Dihukum

1064 Words
"Padahal selama ini dia selalu baik. Inikah balasannya." *** Nania dikucilkan oleh teman-temannya karena Ica yang mengompori teman-temannya kalau dirinya sudah miskin. Ica juga yang mengatakan kalau Papanya sudah meninggal dia jatuh miskin. Mereka semua mengucilkam Nania. "Heh, Nania. Ini 'kan sekolah mahal. Kamu 'kan udah jadi miskin ngapain masih sekolah di sini," ucap Fayza. "Emangnya kenapa aku enggak boleh sekolah di sini? 'Kan enggak ada larangan juga untuk aku sekolah di sini." "Tapi ya, Nania. Aturan kamu malu lah. Kamu itu miskin tapi sekolah di sini sedangkan kita-kita orang kaya semua." Nania hanya bisa menunduk. "Iya tuh bener! Inget ya kamu itu miskin. Orang tua kamu dah mati! Makanya jadi gembel! ucap Ica. Ica padahal sepupunya sendiri tapi dia tega mengatakan seperti itu. Padahal, "Ada apa ini?" tanya seseorang hingga membuat mereka menengok ke arah pintu. Nania juga mengangkat kepalanya saat melihat orang tersebut datang. "Kak Narendra...." Narendra adalah Kakak kelas mereka yang terkenal dengan ketampanannya. Apalagi dia menjabat sebagai ketua OSIS di SMA mereka. Siapa yang tidak mengenal laki-laki itu bahkan semua perempuan sudah pasti mengangguminya. Tentunya, kecuali Nania. Nania menganggap Narendra biasa saja. "Ngapain kalian ngatain-ngatain dia." "Eh, Kak Narendra ngapain di sini?" tanya Ica dengan sok kecantikan. "Gausah kencentilan. Gue nanya kenapa lo bully dia! Lo pikir ini pasar bisa kayak preman." "Ma ... maaf, Kak. Aku tadi cuma...." Ica tidak tahu harus mengatakan apa. Tatapan mata Narendra yang tajam membuatnya sangat ketakutan hingga tidak ada ruang untuk menjawab pertanyaan laki-laki itu. Fayza Dan Lusi sebagai antek-antek Ica pun diam tak bergeming sedangkan anak laiin yang tadi ikut mencemoohnya memilih mundur. "Gaada cuma-cuma. Ikut gue ke ruang bk. Masih sekolah aja udah bully orang gimana nanti udah ke luar sekolah! Mau jadi penguasa. Ikut gue buruan!" Narendra menyuruh mereka mengikutinya. Ica memelototi mata Nania. Nania hanya diam tak bergeming setelah mereka ikut Narendra. Nania menghela napasnya. Dia tidak berminat membuat Ica dipanggil. Dia juga merasa kasihan karena bagaimanapun diad saudaranya. "Nania lihat tuh gara-gara kamu." "Iya. Padahal, kamu kan emang miskin. Lagian ngapain sih kamu masih sekolah di sini! Ke luar sana." "Memangnya kalau aku orang enggak punya enggak boleh kalau sekolah di sini?" "Ya malu kek, Nania. Lo itu udah miskin. Tapi, belagu banget sekolah di sini. Kecuali emang elo itu kayak dulu. Kaya tapi ini udah miskin belagu lagi," ucapnya lagi. Nania memilih tidak peduli. Jam pelajaran kenapa tidak mulai juga. Entah kenapa jam istirahat saat ini membuatnya tidak nyaman. Bagaimana kalau ke depannya dia akan tetap dibully. *** Narendra yang sedang lewat kelas satu Ipa 2 mendengar kegaduhan. Awalnya dia hanya melihat saja dari luar kelas. Tapi, lama kelamaan melihat mereka membully salah satu perempuan membuatnya geram. Dia masuk langsung melabrak mereka. Narendra kesal kenapa wanita yang dibully itu hanya diam saja. Padahal, bisa saja dia melawan. Setelah dia perhatikam detail. Raut wajahnya juga imut seperti Chinese. Narendra menggelengkan kepalanya. Dia lantas memarahi perempuan-perempuan yang kencentilan itu lalu membawanya ke ruang bk. Sampai dia di ruang bk lalu mengetuknya. Setelah mendapat jawaban dia baru masuk ke dalam. "Permisi, Pak...." "Ya ada apa, Narendra?" tanya Pak Jojo guru BK mereka. "Ini, Pak. Tiga perempuan ini membully salah satu temannya di kelas IPA satu untung saja saya ngelihat Dan langsung memisahkan mereka. "Kalian duduk dulu." Jojo bangkit dari tempat kerjanya untuk duduk di sofa di mana ada sofa yang memang khusus di setiap ruang bk untuk menangani anak-anak yang bermasalah maupun berprestasi. "Memangnya kenapa kalian membully teman kelas kalian sendiri? Namanya siapa?" tanya Pak Jojo. Pak Jojo dengan kumis panjang di bawah hidung yang selalu dia mainkan itu terkesan garang. Pengganti BK yang dulu ini memang lebih disiplin sehingga membuat anak-anak jera. Ada lagi guru BK yang lain yang lebih ramah. Tapi, mungkin karena memang nasib baik tidak berpihak kepada mereka. "Sa ... saya...." "Jawab yang bener lo tadi di kelas sok jagoan banget ngatain orang miskin. Emang kalian sekaya apa? Lagian kalau kayak juga duit orang tua kan?!" Narendra ikut geram sendiri karena tingkah mereka yang seenaknya. Tadi sok berani sekarang hanya diam saja. "Maaf, Pak tadi kita cuma bercanda aja kok. Namanya, teman kan kita cuma main-main aja," ucap Lusi. "Iya, Pak bener lagian kan wajar kalau kita main-main aja." "Nahkan, Pak. Bapak denger sendiri kan kata temen saya. Saya enggak maksud Bully kok cuma Kak Narendra aja salah paham," ucap Ica lagi. "Inget ya. Gaada yang namanya bully kalau lo yang seneng sedangkan dia tertekan!" Narendra kesal masih bisa-bisanya mereka membela diri padahal sudah jelas salah. "Sudah-sudah. Nama kalian siapa Dan sebutkan dari kelas mana." Jojo mengambil buku catatan kedisplinan. "Pak jangan dicatat dong, Pak. Kita janji enggak akan kayak gitu lagi," ucap Lusi. Nilai itu jelas sangat berpengaruh bagi mereka. Kalau sampai mereka masuk daftar buku hitam itu, guru-guru akan selalu memantau atau bahkan nilai mereka jadi buruk. "Nah bagus, Pak. Kalau perlu hukum sekalian," ucap Narendra lagi. Fayza hanya menatap kesal dengan Narendra. Saat ditatap balik Fayza mengalihkannya. "Buruan sebutin jangan bertele-tele saya enggak suka murid yang udah buruan disuruh malah eta ete eta ete." Dengan pasrah mereka pun menyebutkan nama lengkap mereka. Dan Pak Jojo mencatatnya. "Setelah ini kalian saya hukum untuk membersihkan kamar mandi selama seminggu." "What??!! Pak kita kan nama kita udah dicatet masa masih dapet hukuman sih." "Mana seminggu lagi," ucap Fayza lagi. "Kalian komplen saya tambah." "Eh jangan-jangan, Pak." Lusi pun tidak mau hukumannya ditambah jadi dia hanya bisa pasrah saja. Jam istirahat telah berakhir.... Suara speaker sekolah menandakan sekolah sudah berakhir pun berbunyi. "Bel sudah bunyi. Kalian masuk buruan. Jangan lupa dengan hukuman kalian bertiga. Narendra kamu bisa lihat mereka atau suruh anak osis lain." "Baik, Pak. Saya permisi." Narendra pun pamit lebih dulu untuk ke kelas karena dia ada ulangan. "Ya. Kalian bertiga juga balik ke kelas." "Baik, Pak." Setelah mereka saling Salim kemudian mereka bangkit ke luar dari ruangan BK. Mereka pun segera ke kelas masing-masing. Narendra sudah menuju ke kelasnya yang berlawanan arah dengan ketiga gadis tadi. Sedangkan, Ica sudah sangat kesal karna mendapat hukuman tersebut. "Ck. Tahu enggak sih akutu kesel banget sama, Nania. Kenapa malah jadi kita yang dihukum," ucap Fayza. "Iya ini semua salah Narendra. Kalau bukan karna Narendra pasti kita enggak bakal ada di sini," jawab Lusi lagi. "Heh kalian itu jangan nyalahin Kak Narendra ya. Ini tu semua salah Nania. Bukan Narendra," ucap Ica membentak mereka. Mereka pun hanya diam saja. Lihat saja, Nania! Kamu bakal aku bilangin ke Mama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD