Sampai Di Kantin

1104 Words
Setelah keluar dari perpustakaan, Cris langsung berjalan menuju ke kantin yang ada di kampusnya untuk mengisi perutnya lagi sebelum masuk jam belajarnya. Di kantin, Cris bertemu dengan Dinda yang sedang menyantap batagor di meja yang tersedia di kantin. "Halo, Din," sapa Criszya kepada Dinda. "Halo, Cris sini duduk," ucap Dinda. "Kamu ngga makan dulu, Cris?" tanya Dinda setelah Cris duduk bersamanya. "Aku mau makan tapi, bingung mau pesan apa, Din," jawab Cris sambil memperhatikan satu per satu kedai makanan yang ada di kantinnya. Criszya sepertinya tertarik dengan kedai yang menjual mie ayam. Langsung saja Criszya berdiri dari duduknya dan bilang kepada Dinda. "Din aku mau pesan mie ayam dulu ya," ucap Cris. "Oke, Cris," jawab Dinda. Criszya meletakan totebag yang ia bawa di atas meja lalu pergi ke kedai yang menjual mie ayam. Criszya memesan satu mangkuk mie ayam dan satu gelas teh manis untuknya minum. Criszya menunggu sebentar di depan kedai itu karena kedai tidak terlalu ramai dan hanya membutuhkan waktu sebentar untuk menyelesaikan pesanannya. Setelah pesanannya selesai, Criszya kembali ke tempat semula untuk makan bersama Dinda. "Cris kamu bawa kaca?" tanya Dinda yang sebenarnya sudah tahu kalau Cris pasti membawa kaca dalam tasnya setiap hari. "Ada, Din ambil aja di dalam tasku," ucap Cris yang sedang mengaduk mie ayamnya sebelum disantap. Dinda pun mengambil totebag yang ada di atas meja milik Cris untuk mengambil kaca. Tapi, Dinda salah fokus dengan buku yang ada di dalam totebag milik Cris. Dinda tidak heran ada sebuah n****+ di dalam tas Cris karena Cris memang hobi membaca n****+ tapi, yang membuat Dinda salah fokus adalah ada label perpustakaan di buku itu. Langsung saja Dinda mengambil juga buku yang ada di dalam totebag milik Cris. "Kamu habis ke perpustakaan, Cris?" tanya Dinda sambil melihat lihat sampul buku n****+ milik Cris. Criszya yang sedang menyantap mie ayamnya itupun tersentak kaget dan hampir tersedak. Begitupun Dinda yang terkejut melihat judul buku tersebut lalu Dinda menatap Criszya dengan tatapan meledek. "Sstt!" Cris menarik buku yang ada digenggaman Dinda. Dinda pun tertawa melihat tingkah Criszya. "Hmm jadi sekarang mau jadi wanita idaman biar Hafiz tertarik sama kamu, Cris," ucap Dinda meledek. "Din, jangan gitu aku malu." terlihat sekali dari raut wajah Criszya yang memerah karena malu. Walaupun malu sampai wajahnya memerah seperti itu, Criszya tersenyum melihat sampul dan judul buku yang ada digenggamannya sekarang. "Hafiz itu orang soleh dan pasti dia cari wanita yang baik juga iya kan?" tanya Cris kepada Dinda. "Iya bener tapi, Cris kamu belum sadar juga kalau tembok penghalang kamu sama Hafiz itu tinggi banget," ujar Dinda. "Aku tau, Din untuk berpindah keyakinan itu ga mudah tapi, apa salahnya aku belajar jadi wanita idaman dulu buat Hafiz?" ucap Criszya. "Iya ngga ada salahnya juga kalau kamu mau jadi wanita idaman. Selama itu baik, aku akan dukung kamu terus, Cris," ucap Dinda. "Hehe terima kasih banyak ya, Din kamu memang sahabat baik aku," ucap Cris sambil memberikan senyum lebar kepada Dinda. Setelah selesai menyantap makanannya di kantin, Cris dan Dinda segera ke ruang kelas karena jam belajar akan segera dimulai. Dosen yang mengajar hari ini datang tepat waktu. Semua mahasiswa di dalam ruangan pun terdiam dan fokus mendengarkan materi yang akan disampaikan oleh dosen yang sekarang ada di hadapan mereka. Criszya dan Dinda duduk bersebelahan di kursi paling belakang. Mereka juga fokus mendengarkan materi yang disampaikan oleh dosen mereka. Namun, baru saja tiga puluh menit mendengarkan materi yang disampaikan oleh dosen, tiba - tiba rasa bosan menggelayuti pikiran Criszya. Cris memainkan bolpoin yang ada ditangannya karena bosan. Sedangkan Dinda masih fokus mendengarkan materi. Baru teringat dipikiran Cris kalau dia punya buku yang ia pinjam di perpustakaan tadi pagi. Dengan sigap Cris mengambil buku yang ada di dalam totebag miliknya. Criszya membaca ulang judul buku yang ada digenggamannya sekarang buku berjudul 'Menjadi Wanita Idaman Seperti Fatimah'. Baru saja Cris akan membuka halaman pertama dari buku itu tapi tangan Dinda menutup buku yang Cris pegang. "Baca bukunya kalau jam istirahat aja. Kamu mau kena marah Pak Dosen?" ucap Dinda mengingatkan Cris. Cris merasa sedih karena tidak bisa segera membaca buku itu. Tapi, apa yang diucapkan oleh Dinda ada benarnya juga. Kalau dia ketahuan membaca buku ditengah pelajaran pasti dia akan kena marah oleh dosen yang mengajarnya dan ini akan menjadi masalah. Cris memasukan kembali buku itu ke dalam totebagnya dan kembali mendengarkan materi yang disampaikan. Jam pelajaran dosen ini masih satu jam lagi. Itu membuat Cris semakin tidak sabaran untuk segera membaca buku itu. "Din, Fatimah itu siapa?" bisik Cris pada Dinda. "Fatimah?" ulang Dinda. Lalu Cris mengangguk sambil menunggu jawaban dari Dinda. "Kenapa Fatimah bisa menjadi contoh wanita idaman di dalam islam?" tanya Cris lagi. "Nanti aku ceritakan di jam istirahat okey?" jawab Dinda dengan berbisik pula. "Kenapa ngga sekarang, Din? Aku penasaran sama Fatimah, Din. Ayolah, Din cepetan kasih tahu aku," ucap Cris yang suaranya membesar sampai terdengar oleh dosen yang berada di depan. "Siapa itu berisik sekali?" ucap dosen itu. Semua mata menatap Cris yang sedang merengek kepada Dinda. Dinda menatap mata Cris dengan tajam agar segera kembali ke posisi duduk yang benar. "Udah aku bilang di jam istirahat aja, Cris," ucap Dinda sambil menepuk jidatnya karena lelah melihat tingkah Criszya yang seperti anak kecil ini. "Maaf," ucap Cris pelan. Dosen itupun kembali memberikan materi kepada para mahasiswanya dan Cris pun diam mendengarkan dengan fokus apa yang diucapkan dosen itu agar dirinya tidak kena marah lagi. Jam istirahat pun tiba. Perut Dinda terasa lapar lagi dan langsung saja Dinda mengajak Cris untuk ke kantin lagi. Dinda memesan semangkuk bakso dan segelas es jeruk sedangkan Cris hanya duduk di meja kantin dan sedang mulai membaca buku yang sangat membuat ia penasaran itu. Dinda menghampiri Cris yang tengah membaca sambil membawa pesanan makan siangnya itu. "Kamu ngga mau makan, Cris?" tanya Dinda yang melihat Cris sangat sibuk membaca buku. "Kasih tahu aku dulu siapa sih sebenernya Fatimah?" tanya Cris balik. "Kamu udah baca buku itu?" tanya Dinda lagi. "Baru liat daftar isinya aja," jawab Cris. "Jadi, Cris Fatimah Azzahra itu putri dari rasulullah. Dia menjadi teladan bagi muslimah di dunia karena akhlaknya yang sangat mulia. Beliau juga akan menjadi pemimpin para muslimah kelak nanti di surga," Dinda menjelaskan secara singkat siapa sebenarnya Fatimah itu. "Berarti Fatimah ini udah ngga ada dong, Din?" tanya Cris. "Pastilah, Cris Fatimah kan hidup di jaman nabi," jawab Dinda sambil melahap baksonya. "Berarti Hafiz pasti suka ya, Din dengan wanita yang berakhlak seperti Fatimah?" tanya Cris lagi. Dinda mengangguk karena mulutnya penuh terisi bakso. Rasa penasaran Cris terhadap sosok Fatimah pun sudah luruh. Cris ingin sekali menjadi seperti Fatimah agar menjadi wanita idaman Hafiz sang pujaan hati. Lalu Cris melanjutkan membaca isi buku itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD