Orang bilang hati wanita itu rapuh dan mudah disentuh, mereka kesulitan mengontrol rasa yang tiba-tiba datang di dalam hatinya, terkadang mereka melakukan hal-hal konyol untuk bisa mengekspresikan apa yang mereka rasakan apalagi jika berhubungan dengan orang yang mereka suka, mereka tak segan menelusuri seseorang yang sedang mereka sukai bahkan rela melakukan perjalanan jauh untuk bisa bertemu dengan orang yang saat ini ada di dalam hatinya. Mungkin tidak banyak wanita yang bisa mengakui dan melakukan hal semacam ini, tetapi percayalah ketika wanita sudah menjatuhkan hatinya maka mereka bisa melakukan apa pun untuk pasangannya.
Lucy Ana Dewi seorang remaja yang tengah menginjak pendidikan sekolah menengah umum di salah satu sekolah yang ada di pulau Paus adalah salah satu wanita itu, hari ini setelah penantian panjangnya akhirnya ia akan bertemu dengan seorang pria yang selama ini ia kenal melalui aplikasi online. Di sebuah pulau bernama pulau Paus, Lucy Ana Dewi atau biasa di sebut Lucy terlihat begitu cantik dengan balutan Dress berwarna pink yang ia kenakan. Hari ini langit cukup cerah dan udaranya tidak terlalu panas, langit seperti merestui pertemuannya dengan orang itu.
"Mau kemana?" tanya Rio saat ia melihat Lucy di dermaga.
"Aku mau ke Jakarta, aku mau liat calon kampusku nanti," jawab Lucy sedikit berbohong pada Rio.
Rio adalah teman semasa kecil Lucy, mereka sudah saling mengenal sejak lama dan Rio juga menaruh hati pada Lucy, karena Lucy ingin menjaga perasaan Rio akhirnya ia berbohong agar Rio tidak terlalu memikirkannya.
"Kenapa gak bilang kalo mau ke sana? kan, bisa aku temenin," ucap Rio sedikit marah dan kecewa.
"Aku cuma gamau repotin kamu untuk sekarang, kamu udah banyak banget bantu aku, aku mau mandiri sekarang." Lucy melemparkan senyum tipis dan sedikit membuat Rio menghela napasnya.
"Haduh, kebiasaan deh, kamu ya kalo aku marah pasti ngasih ekspresi kayak gitu, bikin aku gak bisa berkutik."
"Cie yang marah, yaudah sih kan cuma sebentar doang ke sana, nanti juga balik lagi, udah kayak apa aja marah," ucap Lucy menenangkan suasana.
"Yaudah hati-hati ya, kalo ada apa-apa kamu telpon aja, nanti aku langsung 'cus' deh ke sana," balas Rio tersenyum.
"Siap kapten."
Di dalam kapal yang ia naiki, Lucy selalu bertanya soal penampilannya kepada dirinya sendiri, ia takut orang yang ditemuinya hari ini tidak menyukai apa yang dia kenakan. Lucy bahkan berkali-kali mengikat dan melepaskan ikatan rambutnya hanya karena ia merasa kurang menarik ketika di foto.
"Ya ampun aku kenapa sih? baru kali ini mau ketemu orang sampai kayak gini, biasanya juga biasa aja," gumam Lucy sembari menepuk-nepuk pipinya.
"Kira-kira dia akan berkomentar seperti apa ya? atau dia itu orang yang bagaimana jika bertemu secara langsung? apa dia sama seperti di dalam chat? atau bahkan dia seorang yang dingin dan jarang mengeluarkan kata-kata?"
Lucy terus memikirkan pria itu dan sesekali membayangkan wajahnya, ia sudah tak sabar ingin bertemu dan bahkan ia sampai menepuk-nepuk lagi pipinya ketika wajah pria itu terlintas di pikirannya.
Apa kalian merasa jika seorang yang jatuh cinta itu terkadang selalu terlihat aneh, mereka berbicara sendiri bahkan senyum-senyum sendiri ketika mereka memikirkan orang yang disukainya, bahkan ketika berkirim pesan pun sesuatu yang aneh itu terus berlangsung.
"Aku gak boleh mengacaukan pertemuan ini, aku harus menunjukkan sifatku yang sebenarnya, aku pasti akan membuat kamu terpukau!" Lucy berteriak dan membuat seisi penumpang memperhatikannya.
Lucy yang merasa malu karena semua orang memperhatikannya lalu menutup mulutnya dan mencoba membereskan rambutnya seperti orang yang salah tingkah.
Sesampainya ia di dermaga, ia langsung memesan taksi menuju tempat perjanjian. Lucy bergegas ke salah satu mall yang ada di sana setelah ia turun dari taksinya. Sejak pukul sepuluh siang tadi Lucy sudah menunggu pria bernama Arya itu di sana, Lucy sesekali berbicara sendiri seakan melatih dirinya jika orang yang ia tunggu datang. Kini sudah dua jam ia menunggu dan masih melatih dirinya untuk berinteraksi dengan orang yang ia tunggu.
"Udah jam empat, ya? kenapa dia belum datang juga?"
Waktu terus berlalu sampai akhirnya pria yang ia tunggu tak pernah datang padahal sekarang sudah jam empat sore, semalam mereka berjanji akan bertemu jam dua belas siang tadi. Lucy semakin khawatir dan ia mencoba menghubungi pria itu melalui pesan dan beberapa kali ia menelpon, tetapi nomornya tak pernah aktif bahkan saat ia mengirim pesan di platform online saja masih tidak ada jawaban. Lucy semakin khawatir dan di sana ia sangat kecewa dan merasa sedih, bagaimana bisa pria itu tidak menemuinya dan tak memberikan kabar apa pun, padahal malam tadi mereka sudah berjanji akan bertemu.
"Kamu kemana?" gumam Lucy dengan nada sendu dan hati sedikit tersayat.
Akhirnya Lucy menyerah dan memutuskan untuk pulang karena pria yang ia tunggu tak pernah datang sore itu. Dengan rasa kecewa yang cukup dalam serta air mata yang menetes, akhirnya Lucy pergi karena takut kapal terakhir menuju pulaunya sudah tidak ada.
"Bisa-bisanya dia tidak menepati janjinya, aku bodoh, bagaimana bisa aku percaya pada orang yang aku temui di aplikasi online?"
Ketika Lucy akan menaiki bus yang akan membawanya ke dermaga tiba-tiba seorang pria yang ia tunggu itu keluar dari bis. Lucy yang sebelumnya kecewa seakan diberikan sebuah jawaban bahwa langit masih mengijinkan mereka untuk bertemu.
Lucy melebarkan kelopak matanya dan perlahan berkata, "Arya?"
Namun pria itu seakan tak merespon panggilan Lucy tadi, malah ia merasa jika Lucy adalah orang yang aneh karena tiba-tiba berekspresi seperti itu di hadapannya.
"Siapa, sih? kok, di sok kenal gitu?" gumam Arya ketika Lucy melemparkan ekspresi terkejutnya.
Belum sempat Lucy bertanya dan berbicara tiba-tiba kerumunan orang dari dalam mobil itu keluar sehingga membuat Arya harus turun dengan dorongan, begitu juga Lucy harus segera masuk ke dalam mobil karena bis tak bisa menunggu lama lagi.
Arya yang tak mengenal Lucy lalu melangkahkan kakinya tanpa mempedulikan Lucy, tetapi dari kerumunan itu Lucy berteriak dan melemparkan gelang rajut yang memang ia buat untuk Arya.
"Arya simpan ini, ini adalah gelang yang aku buat untukmu, kau menyukainya, kan?" teriak Lucy yang saat ini mulai masuk ke dalam bis dan melemparkan gelang itu kepada Arya.
"Gelang? sejak kapan aku menyukai ini? dasar wanita aneh," ucap Arya kebingungan dengan perilaku wanita yang seolah-olah mengenal dirinya.
Di dalam bis itu Lucy terus saja memikirkan pria tadi, dalam hatinya dia masih ragu kepada laki-laki yang ia temui barusan, dia juga merasa heran kepadanya, jika itu memang Arya seharusnya lelaki itu mengenalnya tetapi, dari pertemuan barusan seakan lelaki itu tak mengenalnya.
"Apa aku salah orang? tapi, hatiku mengatakan jika dia adalah Arya walaupun wajahnya terlihat lebih muda," ucap Lucy menundukkan kepalanya dan melihat ke arah handphone yang ia pegang.
Lucy masih terngiang dengan semua ucapan Arya, sekali lagi ia meneteskan air matanya tetapi, kali ini dibarengi dengan sebuah senyuman lembut.
"Jika cintaku tidak direstui langit, maka aku akan membuangnya ke laut. Arya, aku mencintaimu," ucap Lucy menyeka air matanya.
Lucy sangat kecewa dan menangis selama perjalanannya menuju pulau, ia segera menghapus semua nomor telepon Arya, yang paling penting ia sudah menepati janjinya untuk memberikan gelang itu pada Arya.
Beberapa Minggu setelah pertemuan itu, berita lokal dikejutkan dengan sebuah kabar duka tentang bencana tsunami yang menerjang negara-negara Asia dan menerjang pulau-pulau kecil yang ada di wilayah perairan Indonesia. Saat ini sejumlah televisi memberitakan sebuah tsunami yang melanda sebuah pulau yang mengakibatkan sebagian besar warganya harus meninggal dunia.
"Bencana lagi, bencana lagi, ini gara-gara pemerintah yang tidak bisa bertindak untuk rakyatnya," ucap seorang pria paruh baya yang menonton televisi sembari memakan mie instan.
"Kenapa orang tua selalu menyalahkan pemerintah? padahal semua bencana itu adalah proses alam, lagi pula hidup di negara yang dibawahnya terdapat lempengan bumi memang beresiko untuk masalah seperti ini, pemerintah mana yang bisa mencegah bencana?" gumam Arya dengan wajah penuh kebosanan masuk ke dalam kamarnya.