Keluguan Violetta

1021 Words
"Ouh," lenguh Violetta tanpa sadar. Leonel terus menjelajahi tubuh putih mulus Violetta, membuat gadis itu mengelijang merasakan sensasi sengatan listrik berkekuatan kecil yang ditimbulkan oleh permainan lidah Leonel. "Ayo terus, nikmati dan keluarkan suaramu." Mendengar ucapan Leonel, Violetta seketika menggigit bibirnya menahan diri agar tidak mengeluarkan suara. Merasa ditantang Leonel semakin lincah beraksi, dia tidak ingin harga dirinya jatuh di depan seorang wanita. "Akhhh!" pekik Violetta merasakan ada sesuatu yang menyembur keluar. Ternyata tidak butuh waktu lama bagi Leonel untuk membuat Violetta mencapai puncaknya. Mungkin karena baru pertama, membuat Violetta begitu cepat menemukan puncak kenikmatan. "Sudah, Tuan. Saya sudah tidak kuat," ucap Violetta memohon. "Hahaha, ini bahkan belum ke inti permainan. Tunggulah, aku akan berikan kenikmatan yang sebenarnya. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya milik seorang perawan," sahut Leonel di sela tawanya. Leonel berlutut di bagian bawah Violetta, membuka kedua kaki gadis itu. Violetta berusaha menutupi miliknya, tapi tatapan menghujam Leonel membuat Violetta ketakutan dan perlahan membuka tangannya. Leonel memulai aksinya, untuk ke permainan inti. Leonel akui, milik Violetta masih sangat sempit. Membuatnya berkali-kali gagal menghujam masuk, sampai akhirnya dengan bantuan tangannya akhirnya Leonel berhasil menembus milik Violetta. "Akhhhh!" pekik Violetta seraya memejamkan matanya menahan rasa sakit yang ditimbulkan. "Sakit?" tanya Leonel dan tanpa sadar di jawab dengan anggukan oleh Violetta. "Awalnya memang sakit, nanti kamu akan rasakan nikmatnya. Sama seperti saat tadi milikmu berdenyut," ucap Leonel dan mulai mengayunkan pinggulnya. Violetta meremas seprei saat merasakan perih karena gesekan yang dibuat Leonel, semakin lama memang semakin berkurang. Meskipun ada sisa rasa perih, Leonel terus mengayunkan pinggulnya semakin lama semakin cepat. Kedua tangannya meremas bagian d**a Violetta, membuat gadis itu memejamkan mata dan mengeluarkan suara tanpa sadar. Mendengar suara kenikmatan Violetta, hasrat Leonel semakin memuncak. Gerakan semakin cepat, sampai dia merasakan tubuh Violetta mengejang dengan suara pekikan karena mencapai puncaknya. Bibir Leonel tersenyum, karena berhasil membuat Violetta yang awalnya kesakitan bisa mencapai puncak kenikmatan. "Ayo balikkan tubuhmu!" perintah Leonel. Dengan patuh Violetta membalikkan tubuhnya, di tidak mau memancing amarah pria di bawahnya itu. Alvarez mengangkat sedikit pinggul Violetta, Leonel mengubah posisi permainannya. Rasa perih itu terasa, setiap Leonel menusuk miliknya. Violetta mengigit bibirnya, menahan rasa perih saat Leonel mulai mengayunkan pinggulnya kembali dengan kedua tangan tetap menahan pinggang Violetta agar tetap terangkat. Semakin lama gerakan Leonel semakin kencang, dia merasakan rasa nikmat luar biasa. Sensasi hangat dan seolah sedang dipijat membuat Leonel akhirnya mencapai puncaknya sendiri. "Akhhh!" pekik Leonel sambil menghujam miliknya semakin dalam. Violetta bisa merasakan rasa hangat dan denyutan di dalam miliknya, Leonel melepaskan tangannya. Violetta merasa lemas, begitu juga dengan Leonel yang langsung menimpa punggung Violetta. "Milikmu sangat nikmat dan sempit," bisik Leonel. Bukannya senang, Violetta malah merasa jijik dengan apa yang diucapkan Leonel. Pria yang merenggut kesuciannya secara paksa, karena dia tidak bisa menolak. Dia tau siapa Leonel dan apa yang sanggup pria itu lakukan jika sampai dia marah padanya. Yang Violetta sesalkan hanya perbuatan kakaknya yang sudah menjadikannya jaminan atas hutang-hutangnya. "Tuan, apa Anda bisa turun. Saya kesulitan bernapas," ucap Violetta takut-takut. Leonel yang memejamkan matanya, langsung berbalik tanpa membuka mata. Dengan kedua kaki terbuka dan menindih kaki Violetta, perlahan Violetta membalikkan tubuhnya. Dia meraih selimut untuk menutupi tubuh polosnya, tapi tangannya di tahan Leonel. "Tunggu, aku mau melihat sesuatu." Leonel membuka matanya dan beranjak duduk, dia menundukkan kepalanya kebagian bawah Violetta. "Ada apa, Tuan?" tanya Violetta bingung. "Ada darah," ujar Leonel tidak bermaksud menjawab pertanyaan Violetta. Mendengar itu Violetta sontak duduk, dia berpikir miliknya robek dan berdarah. Saat melihat noda darah dia terkejut, dia pikir jika bagian bawahnya terluka sampai berdarah. "Apa punyaku robek? Kenapa ada darahnya?" tanya Violetta dengan polosnya. "Iya, robek sangat besar." Leonel sengaja menakuti Violetta membuat gadis itu langsung menunduk untuk mengecek. "Pantas sakit sekali, lalu apakah darahnya sudah berhenti?" tanya Violetta menoleh kembali karena tidak berhasil melihat miliknya. "Ya mana aku tau, kamu lihat sendiri sana." Dengan acuh Leonel menyahuti sengaja membuat Violetta khawatir. "Aku tidak bisa melihatnya, bagaimana kalau aku kehabisan darah?" tanya Violetta dengan lugunya. "Bodoh, apa kamu lihat darahmu itu mengucur deras? Aku pikir kamu hanya jelek tapi ternyata kamu juga bodoh!" tukas Leonel mengejek Violetta. "Tidak, tapi aku merasa ada yang hangat mengalir keluar dari sana." "Hahaha, dasar gadis bodoh. Yang keluar itu cairan milikku yang masuk ke dalam rahimmu, bukan darah. Sudah aku mau tidur jangan berisik!" tukas Leonel setelah tertawa meledek. "Cairan? Apa itu? Kenapa dia terus mengataiku bodoh, aku memang bodoh sampai bisa di sini. Andai dulu orang tuaku menyekolahkanku, pasti aku akan bekerja yang layak dan bisa membayar utang orang jahat itu. Kalian laki-laki semua sama saja," gerutu Violetta kesal dan beranjak turun dari tempat tidur. Leonel yang mendengar ocehan Violetta, hanya tersenyum dan berniat menyahuti gadis itu. Tapi tiba-tiba Violetta memekik dan kembali duduk. "Ada apa?" tanya Leonel. "Sakit, pasti itu benar-benar robek. Aku tidak bisa jalan dan rasanya sangat sakit," jawab Violetta menahan air matanya. "Lagian kamu mau kemana, sudah tau sakit berbaring saja. Memang begitu kalau baru pertama, nanti lama-lama milikmu membiasakan diri dan tidak akan sakit lagi." "Aku ingin membersihkan diri, seluruh tubuhku terkena air liurmu." "Kenapa memangnya, apa kamu jijik. Asal tau saja, di luar sana banyak wanita yang mendambakan mandi air ludahku. Cuma perempuan bodoh sepertimu yang banyak gaya," sungut Leonel kesal. "Ya kan itu mereka, aku tidak sama seperti mereka. Jangan bicara saja, bantu aku ke kamar mandi." "Tidak, ngapain aku membantu orang yang menghinaku." Leonel berbalik kembali tidak menghiraukan Violetta yang kesal. Dengan bersusah payah, Violetta yang sangat ingin membersihkan diri berusaha berjalan sendiri. Meskipun dia harus melangkah sangat pelan agar tidak terlalu sakit, milik Leonel cukup besar sehingga terasa merobek miliknya. Leonel menoleh ke arah Violetta, yang berjalan tertatih menuju kamar mandi. Bahkan belum ada separuhnya dia berjalan, itu pun saat ini dia berhenti untuk mengurangi rasa sakitnya. Karena gemas, akhirnya Leonel bangun dan mendekati Violetta. "Aw!" pekik Violetta terkejut saat Leonel menggendongnya. "Kenapa tidak dari tadi sih," sungut Violetta. "Diam, sudah di bantu masih saja cerewet. Kamu ternyata tidak seperti dalam pikiranku, aku pikir kamu akan meringkuk dan menangis saat ini. Tapi kamu malah bisa ke kamar mandi," ucap Leonel membuat Violetta kebingungan. "Memang aku harus begitu? Alasannya apa?" tanya Violetta dengan wajah polosnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD