Sakha kecelakaan

1052 Words
Beberapa waktu lalu, Feya tengah asyik dengan pianonya, seperti biasa hanya piano yang mampu mengobati rasa sakit hatinya, akan hubungannya yang kandas. Feya sangat butuh seseorang untuk bisa berbagi cerita sedihnya, rasanya dirinya sungguh tidak mampu memikul beban sakit hatinya sendiri. Jika saja Feya bisa berbagi ceritanya, mungkin perasaannya akan sedikit lega, ingin bercerita pada Putri rasanya itu tidak mungkin. Sesungguhnya Feya hanya butuh seseorang yang bisa mengerti akan sedihnya, bukan seseorang yang akan meledek kesedihannya. Entah mengapa Feya teringat akan sosok Shasa, sahabatnya yang bisa mengerti akan dirinya. "Apa gue kerumah Shasa aja ya? Tapi, apa dia mau dengeri cerita gue?" tanya Feya pada dirinya sendiri. Feya kembali ke kamarnya, Feya mengambil tas dan kunci motornya, tak lupa dengan ponsel yang selalu ia bawa. "Ma, Feya kerumah Shasa ya?" pamitnya pafa sang ibu. "Iya sayang, kamu hati-hati ya? jangan lupa, sama les kamu," peringat sang ibu pada Feya. "Iya ma," Feya menancap gasnya, menuju rumah Shasa, dilihatnya rumah sahabatnya itu begitu sepi. Seperti tidak berpenghuni. Feya mencoba menghubungi nomor ponsel Shasa. Namun, sang pemiliknya tak menjawab panggilannya. "Assalamualaikum, Shasa...," ucap salam Feya kemudian memanggil nama sahabatnya. Tapi, tak ada tanda-tanda bahwa Shasa ada di dalam rumahnya saat ini. "Shasa.., Sha..," panggilnya berulang kali. Namun, tetap tak ada tanda-tanda Shasa dirumah saat ini. "Eh, Feya.., kamu cari Shasa ya?" tanya Fandi yang baru saja tiba di rumahnya. "Iya om, Shasanya ada om?" balasnya kemudian menyalim punggung tangan ayah dari sahabatnya itu. "Bentar ya? om buka dulu pintunya," "Iya om," setelah terbuka, Fandi langsung mempersilahkan Feya masuk. "Kamu lihat aja Shasa di kamar ya, om tinggal dulu, soalnya ada barang yang ketinggalan, ntar kalau kalian mau keluar, jangan lupa kunci pintunya lagi, om langsung balik ke resto ya?" "Iya om." setelah itu Feya langsung berjalan masuk ke kamar sahabatnya, di lihatnya Shasa begitu gelisah dalam tidurnya, lantas ia langsung menepuk-nepuk pelan pipi sahabatnya, peluh keringat membasahi wajah Shasa, Feya berusaha terus membangunkan sahabatnya itu. "Lo mimpi Sha?" tanya Feya saat Shasa sudah bangun dan langsung duduk di kasurnya. "Huh!" Shasa membuang napasnya, kemudian ia memgambil tisu dan mengelap wajahnya. "Feya? lo sejak kapan disini?" tanya Shasa bingung. "Cukup lama lah, sampe gue liat semua kelakuan lo pas tidur," celetuk Feya dan Shasa memanyunkan bibirnya. "Oh iya, gue buati minum dulu ya?" Shasapun bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, ia membasuh wajahnya terlebih dahulu, setelah itu kembali kedapur untuk membuatkan secangkir minuman untuk sahabatnya "Seperti biasa, coklat hangat yang pastinya manis, semanis senyuman gue tentunya." ucap Shasa begitu pedenya dengan membawa dua cangkir coklat hangat kesukaan dirinya dan juga Shasa. "Kepedean Lo." celetuk Feya. "Alaaah, akui aja napa sih, sekali-kali nyenengi gue, kan gak rugi juga lo," "Gak ah, entar lo terbang, gue susah nangkapnya." balas Feya. "Gak usah di tangkap, entar juga gue bakal balik kesarang. Gak akan lupa deh gue, buat pulang." sambung Shasa. "Udah kayak lagu aja ya? kebanyakan dengerin lagu dangdut lo," "Hahaha, ayo kita dangdutan Fe," canda Shasa mengajak Feya untuk berjoget, sambil tertawa kecil. "Di minum Fe, entar keburu dingin." "Okeh," Feyapun menyeruput coklat hangatnya. "Oh iya Fe, lo ada perlu apa kemari? tumben banget lo datang sendiri, gitu? biasanya juga sama Putri." "Gue pengen curhat sama lo," "Cerita dong, apa yang membuat sahabat gue ini terlihat gundah gulana? hemm," "Sebelumnya, maafin gue ya Sha, selama ini udah nyembunyiin status gue," "Maksudnya gimana Fe, gue nggak ngerti deh, lo nyembunyiin apa dari kita?" tanya Shasa bingung. "Ya makanya lo dengerin dulu gue ngomong, Maimunah.., jangan asal motong aja, belum juga gue kelar ceritanya," protes Feya "Oh, iya.., sorry sorry, lanjut." "Gue selama ini pacaran sama cowok di tempat les gue Sha, dan baru juga kita jadian 2 bulan yang lalu, dia udah selingkuhin gue Sha," cerita Feya, sedih. "Kok bisa dia nyelingkuhin lo? dasar tu cowok ya? awas aja kalau ketemu gue, bisa habis tuh dia, lo yang sabar ya Fe, gue yakin dia bakal nyesel nyakitin hati lo," emosi Shasa yang kini sudah mengusap pelan bahu sahabatnya, berusaha untuk menenangkan Feya. "Lo yang sabar Fe? Masih banyak kok, cowok di dunia ini. Bukan cuma dia doang. Lagian, syukur ketahuannya sekarang, gimana entar kalau udah lama dan kalian berniat serius. Gue yakin, entar lo bakal nemuin cowok yang sayang dan setia sama lo, Fe." ucap Shasa menghibur sahabatnya yang kini sudah berada dalam pelukannya, Shasa merasa kesal dengan cerita Feya tentang mantan kekasihnya. "Thanks ya Sha, lo emang sahabat terbaik gue," ucap Feya sembari tersenyum, ia kini merasa begitu lega setelah bercerita pada Shasa. "Sama-sana Fe, nah.., gitu dong senyum, gak ada gunanya juga lo nangisin cowok kayak dia itu," "Iya Sha, padahal gue udah sayang banget sama dia, apa lagi dia cinta pertama gue Sha, bahkan gue kasih semua yang dia pingin, tapi bukan berarti mahkota gue ya Sha . Entahlah, kenapa gue bisa begok banget. Sampai kecolongan gitu," "Bukan salah lo juga lah, ya namanya pacaran kan rela ngasih apa pun yang kita mampu kasih ke pasangan kita, asal dia senang aja gitu, tapi dasar tu cowok aja, gak punya hati. Kurang apa coba lo, cantik iya. Tajir, iya. Baik, apalagi coba. Tapi, tu cowok kok tega plus begok ya? Khianati lo, heran gue," omel Shasa, "Ya kalau untuk yang satu itu, lo harua tetap mempertahankannya, hingga lo menikah nanti," lanjut Shasa. "Udah, gak usah terlalu berlebihan gitu mujinya, gue lagi gak ada permen ni," celetuk Feya bercanda, rasanya ia begitu lega bisa bercerita pada Shasa. *** Sakha begitu uring-uringan dengan apa yang terjadi pada dirinya, Shasa yang hingga hari ini bisa ia luluhkan, membuatnyanbingung harus memutar otaknya, apa lagi dalam kondisinya yang masih terpasang selang infus dirumah sakit, Sakha sungguh tidak mampu berbuat apa-apa. Dirinya begitu lemah saat ini. Panggilannya sedari tadi di abaikan oleh Shasa. Bahkan semua pesannya tidak ada satu pun yang gadis itu balas. Entahlah, mengapa Shasa begitu tak menyukai Sakha. Ia merasa bahwa kehadiran Sakha adalah malapetaka untuknya. Para sahabatnha yang melihat wajah murung Sakha, tidak bisa berbuat apa-apa. Sudah berulang kali mereka juga berusaha mencari keberadaan Shasa. Tapi, hasilnya sama seperti Sakha, wanita itu seolah menghilang dari beradaban bumi. "Lain kali lo hati-hati Kha, liat nih akibat kecerobohan lo, lo berakhir di sini kan?" "Iya, mikirin apa sih, lo? sampe gak fokus gini? yang ada bukannya lo malah dapetin perhatian Shasa, ini malah selang infus yang nempel di tubuh lo,"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD