Penolakan

1195 Words
Maaf banyak Typo Alex menatap sinis tapak tangannya yang besar, tapak tangannya yang hampir menampar pipi Ayu tadi. Tapi, untung saja, Alex masih bisa mengontrol dan menguasai emosinya sehingga tapak tangannya tidak jadi melukai pipi Ayu. Pipi Ayu yang kelakuan dan sifatnya tidak Alex duga. Entah kenapa dengan sialannya, di saat pertama kali Alex menginjakkan kakinya di sekolah Karya Bangsa 6 bulan yang lalu, bisa-bisanya Alex merasa penasaran pada seorang bocah bertubuh mungil setinggi bahunya. Seorang bocah perempuan yang mengenakan rok sepanjang setumit sendiri dari temannya yang lain yang tidak berkerudung. Seorang bocah yang terlambat dan berjalan santai dan bergabung begitu saja dengan para siswa lain yang sudah duduk rapi di lapangan, murid kelas 3 yang mendengarkan pengumumuman dari ketua yayasan yang tidak lain dan bukan adalah Om Alex. Pengumuman tentang ujian nasional yang akan di adakan bulan Maret nanti yang artinya 1 bulan lagi. Dan usut punya usut, ternyata bocah yang sudah jadi isterinya itu adalah salah satu anak dari kedua orang tua yang menjadi donasi tetap SMA Karya Bangsa untuk siswa siswi yang tidak mampu agar bisa bersekolah di sekolah swasta favorit itu lewat jalur beasiswa. Wajah datar bocah itu, dadanya yang naik turun dengan cepat karena selalu menarik nafas panjang lalu di buang dengan perlahan oleh anak itu membuat Alex mau tidak mau untuk tidak menoleh dua kali kearahnya, anak itu seperti menyimpan beban yang sangat besar. Lalu... di setiap sesekali Alex masuk ke dalam kelas bocah itu, bocah itu seperti hidup sendiri dalam kelas. Dan usut punya usut, tidak hanya seperti hidup sendiri di dalam kelas. Nilainya anjlok dan tidak pernah mengerjakan tugas bahkan mencatat. Karena murid spesial, kedua orang tuanya sangat royal pada sekolah milik keluarga mereka, ia yang pintar , di tunjuklah dirinya agar bisa membimbing Ayu beberapa bulan yang lalu. 2 bulan yang lalu lebih tepatnya. Dan Alex merutuk dirinya, karena dengan sialannya. Alex dengan begitu saja menawari dirinya agar ia bisa sekali bahkan dua kali seminggu akan mengajar dan membimbing Ayu di rumah bocah itu, dan naas. Kali ke 3 Alex datang untuk membimbing Ayu, kesalapahaman itu muncul membuat ia harus menikahi bocah ingusan itu dan harus menyakiti Lisa yang sudah menjadi pacarnya selama 5 tahun ini. Dan Alex mengusap wajahnya kasar saat ini. Wajah dan seluruh tubuhnya yang sedang di guyur oleh air dingin dari shower yang menumpahkan banyak air di tubuhnya yang terasa tegang, tapi saat ini, tubuhnya yang terasa tegang, amarahnya yang ada di puncak tadi sudah perlahan merileks, dan turun. Ya, 5 menit yang lalu setelah hampir saja tangannya menampar pipi Ayu. Alex langsung masuk ke dalam kamar mandi. Mandi sekali lagi, berharap amarahnya pada Ayu yang Alex kira adalah wanita lugu, naif, dan mudah di intimidasi ternyata perkiraan dan dugaan Alex salah. Di balik wajah lugu dan sifat pendiamnya di sekolah. Mulut Ayu sedikit pedas dan bocah itu sangat berani padanya. Dan marah pada dirinya sendiri? "Aku merutuk diriku! Kenapa 4 hari yang lalu aku harus mabuk? Kalaupun aku mabuk 4 hari yang lalu, kenapa aku tidak berkunjung ke rumah Lisa saja, dan berc*nta dengan Lisa seperti biasanya," "Sialan!" ****** Di saat Alex baru keluar dari kamar mandi, dan langsung menatap kearah ranjangnya. Alex kaget bukan main melihat masih ada Ayu yang duduk di pinggiran ranjang dan kedua tangannya terlihat mengotak-atik bangkai ponselnya yang sudah hancur. Bocah yang sangat bodoh! Karena tidak langsung mandi dan mengganti pakaiannya yang basah. "Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa belum mandi?"Tanya Alex dingin. Alex yang saat ini sudah berdiri tepat di depan Ayu yang saat ini sudah menatap kearah Alex dengan tatapan yang terlihat datar,? Sial! Umpat hati Alex di dalam sana. Berani sekali bocah sialan di depannya ini pada dirinya. Ayu? Mendengar pertanyaan dingin Alex barusan. Bungkam. Tapi kedua mata dan tangannya menjelaskan kenapa ia tidak mandi dan mengganti pakaiannya. Ayu saat ini menunjuk bajunya tidurnya yang basah dan menempel ketat dengan kulitnya. "Makanya kamu harus mandi dari tadi bodoh. Selain bajumu basah. Kamu harus siap-siap untuk berangkat sekolah."Ucap Alex dengan geraman tertahannya. "Sayangnya aku bukan w************n, Mas. Walau nggak ada cowok di dalam rumahmu. Baju yang tipis dan menampilkan lekuk tubuhku, aku malu dan nggak mau di lihat sama dua pembantumu apabila aku turun dan make kamar mandi yang ada di bawah. "Ucap Ayu dengan nada tegasnya. Alex menatap kearah tubuh Ayu. Tapi, Alex tidak berani menatap lama. Entah kenapa dengan sialannya. Melihat d**a Ayu yang ukurannya lumayan membuat Alex merasa panas sendiri. Tidak! Ia tidak bisa mengkhianati Lisa nya. Ayu hanya seorang bocah yang sangat pembangkang, dan kasar. Dan sifat aslinya baru terlihat hari ini. Wajah lugu dan pendiamnya hanya topeng. "Aku... Aku mandi di rumahku saja, ada sesuatu yang ingin aku ambil di rumah. Boleh aku pinjam jaket atau hodie mas saja,"Ucap Ayu dengan nada sedangnya. Ayu juga sudah bangkit dari dudukannya dan berdiri tepat di depan Alex yang saat ini yang sudah selesai memakai pakaiannya. Tunggu dulu... kenapa suaminya memakai baju santai saat ini? Bisik hati Ayu penuh tanya di dalam sana. Kan ini senen? Dan bisikan hati Ayu langsung di jawab oleh Alex. Seakan tahu isi hati Ayu di dalam sana. "Aku bolos kerja hari ini, dan kamu nggak boleh kemana-mana,"Ucap Alex dengan nada serius dan tegasnya tanpa ingin di bantah sedikitpun. Tapi, untuk Ayu terkecuali. Ayu tetap membantah dan rewel. "Aku hanya mau ke rumahku. Dan apa? Katanya bolos kerja, tapi kenapa tangan Mas malah ambil kunci mobil yang ada di atas nakas?"Tanya Ayu dengan nada tegasnya dan tanpa ingin di bantah juga. Alex? Menatap Ayu dengan tatapan yang seakan -akan ingin menelan Ayu hidup-hidup saat ini. Membuat Ayu mencelus dan sedikit takut melihatnya saat ini. Bahkan tanpa sadar, kedua kaki Ayu melangkah mundur , dan untung saja tidak ada ranjang yang menghalangi seperti sebelumnya. "Kalau kamu mau tahu, aku mau ke apotik. Mau beli pil KB untuk kamu minum saat ini juga kalau bisa." Ucapan tegas Alex di atas membuat kedua mata Ayu membulat kaget dan Ayu reflek memeluk perutnya kuat dan posessive dan kepalanya menggeleng tegas tidak terima dengan ucapan yang barusan keluar dari mulut Alex. "Mati saja kamu, Alex!!! Mati saja kamu! Aku... Aku nggak mau anak ini cacat. Anak yang bisa saja sudah dan sedang tumbuh dalam rahimku harus cacat bahkan mati...!!!" "Aku nggak mau dan nggak akan sudi untuk minum pil siala----," Plak Ucapan Ayu terpotong telak oleh suara tamparan yang sangat kuat , yang barusan Alex layangkan pada pipi sebelah kanan Ayu. Bahkan saking kuatnya tamparan Alex membuat Ayu langsung jatuh terbaring di atas ranjang, dan ada titik darah yang muncul di sudut kanan dan sudut kiri bibir Ayu yang terlhat masih shock dan kaget dengan tamparan yang sangat kuat yang barusan ia dapatkan dari tangan suaminya. Tangan suaminya yang terlihat menatap penuh benci dan sinis dirinya saat ini. Dan Alex? Dengan nada dingin, laki-laki itu kembali mengeluarkan kata-kata yang berhasil membuat Ayu menangis untuk pertama kalinya selama mereka menjadi suami istri sejak 6 hari yang lalu... "Aku nggak mungkin punya anak denganmu, Ayu... Tutup mulutmu! Kamu nggak boleh hamil! Kamu hamil akan membuat hati Lisa ku terluka dan hubungan kami berdua akan semakin buruk. Aku akan beli pil Kb yang paten untuk menggagalkan proses pembuahan bayi sialan itu...!!!" Tbc! :) ..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD