Langit menatap gelisah sosok Sultan yang kuyup di hadapannya. Di tangannya, ia sudah menyiapkan pakaian ganti selain lemari yang masih ia biarkan terbuka sempurna. Rasanya kok seaneh ini, ya? Rasanya mirip kalau aku lagi menghadapi Sunny. Gugup, tegang, deg-degan begitu. Semoga, ini efek karena aku sedang menghadapi kembaran Sunny. Sumpah, wajah mereka sangat mirip, si Sultan kelihatan banget versi cowoknya Sunny, batin Langit. “Kamu jadi meminjami aku pakaian enggak sih? Jangan lama-lama karena nasib Lintang ada di agenda setelah ini. Lebih cepat lebih baik.” Sultan sengaja menegur Langit yang justru terlihat seperti orang kebingungan. “Sori ... ini.” Langit memberikan pakaian di kedua tangannya pada Sultan yang masih menutupi kepala menggunakan handuk. “Terima kasih banyak. Oh, iya .