Sedikit berguna

1085 Words
Tamparan keras kembali mendarat tepat di pipi mulus milik Chilia. Bukannya senang Chilia simpatik padanya, Arga malah mendorong Chilia dan menamparnya. Melampiaskan kekesalahan dan kekalahannya itu pada gadis pecicilan yang merupakan anak kandungnya sendiri otu. "Papa?" Chilia menatap papanya tidak percaya. Sejijik dan sebenci itukah ayahnya padanya? Harusnya dia yang membenci ayahnya. Karena dia ibunya meninggal. Karena dia ia harus selalu berhadapan dengan dua iblis di rumah ini. Bukan malah sebaliknya! "Apa salah Chilia, Pah?" Chilia sudah menyerah. Dia cape dengan posisi seperti ini. "Kamu masih bertanya? Apa kamu tahu papamu di siksa sampai seperti itu itu gara-gara kamu!" teriak Alexa sok tahu. Padahal dia tidak tahu apapun, tentang kenapa dan apa alasan pria itu datang dan mengobrak ngabrik rumah mereka. Alexa hanya benci dan marah. Berniat hati ingin menyiksa gadis ini dengan mengurungnya, Alexa malah seolah melindunginya. Ya, bukankah Chilia tidak terdampak apapun, tidak di tampar seperti dia dan putrinya seperti tadi. "Dasar pembawa sial!" Sedang Arga hanya diam, tidak menjelaskan dan tidak ingin juga. Memilih ke kamar di bantu Pak Supri yang juga ada di sana. "Maksudnya?" Chilia tidak mengerti. "Masih bertanya kamu! Tanya saja ke papah mu sana!" Arrrgghhhghh Alexa sungguh kesal. Pipinya sakit, bahkan sampai tulang-tulang wajahnya. Kalau begini caranya percuma saja dia perawatan seharian tadi. "Mahhhh, pipiku sakit hiksss!" Riska meringis. Padahal tamparan itu sudah cukup lama terjadi, tapi rasanya seperti baru saja terjadi. Bahkan seperti seratus kali bolak balik. Sakit sekali. Mungkin kah itu karma karena mamahnya selalu menampar Chilia? Ah entahlah. Alexa menghampiri putrinya, "Ohh sayangnya mamah. Sakit, ya! Ayo kita ke rumah sakit. Kita obati." Ck! Chilia menatap kepergian mereka jijik. Kemudian melangkah menuju kamar menyusul papahnya. "Pah?" "Papah sedang tidak ingin di ganggu," katanya dari kegelapan. Meski sakit hati, sebagai seorang anak Cilia tetap menghawatirkan ayahnya. Apalagi dengan kondisi yang parah dan babak belur seperti itu. Chilia Kemudian masih membandel dan masuk ke kamar. "Tapi, Pah? Apa yang sebenarnya terjadi di rumah kita ini?" "Apa kamu tidak punya telinga, hah! Sudah papah katakan papah sedang tidak ingin di ganggu!" teriak Arga cukup membuat Chilia diam. "Bisakah kamu menjadi gadis penurut sebentar saja! Tidak selalu membangkang seperti ini!" teriak Arga lagi. Seperti tidak habis kekesalannya, Arga membanting sebuah foto. "Kinan aku sudah lelah," tutur Arga lemah. Chilia sedikit tersentak, air mata keluar dari ujung netranya. "Maaf! Maaafin Chilia kalau Chilia udah buat papah lelah. Chilia hanya ingin membantu papah, itulah sebabnya Chilia tanya ada apa ini sebenarnya?" Sudah duduk bersimpuh di depan sang ayah. Sedang Arga bungkam, dia tidak mungkin menceritakan semuanya pada Chilia. Membiarkan gadis itu menangis sampai tertidur, hingga akhirnya dia menyuruh Pak Supri untuk memindahkannya ke kamarnya. Kesokokan harinya, kegaduhan kembali terjadi tatkala Chila dan Riska berebut mobil. Riska yang ingin ke kampus dan Chilia yang tidak ingin mobil kesayangannya di pakai membuat semuanya menjadi kacau. Sebenarnya Riska juga memiliki mobil pribadi sendiri, namun melihat mobil Chilia yang masih mulus terawat Riska tentu menginginkannya. "Enak aja! Pake aja mobil lo yang ngga pernah di cuci itu!" "Sama juga kok sama lo, sama-sama kotor!" Riska melotot tak terima, lari menghampiri Alexa. "Mah, apa kau dengar? Dia mengata-ngataiku kotor!" "Memang benar, kan!" kata Chilia santai, kemudian memasukkan cookies ke dalam mulutnya. Melihat kedatangan Arga Alexa tidak hilang akal. "Ayolah, Chil. Lagipula bukankah kau tidak lagi ke kampus? Sedangkan Riska harus ke kampus untuk melanjutkan pendidikannya." Ck! Chilia sudah tidak aneh. Mengabaikan ucapan Alexa dan kembali makan. "Pah, lihatlah putrimu. Dia tidak ingin meminjamkan mobilnya pada Riska. Padahal papa tahu dia sudah di skors dan tidak akan kemana-mana, sedang Riska harus ke kampus untuk belajar," adu Alexa dengan jurus ibu tirinya. Tidak ingin pusing, Arga langsung menjawab, "Berikan padanya." Alaxa tersenyum penuh kemenangan. Sedang Chilia sudah berdiri tidak terima. "Ngga! Punya mobil sendiri untuk apa pakai mobilku?" Meninggalkan meja dan berbalik pergi. "Mahhhhh!" "Pah? Chilia!" "Chilia!" Arga bergerak menarik lengan Chilia dan menamparnya. "Tidak bisakah kau berguna sedikit? Diam dan jangan buat onar lagi!" "Berguna sedikit?" Chilia tersenym kecut. Jadi selama ini ia tidak berguna? Arga sedikit menyesal, mengepalkan tangannya. Karena kedatangan Lucas semalam membuat emosinya tidak stabil. Chilia melempar kunci mobilnya pada Riska. Bukan pada tangannya, melainkan meleparkanya ke lantai. Meski kesal, Riska tetap memungutnya. "Ada lagi yang lebih berguna untuk papah selain itu?" tantang Chilia seraya tersenyum miris. "Cari bantuan pria kaya dan berkuasa, maka papah akan menganggapmu sedikit berguna di rumah ini." Pergi dan meninggalkan semua orang. Chilia menatap kepergian sang papah sendu. Kemudian tersenyum kecut pada dirinya sendiri. Malam harinya. 'Cari bantuan pria kaya dan berkuasa, maka papah akan menganggapmu sedikit berguna di rumah ini' Ucapan sang Ayah terus berdengung di telinga Chilia, membuat gadis itu kesal dan melempar bantalnya. "Sial, apa kau tau aku juga tidak butuh pengakuan bergunamu!" "Mama aku ingin ikut mama saja hiksss!" Chilia yang cantik kembali menangis. Keluarga seperti ini rasanya seperti kutukan baginya. Banyak orang mengatakan jika dirinya beruntung, Chilia hanya tersenyum kecut. Dia tidak tahu saja, dan jika mereka menginginkan posisinya maka dengan sangat senang hati Chilia memberikan posisi ini. Hidup sederhana dengan keluarga sederhana itu sepertinya lebih menyenangkan bagi Chilia. Tak lama sebuah tangan mengelus Chilia, membuat gadis itu mengadah ke atas. "Mama?" Tidak ada jawaban, siluet itu hanya tersenyum menguatkan. Chilia langsung sigap, duduk dan hendak memeluknya. Namun sayang, ternyata itu hanya bayangan. Chilia hanya sedang berhalusinasi. Seperti baru saja di cas, melihat bayangan sang mama chilia merasa menjadi lebih kuat. Ia merasa perlu membuktikan jika ia tentu saja berguna di rumah ini. Agar bisa membuat papa yakin padanya dan membungkam mulut kedua penyihir itu. Ya, Chilia berniat mencari pria kaya dan berkuasa yang di maksud. "Tapi siapa?" Chilia kembali tidak bersemangat. Dimana dia bisa mendapat pria seperti itu? Namun tak lama kemudian otak Chilia langsung mengarah kepada Lucas. Pria dewasa yang belum lama ini di temuinya di bar. Melihat penampilan dan gaya pria itu Chilia yakin Lucas memiliki kekayaan dan kekuasaan. Ya walau dia tidak tahu itu benar atau tidak, bisa saja pria itu hanya berpura-pura sok kaya, kan? Entahlah, tapi apa salahnya mencoba, kan. Tunggu-tunggu, bukankah dia pernah berkata akan memberikannya uang seratus kali lipat dari uang kemarin jika dia mampu membuat pria itu puas. Itu artinya dia kaya, kan? Tapi chilia kembali termenung. Apa itu artinya dia harus merelakan tubuhnya hanya demi keluarganya yang tidak tahu diri ini? Arghh persetan dengan semua ini. Yang pasti saat ini Chilia harus bisa mendapatkan hati pria itu, agar mau menolong keluarganya sekaligus membuktikan pada Riska jika dia juga mampu memiliki kekasih dengan cepat. Ya, dengan gerakannya yang sembrono gadis itu bergegas, untuk bersiap. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD