Arya dan Sofia masih terlihat di sana tetapi, Sofia yang telah mengatakan akan pulang telat kini bingung apa yang harus ia lakukan, pasalnya sopir pribadinya saat ini sedang mengantarkan kakaknya dan bisa sampai tiga jam lagi.
"Kamu bodoh, kamu itu juara kelas tapi kenapa orang-orang disekitar kamu memanfaatkan kamu? Kamu bahkan tidak pernah tahu siapa kelompok ku, jika aku diposisi kamu maka aku yang akan menentukan kelompok aku sendiri," ucap Sofia nampak serius.
Mendengar perkataan Sofia lantas membuat Arya sedikit berpikir ulang tentang apa yang ia alami selama ini bahkan masa di mana Florensia sering meminta Arya untuk membantu mengerjakan tugasnya dan momen di mana orang-orang disekitarnya selalu minta contekan.
"Apa aku sebodoh itu? jika diingat kembali mungkin apa yang kamu katakan benar, aku seperti orang yang sedang tersesat dan terpisah dari kawanan, mereka melakukan itu untuk melindungi dirinya masing-masing dan setelah itu mereka melupakan jasa orang yang membantunya. Apa selama ini aku salah melangkah?" ucap Arya menundukan kepalanya.
"Eh? kamu terpengaruh sama kata-kata aku, ya? padahal aku tidak serius loh ngomong kayak tadi," balas Sofia yang merasa jika dirinya hanya sedang bergurau walaupun dari ekspresi wajahnya tak menunjukkan hal semacam itu.
"Engga, kamu bener seharusnya aku bisa lebih tegas sama diri aku sendiri dan orang lain, seseorang harus memiliki tanggung jawabnya sendiri dan ketergantungan kepada orang lain hanya membuat kita semakin lemah," ucap Arya mulai serius.
"Kamu gapapa? Kenapa jadi serius gini? yang paling penting saat ini sopir aku gak bisa jemput cepet, kamu harus tanggung jawab sekarang, antar aku pulang," ucap Sofia meminta hal yang belum pernah Arya lakukan sebelumnya.
Arya terkejut saat mendengar ucapan itu padahal ia masih memikirkan kata-kata Sofia sebelumnya tentang sikap Arya yang seakan dimanfaatkan oleh orang-orang sekitarnya.
"Jika aku ingat lagi, sering aku mengerjakan tugas orang lain hanya karena aku ingin mereka menganggap ku di sana karena aku sadar, aku bukan siapa-siapa, aku hanya si miskin yang kebetulan beruntung mendapatkan beasiswa di sekolah elit ini dan aku juga sadar orang-orang disekitar ku adalah sekumpulan orang-orang kaya yang rasanya cukup sulit bergaul dengan mereka," gumam Arya.
"Eh? tunggu apa tadi?" ucap Arya tersadar dari lamunannya.
"Anterin aku pulang," ucap Sofia sekali lagi menatap Arya cukup datar tetapi, sangat manis jika dipandang.
"Eh? yang bener aja? gimana caranya? aku aja pulang naik angkot," ucap Arya terkejut dengan permintaan Sofia.
Jantungnya bergetar cukup cepat dan aliran darahnya mengalir deras seakan tak percaya jika orang nomor satu di sekolah malah memintanya untuk mengantarkan pulang.
"Kamu naik angkot? emang rumah kamu di mana? ga jauh-jauh amat, sih. Rumahku di depan pasar induk," ucap Arya.
"Pasar induk? maksudnya pasar induk selatan, kan?" tanya Sofia penasaran.
"Iya, kenapa? bukannya kita udah pernah ketemu, ya?" ucap Arya yang mencoba mengingatkan Sofia jika sebelumnya mereka pernah bertemu.
"Hah? yang bener aja, di mana? aku lupa," ucap Sofia nampak memegang hidungnya menggunakan telunjuk.
"Kayaknya aku beneran gak ada yang perhatiin deh," ucap Arya menghela napasnya.
"Jadi rumah kamu di sekitar sana, ya? berarti kita satu daerah yang sama, ya?" ucap Sofia menjelaskan.
"Beneran? Emang kamu di mana?" tanya Arya penasaran.
"Gang depan tepat di depan pasar sebelah cucian mobil," ucap Florensia.
"Gang depan pasar sebelah cucian mobil? Eh? serius?" tanya Arya nampak terkejut.
"Kenapa? kenapa terkejut? kamu tau rumah aku? dulu ramai ada anak-anak manjat pager curi mangga, semenjak saat itu rumah aku sering diomongin terus viral deh," ucap Sofia.
"Hahaha iya aku tau kok rumah itu, itu kan lumayan besar, ya? bukannya itu rumah Jenderal Suyono, ya? wah kok berani-beraninya ya anak-anak itu manjat pager, kalo ketauan pasti bisa mati tuh anak-anak, ya ampun nakal banget," ucap Arya menggaruk kepalanya.
"Jadi, rumah itu adalah rumah dia? pantas aja si Amir pernah bilang kalo anak Jendral Suyono itu manis dan cantik, tapi untungnya aku dulu sempet kabur setelah dikerjain temen-temen ngambil mangga Jendral Suyono. Mati aku kalo waktu itu gak bisa kabur, lagian aku kenapa gampang amat ya di boongin?" gumam Arya termenung sejenak.
"Kenapa? jangan bilang kalo anak-anak itu kamu, ya? kamu yang coba manjat pagar?" tanya Sofia menatap tajam.
"Eh? ya engga lah masa anak baik kayak aku ngelakuin itu, sih? gak mungkin lah," ucap Arya tertawa meyakinkan Sofia agar dia mau percaya.
"Iya sih, dari tampang aja gak meyakinkan apalagi mau manjat pager orang tapi, sebenarnya waktu itu ayah manggil anak-anak itu buat ngasih buah-buahan karena dia ingat masa kecilnya yang juga pernah naik pagar orang," ucap Sofia menambahkan.
"Apa? Kebenaran macam apa ini? kalo tau gitu mending gausah kabur," ucap Arya melotot dengan ekspresi terkejut.
"Hah?" ucap Arya refleks.
"Kenapa lagi? ayo antar aku pulang, gak masalah pakai angkot aku gak peduli," ucap Sofia yang kemudian mereka pergi menuju keluar gedung sekolah.
Sebuah mobil memepet mereka dan Seseorang menyapa Arya dari dalam mobil yang ternyata adalah Angel. Angel mengendarai mobilnya sendiri setelah ia mendapatkan SIM tiga bulan lalu.
"Arya? mau kemana? pulang? ayo ikut aku," ucap Angel dari dalam mobil.
"Angel?" ucap Arya refleks.
"Angel? kamu udah bisa bawa mobil sendiri? emang udah ada SIM?" tanya Sofia penasaran karena kebanyakan siswa tak memiliki SIM saat membawa kendaraannya ke sekolah walaupun mereka tahu hal itu melanggar hukum.
"Sofia, ya ampun aku seneng banget liat kamu di sini? kalian pacaran? kok pulang bareng?" tanya Angel dengan ekspresi wajah cukup gembira.
"Eh enggak-enggak," ucap mereka kompak.
"Cie kompak amat hahaha," ucap Angel tertawa.
"Kamu kenal Arya? bukannya kamu baru masuk ke sekolah ini? kenal dari mana?" tanya Sofia penasaran.
"Oh Arya temen SMP ku dulu, dia anak baik makanya aku bisa kenal dia," ucap Angel tersenyum.
"Ya gak mungkin juga dia anak berandalan, kan? tampang kayak gitu aja liat deh," ucap Sofia cukup pedas.
"Hahaha tapi sebenarnya Arya," ucap Angel yang kemudian Arya langsung memotong ucapan itu karena sadar Angel akan menceritakan lebih jauh lagi masa lalu Arya.
"Eh Angel katanya mau pulang, ayo kamu pulang duluan aja kami nanti belakangan soalnya mau naik angkot, iya kan Sofia?" ucap Arya menarik-narik baju Sofia mengisyaratkan untuk segera pergi dari sana.
"Kamu ngapain? jangan tarik-tarikan baju nanti rusak," ucap Sofia yang sebenarnya seragam yang ia miliki adalah seragam mahal yang tak mudah rusak apalagi jika hanya di tarik seperti itu.
"Oh iya, Sofia bukannya janji mau ajak aku ke rumah? kenapa gak sekarang aja sekalian aku antar, yuk!" ucap Angel tersenyum.
"Jadi kamu mau main ke rumah aku? ya ampun setelah sekian lama gak ada yang mau main ke rumah aku akhirnya ada yang mau, kamu serius?" tanya Sofia nampak bahagia.
Ini cukup aneh karena Sofia sebenarnya anak yang cukup terkenal dan dia juga anak orang kaya tetapi, pengakuan tentang tak ada orang yang mau main ke rumahnya membuat Arya penasaran.
"Hah? apa kau serius! masa sih gak ada yang mau?" ucap Arya terkejut.
"Mereka bilang aku terlalu high class, padahal jika dibandingkan yang lain aku tidak ada apa-apanya," ucap Sofia menghela napas.
"Sekelas Sofia saja merasa jika dia tak ada apa-apanya apalagi aku?" gumam Arya.
"Yaudah ayo Arya kamu ikut sekalian, rumah kamu kemana arahnya?" tanya Angel tersenyum menawarkan tumpangan juga.
"Dia searah denganku," ucap Sofia.
"Gausah repot-repot aku bisa naik angkot lagian aku udah biasa kok," ucap Arya menggaruk kepalanya.
Sofia memegang tangan Arya yang sontak membuat ia terkejut karena baru kali ini ada seorang perempuan yang melakukan itu.
"Kamu mau lari, ya? kamu masih punya utang sama aku tau!" ucap Sofia menatap tajam wajah Arya.
"Eh? utang apa?" tanya Arya bingung.
"Gausah pura-pura pikun, ya! kamu kan mau antar aku pulang!" ucap Sofia nampak membentaknya.
"Eh? iya iya maaf," ucap Arya kemudian mereka berdua pulang dan menuju rumah Sofia.
"Kalian lucu, ya? kayaknya cocok jadi pasangan," ucap Angel tersenyum lalu menancap gas mobilnya untuk segera mengendarai mobilnya.
"Eh? engga lah!" ucap mereka bersamaan.
"Hahaha," Angel tertawa.
Kemudian di sebuah mall Reza dan Florensia nampaknya sedang asyik berduaan dan fakta yang mengatakan jika Florensia dan Reza sudah berpacaran adalah salah, nyatanya saat ini Reza baru saja menyatakan cintanya pada Florensia di sebuah tempat makan steak yang ada di dalam mall tersebut.
"Giman tempatnya? kamu suka?" tanya Reza tersenyum sembari mengunyah steak dagingnya.
"Iya, ya ampun kita ampe batalin kerja kelompok sama Arya cuma mau review tempat makan aja," ucap Florensia malah tersenyum.
"Arya pasti maklum, dia orangnya pemaaf kok dan gak pernah marah," ucap Reza.
"Yaudah gapapa deh nanti juga dikerjain kok sama Arya, biasanya dia paling rajin kalau urusan kayak gini selalu dia yang kerjain, kan?" ucap Florensia mengelap mulutnya menggunakan tisu.
"Iya deh tapi, kok keliatan kamu perhatian sama dia? kamu suka sama Arya?" tanya Reza menatap Florensia.
"Aku? suka Arya? hahaha ngaco ih kamu, ya engga lah. Lagian aku baik sama dia itu supaya dia mau ngasih aku contekan sama ngerjain tugas aku yang belum kelar," ucap Florensia tersenyum dan membuat Reza keheranan dan cukup bingung.
"Hah? maksudnya?" tanya Reza tidak mengerti.
"Kamu tau tugas sabun kesenian? kamu tau juga tugas matematika laporan? atau kamu tau tugas biologi tentang karya ilmiah? itu semua Arya yang ngerjain," ucap Florensia membuka semua yang pernah Arya lakukan untuknya.
"Apa? jadi Arya ngerjain semua kerjaan sekolah kamu? apa kamu bayar ke dia? perasaan waktu dulu sekolah SMP ada beberapa murid yang memasang tarif jika tugas temannya minta dikerjain," ucap Reza penasaran.
"Engga lah, dia sukarela kok, aku juga gatau kenapa dia mau yang penting kalo bisa dimanfaatin kenapa harus dibiarin, kan?" ucap Florensia tersenyum dan terdengar cukup jahat.
Reza yang mengetahui itu tidak sedikit pun menyalahkan sikap yang diambil oleh Florensia dan malah mendukung apa yang dilakukannya.
"Ya ampun tapi trik yang kamu lakukan cukup bagus juga, ya?" ucap Reza tersenyum.
"Hahaha, emang kamu gak pernah gitu?" tanya Florensia penasaran.
"Buat apa aku kayak gitu, aku gak suka hehehe. Tapi ngomong-ngomong ada hal yang mau aku bilang ke kamu," ucap Reza menatap wajah Florensia serius.
"Apa?" tanya Florensia.
"Kamu mau jadi pacar aku?" ucap Reza menggenggam kedua tangan Florensia di atas meja.