Latihan

1000 Words
"Waduh aku kok belum pede ini gimana!" "Los dol, Ndang lanjut lek mu watsappan, chek paket datane yen entek tak tukokne. Tenan dek elingo yen mantan nakokno kabarmu tandane, iku ora rindu..nanging kangen kringet bareng awakmu!" Maria mulai menyanyikan lagunya sedikit malu malu namun setelah yang lain manggut manggut dia mulai jadi pede. "Terimakasih!" Maria sedikit malu meninggalkan panggungnya. "Waaahh...ternyata bagus juga suaramu Maria, tinggal diasah dikit trus malu malunya di ilangin, jadi ini!" Ucap si pemilik orkes. Mereka semua memanggilnya mas Reno, masih muda, ganteng, gagah dan sudah duda. Makanya biduannya suka caper kalau mas Reno datang saat latihan. "Kamu tadi namanya siapa?" Tanya Reno ke Maria. "Maria mas!" "Oke, Maria, mulai sekarang ikutlah latihan di sini. Aku suka suaramu, sedikit unik serak serak basah namun sedap." "Wiiihh sedap ya!" Goda teman teman yang lain. "Hahaha...ya begitulah kita Maria, kamu jangan risih. Mereka semua baik baik kok, sudah jinak tapi kalau dipegang tetap menggigit sih." Suara riuh kembali terdengar di ruangan ini. Mungkin memang cara mereka melepas penat seperti ini, karena meski hanya main musik dan nyanyi begini saja juga capek lo, aku juga baru tau sekarang ini karena ikut mereka latihan. Sebelumnya ya mana tau. "Boleh mas,! "Pak Dirman memang tidak pernah gagal kalau cari bibit baru!" Pujian meluncur ke pak Dirman yang sudah mengenalkan ku pada mas Reno. "Cocok kan..pasti cocok!!" Candaan pak Dirman ke mas Reno. "Oke lanjutkan Maria semoga kita jadi relasi yang oke, oh ya untuk masalah kontrak, besok saya usahakan bisa agar kita saling menguntungkan." Mas Reno memaparkan garis besar ikut orkesan-nya. Jam lima latihan selesai, aku pulang dan berpamitan ke yang lainnya. dan pak Dirman sepertinya akan lebih lama berada di tempat latihan karena mempersiapkan manggung besok siang dan malamnya. "Hati hati ya Maria, nanti info selanjutnya kita info di grup!" Mbk Meike orang yang paling mendekatkan diri pada ku. Sepertinya dia yang paling senior jadi ingin merangkul semua. "Iya mbk, terimakasih!" Sepeda motor ku lajukan membela jalan raya yang sedikit lebih padat, kali ini karena mungkin jam pulang kerja. "Aaahh..kenapa selama ini aku tak keluar meski hanya muter pake sepeda seperti ini ya, kenapa sumpek sendiri di rumah dan dengan omongan orang sih. Kalau begini pasti aku bakal lebih rileks dan gak sumpek dirumah aja." Sampai rumah sudah hampir magrib, ku masukkan sepeda motor ke dalam rumah. Rumah ku hanya berpagar rendah karena memang berada di perkampungan. jika dipasang pagar tinggi seperti rumah rumah di perumahan pada umumnya pasti orang orang mengira sombong, terlalu tertutup. Memang beginilah hidup di perkampungan. "Habis dari mana Maria tumben keluar rumah sampai magrib!" baru saja mau menutup pagar ada mbk Siti lewat dan menyapa atau lebih tepatnya cari bahan buat cerita besoknya, Astaqfirullah..fikiran ku jadi negatif trus. "Habis cari kerjaan mbk Siti, biar gak stres di rumah terus." aku jujur karena buat apa juga di tutupi. "Ya memang begitu kalau janda ya harus mandiri, karena mau ngandalin siapa lagi kalau gak diri sendiri. Masak mau ngandalin suami orang hehehe..bercanda Mar!" Aku tau dia menyindir ku namun aku gak mau ambil pusing ucapannya. "Iya mbk, saya masuk dulu ya mau istirahat!" "Iya Mar silakan, memang kalau masih belum ada anak enak. Mau istirahat tinggal rebahan, kalau ada anak kayak saya begini ya mana bisa seenaknya begitu hehehe..!" Aku hanya membalas dengan senyuman ku yang paling manis dan menutup pagar dan masuk rumah. Lama lama bosan rasanya mendengar julitan para tetangga. Setelah bebersih, badan jadi lebih rilexs dan bertemu kasur menjadi bikin mata makin berat. ting ting ting Aku menengok suara HP yang tiba tiba menjadi rame biasanya tidak pernah ada yang mengirim pesan kecuali bu Salamah yabg kasih tai ada pesanan gorengan atau kerupuk saja. "Grub OM. Monica" Oh ternyata aku sudah dimasukkan di grub pantas jadi rame HP ku. Aku membalas sapaan mereka kepadaku sebagai pendatang baru dan melihat info info yang mereka bagikan. "Seru juga kalau punya teman banyak." Ucap ku dalam hati. Ku letakkan HP di nakas dan mencoba memejamkan mata yang sudah sangat berat namun tiba tiba mata ini terbuka dan ingin membuka laci lemari. disana aku taruh kotak kecil untuk semua pemberian mas Prabowo sebelum meninggal. Ada perhiasan satu set kusimpan disana yang ku pakai hanya cincinnya saja karena merasa malu kelihatan mencolok dengan perhiasan padahal sudah tak ada suami. Ada ATM yang diberikan pada ku saat malam sebelum kejadian naas itu juga ada amplop pemberian perwakilan rekan kerja waktu itu yang belum aku hitung isinya dan ada dompet milik mas prabowo yang diberikan pak polisi waktu di rumah sakit. aku hanya sering membuka dompetnya yang disana ada foto pernikahan kami tanpa melihat isi yang lainnya. Sampai sekarang aku masih belum kuat untuk membuka semua yang menyangkut kematian mas Prabowo. hati ku masih bergetar jika menyentuh peninggalannya. Kututup kembali kotak itu dan memasukkannya kedalam laci lagi, seperti itu selama ini jika aku tiba tiba merindukannya yang tak dapat dilihat dan di sentuh lagi. Terlihat kuat tapi yang sebenarnya hancur, itu yang terlihat sekarang pada ku. Keesokan paginya aku kembali ke rutinitas ku menitipkan gorengan di bu Salamah namun kali ini aku kesiangan lima menit dari biasanya sehingga ibu ibu sudah pada mengumpul disana. "Pagi mbk sudah mau belanja, silakan gorengannya masih anget anget." Namanya penjual meski dihina, disindir tetap harus ramah ke pelanggan. "Sekarang sudah berani berkeliaran ya sampe pulangnya malem malem, pasti cari mangsa baru. Hati hati yang lain suaminya dijaga biar gak di gondol garangan." "Astaqfirullah, mbk Ara kenapa kamu suka sekali fitnah orang sih? Apa aku pernah menyakiti hati kamu sampai kamu sering sekali memfitnah ku?" Kali ini aku berbicara karena diam saja tidak membuat mereka diam malam makin jadi. "Looh kesindir ternyata! Kalau sakit hati berarti benar dong yaa!" Aku hanya membuang nafas besar tidak mau meladeni ocehannya lagi, bagi ku hanya akan membuang buang waktu saja. "Bu Salamah makasih ya!" Ucap ku berpamitan dengannya saja lalu pergi. Mulai saat ini aku tak mau meladeni orang orang julid macam Ara dan bala kelompokny. Aku hanya akan memperlihatkan keberhasilan ku sedikit demi sedikit untuk membuat mereka makin belingsatan.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD