnya kelihatan songong lagi!" batin Devan. Papa Winata pun mengajak keluarga Jana ke ruang makan. Kebetulan makanan sudah siap dari setengah jam yang lalu. Mereka makan malam dengan khidmat dan diselingi obrolan ringan yang membuat suasana di dalam ruang makan itu terasa semakin hidup. Namun di tengah kegembiraan kedua belah keluarga itu, hanya Jessica yang terlihat tak bersemangat dan sedikit terlihat malas-malasan, hingga beberapa kali ditegur oleh mama Rika dengan menyenggol kakinya dari bawah. Kebetulan posisi duduk mama Rika dan Jessica bersebelahan, jadi membuat mama Rika menegur sikap Jessica yang dianggapnya sedikit kurang sopan itu. "Cantik banget," batin Jana. Sejak tadi atensi Jana tak lepas dari wajah cantik Jessica yang dipoles dengan make up tipis dan semakin membuat kecantikan wanita itu terpancar. "Kayaknya gue harus cepat-cepat lancarin aksi gue, deh. Kalau dibiarin terlalu lama takutnya mereka keburu bahas masalah perjodohan itu. Apalagi gue udah enek banget ngelihat si mata keranjang Jana dan tante Martha yang nyebelin banget!" batin Devan. "Tenang, Jes. Lo bakal terbebas dari calon suami dan mertua yang menyebalkan kayak mereka. Gue bakal cariin lo, cowok baik-baik, enggak kayak si borokokok Chandra, atau si petakilan Tian, atau si enggak tahu diri Jana," lanjut Devan dalam hati. "Aduh!" ringis Jessica. Ia pura-pura kesakitan sambil memegangi perutnya hingga mengundang tatapan semua orang yang berada di ruang makan tersebut ke arahnya. Mama Rika yang duduk tepat di samping Jessica pun dengan sigap menanyakan apa yang terjadi pada putrinya itu, termasuk Karina yang juga duduk di samping kiri Jessica. "Kamu kenapa, Jes?!" tanya mama Rika dengan raut wajah paniknya, pasalnya ia tahu putrinya itu tadi sore mengeluhkan sedang tidak enak badan. "Sa-sakit, Ma," jawab Jessica. Ia mencoba berakting senatural mungkin agar kelihatan seperti beneran sedang menahan rasa sakit di perutnya. "Jessica kenapa, Rik?" tanya mama Jana yang juga ikut khawatir melihat calon menantunya kesakitan. "Sa-sakit," ucap Jessica terbata-bata disertai isakan kecil agar semakin membuat suasana menjadi tidak kondusif. Mama Rika pun dengan sigap menuntun Jessica ke kamarnya yang terletak di lantai atas, didampingi oleh Karina karena mama Rika yang meminta. Namun baru beberapa langkah, suara Jana menginterupsi. "Biar saya aja, Tan," ujar Jana. Ia ingin terlihat gantle man di hadapan orang tua dan adik Jessica. "Eh, enggak apa-apa, Jan. Biar Tante sama Karina aja, kamu lanjut makan aja," ucap mama Rika yang menolak dengan halus tawaran Jana. Sementara itu Jessica berdecak dalam hati melihat bagaimana Jana mencoba mencari muka kepada kedua orang tuanya. "Enggak segampang itu lo bikin orang tua gue terkesan sama lo!" batin Jessica. "Kak Jes!" pekik Karina yang tengah memegangi tangan kiri kakaknya. Ia benar-benar terkejut saat tubuh sang kakak limbung ke arahnya jika ia tidak sigap menahan tubuh Jessica. Sontak kejadian tersebut membuat acara makan malam itu menjadi kacau karena semua atensi kini beralih pada Jessica yang sudah terkapar di pelukan Karina.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD