CURIGA

1012 Words
"Mas, kamu ada belanja pakai kartu kredit hari ini? Kok nominalnya besar sekali ya. Bahkan ada pembelian tas yang harganya hampir empat puluh juta. Emang kamu beli tas apa?" Adit mengerutkan dahinya, Bagaimana mungkin sang istri bisa mengetahui jika Lisna baru saja berbelanja tas dan juga sepatu. "Kok kamu tahu?" "Kartu kredit kita ketuker. Kamu lupa ya kemarin aku sempet pinjem kartu kredit kamu dan aku kasih kamu kartu kredit ku dulu untuk sementara. Kartu kredit aku itu kan kalau misalkan dipakai ada laporan yang masuk ke handphoneku. Ya ... aku tahu lah, Mas," jawab Kalina sambil terkekeh. 'mati aku,' gumam Adit dalam hati. "Astaga rupanya kartu kredit kita tertukar? Maafin Mas, Sayang, jadi kebetulan aku habis belanja ke mall. Temen aku kebetulan ketinggalan dompet jadi minta dibayarin dulu. Tapi uangnya udah ditransfer ke rekening aku kok untuk gantinya. Dia mau bikin kejutan untuk istrinya jadi beliin tas sama sepatu. Ya udah nanti aku kasih kartu kredit kamu balik ya," kata Adit dengan cepat. "Ya. Nggak masalah lah Sayang kalau misalkan kartu kredit itu ada di kamu. Kan sama aja." "Ya masa setiap aku belanja nanti ada laporan ke handphone kamu. Kalau misalkan aku mau bikin kejutan buat kamu jadinya nggak surprise lagi dong," kata Adit. Ah, Bagaimana mungkin dia bisa ceroboh seperti itu. Seharusnya sebelum memberikan kartu kredit itu kepada Lisna, Adit sudah memeriksanya terlebih dahulu. Sial! "Ya udah deh terserah kamu aja. Aku mungkin pulang malam ya. Soalnya hari ini ada beberapa klien aku yang meminta dibuatkan desain. Mereka baru bisa datang ke butik sore. Maklumlah mau nikah sama artis ... jadi ya begitu deh," kata Kalina. "Iya, nggak masalah sayang. Kamu hati-hati ya pulangnya," kata Adit. "Kalau kamu pulang duluan tolong suruh Mbak Nur untuk kasih makan Cindy buah, ya. Cindy itu kalau nggak diingetin selalu lupa makan buah-buahannya," kata Kalina. "Iya sayang kayaknya aku pulang cepat kok hari ini. Ya udah, aku mau cek pembukuan dulu ya. Sampai nanti malam," kata Adit. Adit pun cepat-cepat menutup telepon. Hari ini Dia terpaksa mampir lagi ke apartemen Lisna untuk mengambil kembali kartu kreditnya. Dia tidak mungkin menggunakan kartu kredit milik Kalina untuk dipakai Lisna terus-menerus. "Gimana Mbak Kalina, apa kata suami Mbak?" "Katanya sih dia habis pakai kartu kredit itu untuk belanjain temennya. Tapi yang aku nggak habis pikir Mas Adit itu kan jarang punya temen cowok. Seingatku teman dekat Mas Adit itu hanya Robby. Robby juga belum punya istri," kata Kalina. Rina, asisten Kalina mengerutkan dahinya. Sebenarnya Rina sudah mengetahui jika Adit memiliki simpanan. Wanita itu pernah melihat Adit jalan bersama dengan seorang wanita sambil bergandengan tangan mesra. Tetapi, Rina enggan untuk memberitahu hal itu kepada bosnya. Rina bukanlah tipe orang yang suka mengadu dan juga ikut campur dengan urusan orang lain. Tetapi, jika sudah begini rasanya dia tidak tega. Namun dia harus memberitahu Kalina dengan cara yang berbeda. "Mbak, dulu kan Pak Adit itu menikah dengan mbak nggak punya usaha apa-apa. Ya aku tahu Pak Adit itu orang yang baik ya. Dia juga kelihatan penyayang dan juga pekerja keras. Tapi nggak ada salahnya loh kita sebagai istri berhati-hati. Selama ini kan Mbak selalu percaya sama Pak Adit. Nggak ada salahnya Mbak kalau mbak sadap aplikasi chatnya. Ya Kita kan nggak tahu ya Mbak kalau misalkan di luar sana ada pelakor-pelakor yang mendekati Pak Adit. Mbak nanti kan bisa tahu Pak Adit meladeni atau enggak," kata Rina. Kalina memicingkan matanya, tidak biasanya asistennya berkata seperti itu. Dia sangat mengenali Rina dengan baik. Gadis yang masih single dan sudah 6 tahun menjadi asistennya itu tidak pernah mencampuri urusan orang lain. Bahkan sangat jarang berkomentar tentang masalah pribadinya. Tetapi kali ini mengapa Rina terlihat berbeda dan seperti sedang menyembunyikan sesuatu. "Rina, saya tahu sifat kamu itu seperti apa. Kamu orang yang tidak pernah mau ikut campur urusan orang lain. Tapi hari ini tiba-tiba saja kamu membicarakan soal mas Adit. Apakah kamu tahu sesuatu tentang suami saya?" "Eh, itu ... Ng- nggak kok, Mbak. Aku tuh cuman kebanyakan nonton infotainment aja Mbak. Beberapa artis kan digosipkan punya simpanan wanita di luar sana. Bahkan ada artis perempuan yang selingkuh sama suami orang. Jadi nggak ada salahnya kan kalau sebagai seorang istri kita jaga-jaga, Mbak. Apalagi Mbak kan punya usaha yang cukup besar dan juga Mbak wanita karir yang sukses. Saya cuman-" "Saya nggak suka kalau kamu menyembunyikan sesuatu dari saya. Saya kenal kamu itu bukan sehari dua hari Rina. Kita sudah bekerja sama selama enam tahun. Jadi, lebih baik kamu katakan kepada saya apa yang kamu ketahui," kata Kalina dengan tegas. Rina menghela nafas panjang. Pada akhirnya dia pun tidak tega kepada Kalina. Wanita di hadapannya itu sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri. Sebagai karyawan dan adik angkat yang baik, Rina Tentu saja tidak rela jika atasannya itu diperlakukan tidak adil. "Maafkan aku, Mbak. Tapi, aku bilang gini untuk kebaikan Mbak juga. Lebih baik, mbak selidikin deh Mas Adit itu. Aku sudah dua kali memergokinya pergi bersama seorang perempuan yang sama. Tapi, Mas Adit nggak lihat aku waktu itu. Awalnya aku pikir itu bukan Mas Adit dan mungkin kebetulan aja. Tapi, pada saat kedua kalinya aku melihat, aku ...." "Oke saya ngerti. Ya udah kamu lanjut kerja lagi. Saya mau selesaikan desain ini buat klien. Rina pun segera mengganggukan kepala dan meninggalkan ruangan kerja Kalina dengan perasaan yang tidak enak. Sementara Kalina sendiri Langsung menghembuskan nafas dengan berat ketika asistennya itu meninggalkan ruangannya. "Rasanya, nggak mungkin Mas Adit selingkuh. Selama ini dia nggak pernah menyembunyikan apapun dari aku. Dia juga nggak pernah nggak pulang ke rumah. Kalau sesekali dia pergi malam aku tahu teman-temannya siapa. Tapi ...." Kalina terdiam, otaknya sibuk berpikir. Dia merasa jika saat ini dia harus menyelidiki semuanya. Dia tidak bisa hanya berdiam diri seperti ini dan menerka-nerka sesuatu yang tidak pasti. Wanita pintar itu pun kemudian memainkan ponsel di tangannya dan menghubungi seseorang lewat chat. Dia tahu langkah awal apa yang harus dia lakukan untuk menyelidiki semuanya. "Sepertinya aku harus melakukan saran yang diberikan oleh Rina. Mungkin aku harus menyelidiki Mas Adit mulai dari ponselnya," gumam Kalina. Seketika, konsentrasinya buyar. Untung saja design yang ia persiapkan untuk klien sudah selesai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD