"Iya," balas Cris, "Judulnya aja bagus, apalagi isinya," lanjutnya.
Hafiz menatap Criszya, "Kenapa suka buku ini?" tanyanya kepada Criszya yang terlihat mengalihkan tatapannya.
"Karena.. Karena aku kagum sama sosok Fatimah," jawab Cris sambil memberikan senyuman manis diwajahnya.
Hafiz mengangguk dan ikut tersenyum. "Kamu mau jadi Fatimah?" tanya Hafiz yang membuat Cris terkejut.
"Hah?" beo Cris karena pertanyaan Hafiz.
Hafiz menggeleng, dia tidak mengulangi pertanyaannya yang tadi tetapi menggantinya dengan pertanyaan yang baru, "Mau kembalikan buku?" tanyanya lagi.
Cris mengangguk, "Oh,I-Iya," ucapnya.
"Ah, Ya udah kalau gitu aku pergi dulu ya," pamit Hafiz dan beranjak pergi dengan buku ditangannya meninggalkan Cris yang terdiam.
"Oi," sentak Dinda yang tiba-tiba muncul dari belakang Cris dan sekali lagi itu mengagetkan Cris yang terbengong.
"Astaga Dinda! Kenapa sih selalu bikin kaget?" kesal Cris.
Dinda hanya tertawa menanggapinya, dia lalu menoel dagu Cris untuk menggodanya. "Cie, Fatimah.." ucap Dinda menggoda Cris.
"Ish, apasih. Kamu nguping ya?"
Dinda mengangkat kedua bahunya, "Engga, orang aku dari tadi disitu. Sebenarnya mau nyusul kamu, tapi ada Hafiz ya ga jadi deh," ujar Dinda sambil cengengesan.
"Dasar," kesal Cris.
"Yaudah sih. Gimana Fatimah, hm?" Dinda terus menggoda Cris dan membuatnya merona bercampur dengan kesal.
"Diem ga?"
"Engga."
"Ya udah," ujar Cris dan berlalu meninggalkan Dinda yang mish tertawa.
Cris masuk ke dalam perpustakaan untuk melanjutkan tujuannya yang akan mengembalikan buku pinjamannya.
"Bu," panggil Cris kepada Bu Lina.
"Iya?" Bu Lina mendongak melihat siapa yang memanggilnya, "Oh kamu Cris, mau apa? Mau kembalikan buku ya?" tanya Bu Lina menebak kedatangan Cris.
Cris mengangguk, "Iya, bu," balas Cris.
"Tunggu ya," ujar Bu Lina lalu membuka buku daftar pengembalian buku dan mencatat tanggal dan nama seperti yang dilakukannya untuk Hafiz tadi. Setelah itu, Cris menandatanganinya dan pergi meletakkan kembali buku yang dia pinjam ke tempat semula.
Selepas itu, Cris berlalu pergi keluar dari perpustakaan setelah berpamitan dengan Bu Lina. Ternyata Dinda menunggunya di depan perpustakaan. Dia langsung merangkul Cris saat melihat Cris keluar.
Mereka lalu berjalan bersama. Mereka masih ada waktu kosong yang bisa digunakan untyk istorahat sebelum dalam sejam lagi mereka akan masuk ke kelas berikutnya.
"Mau kemana nih kita?" tanya Dinda sambil terus melangkah. Mereka berjalan melewati kantin, tetapi tiba-tiba Cris menghentikan langkahnya dan itu membuat Dinda tertarik mundur kembali.
"Kenapa sih Cris kok berhenti mendadak?" tanya Dinda sedikit kesal.
Tapi Cris tak menggubrisnya, tatapan matanya mengarah ke dalam kantin. Tepatnya kepada seseorang yang sedang makan sambil membaca bukunya. Benar, itu Hafiz.
Cris tak berkedio sama sekali, dia bahkan tak menyahut meski Dinda sudah memanggilnya berkali-kali. Dia hanya terdiam sambil melihat Hafiz dari kejauhan.
"Cris! Ya ampun," kesal Dinda sambil menggoyangkan kedua bahu Cris untuk menyadarkannya.
"Eh, iya, apa Din?" tanya Cris tergagap.
Dinda berdecak sebal. "Bisa biasa aja ngga ngeliatinnya? Dari pada disini, mending kita kesana deh. Tuh, ada meja kosong di dekatnya," ujar Dinda sambil menunjuk meja kosong yang berada di samping kiri Hafiz.
"Lagian aku juga lapar, jadi kesana aja deh. Sekalian makan," lanjut Dinda.
Cris menatap Dinda sambil berfikir, "Tapi, nanti dikira aku mau banget nempel sama Hafiz," ucap Cris.
"Astaga, engga lah Cris. Kita kan juga mau makan," balas Dinda yang kesal karena ketakutan Cris.
Dinda langsung saja menarik lengan Cris. Sebelum ke meja makan, mereka pergi ke penjual soto ayam terlebih dahulu untuk memesannya. Lalu, mereka menuju meja makan yang dimaksud tadi sembari menunggu makanan mereka datang.
Meski hanya berjarak satu meja, Hafiz tidak menyadari keberadaan Cris di dekatnya. Tapi, Cris juga tidak mau memanggilnya lebih dulu. Jadi dia mengeluarkan ponselnya untuk mengalihkan pikirannya. Meski begitu, tetap saja matanya terus mengambil kesempatan untuk melirik Hafiz sesekali.
Dan itu membuat Dinda menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia terus melihat tingkah temannya ini sedari tadi.
Pesanan makanan mereka telah tiba dan Cris masih saja tidak menyadarinya. Dinda sengaja tak memberitahu Cris kalau makanan mereka telah tiba. Dia memilih untuk makan terlebih dulu.
"Hafiz tampan banget ya Din?" tanya Cris tanpa mengalihkan pandangannya.
Merasa tak dapat balasan dari Dinda, Cris memanggilnya lagi tetqp tanpa mengalihkan pandangannya dari Hafiz, "Din?"
Hening lama hingg akhirnya Cris menoleh kearah Dinda dan melihat Dinda telah memakan makanannya.
"Dinda! Ngeselin banget ya. Kok ga bilang sih makanannya udah datang? Malah makan duluan lagi," ujar Cris kesal setengah mati ketika melihat isi mangkok makanan Dinda yang sudah tersisa setengahnya. Itu berarti sudah sejak tadi Dinda makan terlebih dahulu meninggalkan Cris.
Dinda berhenti mengunyah sebentar, dia menatap Cris. "Kamu sih Hafiz terus yang diliatin sampe ga sadar makanannya udah dateng. Ya udah aku makan duluan aja," ucap Dinda menjelaskan.
"Ish."
Tanpa bicara lagi, Cris mengambil sendok dan mulai memakan makanannya yang untung saja belum dingin.
Dinda terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Mereka lanjut makan hingga habis tak bersisa. Cris lalu melihat dimana Hafiz duduk tadi, tetapi laki-laki itu sekarang sudah tak berada di tempat duduknya tadi. Dia mendesah kecewa karena tak mengetahui kapan Hafiz beranjak dari sana.
Tanpa sadarnya Hafiz berdiri tepat dibelakangnya, Dinda yang menyadarinya duluan berusaha memanggil Cris.
"Cris..."
"Hm," balas Cris acuh tak acuh.
"Cris!" panggil Dinda sekali lagi.
"Apa sih Dinda?" tanya Cris seraya menoleh ke Dinda. Dinda mengedikkan dagunya mengarah ke belakang Cris.
Cris yang bingung mengangkat sebelah alisnya.
"Itu," ucap Dinda sambil menunjuk ke belakang Cris.
Cris pun akhirnya menoleh, dia mendapati Hafiz yang berdiri tepat di belakangnya dan membuatnya terkejut setengah mati.
"Eh... E... Hafiz," ucap Cris gelagapan.
"Iya," balas Hafiz sambil tersenyum.
"Kenapa ya?" tanya Cris, dalam hatinya dia berharap semoga Hafiz tak menyadari kalau dia sedang melihat ke tempatnya duduk tadi dan mencari keberadaannya.
Hafiz mengeluarkan sesuatu dari sakunya, itu sebuah sapu tangan.
"Ini punyamu kan?" tanya Hafiz sambil mengulurkan sapu tangan itu.
Cris mengambilnya dan memeriksanya, "Eh, iya. Kok bisa sama kamu?" tanya Cris.
"Tadi ketinggalan di perpustakaan. Bu Lina yang titip ini buat kasih ke kamu. Kebetulan ketemu disini jadi sekalian aku kembalikan," jelas Hafiz.
Cris merasa sangat lega dalam hatinya karena ternyata itu maksud kedatangan Hafiz padanya. "Oh iya, terima kasih ya," ucap Cris dengan senyuman.
"Kamu tadi nyari siapa? Nyari aku?" tanya Hafiz diluar dugaan Cris. Cris yang baru saja merasa lega langsung kembali lemas karena dugaannya salah.
"Bukan kok, Em.. Aku nyari... Ini... Iya aku nyari sapu tanganku siapa tau jatuh dijalan sana," jawab Cris berbohong sambil mengangkat sapu tangannya.