Resah, entah perasaan apa yang dirasakan oleh Lukman. Beberapa kali ekor matanya menatap pintu bercat hitam yang terletak tak jauh dari tempatnya duduk menonton televisi. Televisi menyala, akan tetapi fokus Lukman bukan pada acara yang sedang ditayangkan, melainkan pada seorang perempuan yang sejak selesai makan malam tadi berpamitan kepadanya masuk ke dalam kamar. "Apakah dia sudah tidur?" tanya Lukman pada dirinya sendiri. Bangkit dari duduknya di atas sofa, melangkahkan kaki mendekati kamar Raina. Berdiri mematung dalam diam, dengan pikiran tak menentu. Tangan nya terangkat bersiap mengetuk pintu di depan nya. Tapi nyatanya tangan kekar Lukman hanya melayang di udara, perlahan ia turunkan kembali. Mengurungkan niat yang ingin mengetuk pintu kamar Raina. Berjalan mondar mandir dengan