Wanita Itu Terasa Dekat

1031 Words
Hati sulit berkompromi, daya ingat seorang pria seakan dibatasi, bahkan untuk mengingat hari ulang tahun pasangannya saja sangat sulit walaupun menurut pria itu adalah hal yang wajar bahkan sangat aneh kenapa bisa wanita menempatkan sebuah keseriusan hanya dari mengingat tanggal, padahal ada hal yang jauh lebih penting dibanding tanggal. Wanita selalu berkata 'jika hal kecil seperti tanggal saja tidak ingat, bagaimana dengan hal yang jauh lebih besar?' logika yang cukup bagus jika dicermati, tetapi bukankah manusia lebih gampang mengingat sesuatu yang besar? jika keseriusan dinilai dari besar kecilnya sesuatu, maka untuk apa ada yang namanya kasih sayang. "Emangnya kamu gak ada niat buat pacaran gitu? kamu keliatan menyedihkan," ucap Daniel teman dekat Arya yang selama ini berteman baik. Walaupun Daniel berbeda kelas dengan Arya, tetapi ia cukup dekat karena nasib mereka yang hampir sama, yaitu sama-sama mendapatkan beasiswa di sekolah ini. "Lagi-lagi bahas kayak gitu, lagian siapa yang mau sama aku," ucap Arya terlihat lesu sembari menyangga tubuhnya menggunakan kedua tangan yang ia tempelkan ke lantai. "Yaudah, aku balik kelas lagi deh, lagian sebentar lagi kan kamu masuk pelajaran olahraga," ucap Daniel bergegas pergi meninggalkan Arya. Jam pelajaran olahraga pun dimulai, kebetulan hari ini materi praktek sepak bola sehingga seluruh murid laki-laki harus turun ke lapangan untuk mendapatkan nilai praktek. "Sial, sebagai laki-laki kenapa aku ga bisa main bola," ucap Arya lesu dan tak bersemangat. "Dan kenapa mereka menjadikan aku kiper!" ucapnya lagi mengeluh. "Hei! cepet oy, kalo dipegang terus kapan mulainya!" ucap Angga dari tengah lapangan yang sedari tadi sudah menanti bola yang dipegang Arya. Angga adalah seorang siswa yang sangat pandai bermain sepakbola dan ia juga ditunjuk sebagai kapten tim walaupun ia sangat nakal tetapi kemampuan sepakbolanya membuat para guru menjadikan Angga sebagai murid kesayangan. "Maaf, aku lempar sekarang," ucap Arya berteriak dengan wajah sedikit terkejut. "Gimana nih cara nendang bolanya?" ucap Arya kebingungan. Tetapi karena Angga sudah memanggil Arya terus menerus akhirnya bola itu ia tendang sembarang arah walaupun pada akhirnya bola itu tetap lurus ke depan. Namun, sialnya bola itu mengenai kepala Angga yang membuat ekspresi wajah Angga seketika berubah. "Wah, mampus dah," ucap salah seorang teman yang melihatnya. "Pasti sakit tuh," ucap salah seorang lainnya. "Hahaha parah parah," bahkan ada yang sampai tertawa. "Mati aku," ucap Arya dengan wajah terkejutnya dan sedikit tatapan seperti orang bodoh. "Hoy, hoy, hoy, apaan, nih maksudnya?" ucap Angga yang sudah terlihat dengan tatapan mata yang bersinar bak lampu tembak. "Maaf aku ga sengaja," ucap Arya meminta maaf dari arah gawang. Angga bergegas mendekati ke arah Arya dengan langkah kaki yang cukup keras memijak tanah, ia juga sudah menggulung lengan bajunya untuk memperjelas kemarahannya. "Berani, ya?" ucapnya lagi. Namun, tiba-tiba seseorang menghentikan Angga, dia adalah ketua kelas yang memiliki penampilan yang cukup menawan dan bijaksana. "Udahlah, lagian dia kan ga bisa main bola, dia pasti ga sengaja, ga mungkin orang bodoh seperti dia bisa dengan sengaja mengenai kepalamu, kan?" ucap ketua kelasnya itu dengan senyum menawan. Reza adalah ketua kelas di kelas yang diduduki oleh Arya, Arya juga sangat mengagumi Reza karena sikapnya yang baik dan gampang bergaul dengan semua orang, bahkan banyak kakak kelas yang mengirimi ia surat. "Tampan, sopan, bijaksana dan juga baik, kenapa kehidupanku tidak seperti ketua kelas? ditambah dia juga kaya dan disukai banyak gadis, sosok yang sangat sempurna," ucap Arya di dalam hatinya saat ia melihat ke arah Reza. Setelah olahraga selesai Arya pun berterima kasih pada Reza atas perhatiannya. "Aku gak tau apa yang harus aku katakan, tapi makasih ketua kelas karena sudah menolongku," ucap Arya terlihat canggung. "Hahaha, Gapapa santai aja lagian kamu juga kan sama sama ada di kelasku jadi itu wajar saja karena kita teman," ucap Reza yang membuat hati Arya tenang. Dari arah luar lapangan seseorang melirik ke arah mereka, seorang wanita cantik yang bernama Florensia. Dia juga merupakan siswi yang ada di kelas Arya, dan sebenarnya Arya sangat menyukai Florensia karena ia sangat baik dan tidak pernah membicarakan orang lain seperti kebanyakan perempuan pada umumnya. "Apa dia melihat ke arahku?" gumam Arya dalam hatinya sembari ia tersenyum ke arah Florensia. Namun, ternyata Florensia melihat ke arah Reza yang ada di sebelah Arya dan Reza pun membalas senyum Florensia dan mendekati dirinya. Terasa sakit sampai ulu hati Arya seperti tertusuk jarum yang tajam, tetapi bagi Arya itu adalah sebuah kebiasaan yang seharusnya ia tak merasa sakit lagi, lagipula memiliki seorang Florensia hanyalah sebatas angan saja, dari segi ekonomi saja sudah sangat jauh berbeda apalagi harus memiliki dirinya. "Apa yang aku pikirkan, seharusnya aku tau dia melirik ke arah ketua kelas," ucap Arya tersenyum sembari menundukkan kepalanya ke arah tanah. Sepulang sekolah ia pun langsung bergegas untuk pulang, seperti biasa kehidupan yang menyenangkan hanya ada di rumah bersama dengan handphone kesayangannya. Di perjalanan ia membuka Handphonenya dan terus membaca setiap pesan yang masuk dan ternyata itu dari Lucy. "Teman chatku sampai spam chat berkali-kali, padahal aku sudah bilang kalau lagi sekolah, apa dia gak sekolah, ya?" ucapnya sembari terus melanjutkan langkahnya. Arya membalas chat ketika ia sudah sampai ke rumahnya. [Bagaimana harimu?] tanya Arya di dalam sebuah pesan. [Aku baik-baik saja, tetapi ada hal yang membuat aku sedikit jengkel] balas Lucy dalam chatnya. [Kenapa?] balas Arya singkat. [Seseorang menyatakan cinta lagi padaku padahal aku sudah menolaknya tiga kali, apakah pria senekat itu? hahaha lucu sekali, ya] Balas Lucy tertawa di dalam chatnya. "Entahlah aku bingung, kenapa pria bisa sangat keras mengejar seorang wanita yang ia sukai? tapi, kenapa aku tidak bisa melakukan hal serupa? aku bahkan tak berani mengatakan hal semacam itu kepada seorang wanita," gumam Arya dalam hatinya. Lalu Arya membalas chat Lucy cukup dewasa. [Pria yang sangat berani, ya? aku rasa dia sangat menyukaimu sampai ia nekat melakukannya berulang kali, jika aku jadi pria itu, sudah pasti aku akan sangat malu dan menganggap hal itu tak pernah terjadi hahaha] balas Arya. Cinta begitu aneh, ia menyembuhkan walau tak menyentuh. Ia menyakitkan walau tak menggores. Ia juga sedikit membingungkan walaupun tidak terpikirkan. Seseorang harus menyatakan sesuatu pada orang lain walaupun hasilnya tidak akan sama seperti yang dipikirkan, tetapi setiap orang memiliki sikapnya masing-masing, jika cintamu bertepuk sebelah tangan maka jangan khawatir, tuhan tidak akan pernah salah menyatukan dirimu dengan orang lain, tuhan memiliki lebih dari yang kau pikirkan untuk membuatmu bahagia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD