Bocah v/s King

1186 Words
"Kenapa kamu?" Suara Lucas sontak membuat Cilia langsung menarik senyum. Ahh gila, setampan itukah dia sampe gue ngga nyadar kalau gue cengar cengir dari tadi. "Hehe. Gapapa, Om." "Om, haus?" Cilia lebih aktif. Buru-buru mengambil minuman di meja bar dan memberikannya pada Lucas. Sedang Lulu yang baru saja kembali membelalak matanya. "Buset! Cepet bener tu orang dapetin cowoknya. Ganteng lagi, ya udah deh gue balik kalau gitu." "Bye, Chacilia Natasya! Semoga Lo beruntung, ya!" Meninggalkan gelas yang baru saja diambilnya itu di meja kemudian melenggang pergi meninggalkan bar. Tidak mendapati penolakan apapun dari si pria membuat Cilia senang. Tapi di sisi lain dia juga bingung harus melakukan apa, untung si pria itu bicara. "Mau ikut saya ke kamar?" Ha? Wajah Cilia seketika pias, membuat Lucas semakin senyum menyeringai. "Ada apa? Apa kau takut?" tanyanya membuat Cilia kembali diam. Tentu saja dia takut, pria ini memang gagah dan tampan. Kaya pula. Sangat pas jika dijadikan sugar Daddynya, tapi jika harus ena ena di kamar bersamanya ... Sepertinya Cilia mikir-mikir dulu, deh. Eh tunggu-tunggu, tapi dia kan hanya ingin bermain-main. Jadi buat apa takut. "Hahahahaha" Cilia tertawa lebar, membuat Lucas mengerutkan dahi. "Masa takut sih, om. Tentu saja ngga. Mau di sini juga, ayo!" tutur Cilia seraya menepuk pundak Lucas. Padahal jauh setelah itu wajah Cilia mengkerut ketakutan. “Arrrggghhhh mulut sialan!!! Bisa-bisanya sih lo ngomong begitu,” maki Cilia pada dirinya sendiri. Nah, kan. Tersenyum dah dia tuh. "Boleh juga!" kata Lucas membuat Cilia langsung ketar-ketir. Pria itu bahkan sudah memajukan bibirnya, hendak mencium Cilia. Aaa mampus! "Eh om,om!" Menahan bibir lucas yang sexy itu gemetar. "Ada apa?" Lucas yang sudah senang akan menikmati sesuatu langsung bertanya sedikit kesal. "Di kamar aja, yuk!" "Biar lebih hot!" bisik Cilia sok menggoda, padahal jauh dalam hatinya ia ingin menghilang saja. Ke pedalaman Papua kalau bisa. "Hm, boleh!" Tanpa basa-basi Lucas menaruh gelas dan beranjak. Sedang Cilia sudah meneguk salivanya sejak tadi. “Bodoh, bodoh, bodoh! Kenapa gue seprontal itu, sih. Gimana nasib gue setelah ini? aaaa Lulu, lo kemana sih?,” gumam Cilia semakin ketakutan. Melihat Cilia yang masih diam saja Lucas berbalik. "Ayo!" Cilia berusaha tersenyum, "Ayo, Om!" Kemudian dengan kaki yang gemetar ikut berjalan di belakang pria tinggi dan tegap itu. Sahut-sahut wanita di sana melirik Cilia julid. Syirik karena gadis itu berhasil mengajak sang king dark itu ke kamar. Padahal sebelumnya tidak ada satupun yang berhasil menggoda sang miliarder itu. Jangannkan bisa membawa masuk ke dalam kamar, berdekatan dan bisa menyentuh sedikit bagian dari tubuhnya saja mereka sudah bersyukur. Cilia acuh, tak peduli. Dia hanya memikirkan nasibnya saat ini. Apalagi saat suara pintu di tutup terdengar begitu nyaring. Seperti suara pintu neraka saja, menakutkan. "Silahkan duduk!" Lucas memang pria yang sangat terkenal kejam dan keji pada setiap musuhnya, tak elak kepada seorang wanita. Pada Cilia yang ia kesali sekalipun. Hari ini ia kesini untuk mengunjungi sahabatnya, Max. Pengelola bar miliknya. Dan siapa sangka ia malah bertemu dengan gadis pecicilan ini lagi. Lucas sangat bersemangat, mengerjai gadis ini. "Ah iya, Om." "Apa om ada uang?" Pertanyaan bodoh! Hanya untuk mengalihkan kau malah bertanya seperti itu, bagaimana jika dia tersinggung? Tentu saja dia punya uang. Sekelas dan sekeren dia mungkin ngga punya duit, kan? Benar saja, Lucas tertawa terbahak-bahak. Kemudian berdiri dan melempar segepok uang dolar dan rupiah ke hadapan Cilia. "Apa itu cukup?" "Ah tidak-tidak, om. Maksudku ... apa om ...." Cilia terdiam, sebenarnya bukan masalah uang yang ingin ia tanyakan. Melainkan perihal sugar Daddy dan baby itu. Jika boleh, Cilia ingin menjadi sugar babynya. Karena jujur, Cilia sudah sejauh ini suka pada pria ini. Suka? Ah, entahlah. Cilia terpana dengan semua yang ada pada pria ini. Cara bicaranya, jalannya dan juga fashionnya. Jangan ditanya tubuhnya yang kekar, gagah dan berotot. "Maksudmu?" "Ah, lupakan. Apa om udah punya pacar?" tanya Cilia sedikit berbisik. Ya, Cilia bertanya begitu karena ia tidak ingin merusak hubungan orang lain. Apalagi seperti Riska sialan itu. "Banyak." Ha? "Istri?" "Banyak." Buset, Cilia melotot. "Haha om bercanda, ya!" "Iya," jawab Lucas sontak membuat Cilia tertawa terbahak-bahak. Tidak menyangka ternyata pria sedingin dia bisa ngelawak juga. Tapi ucapan Lucas setelahnya membuat Cilia langsung diam, seribu bahasa. "Jika kau bisa buat saya puas, saya akan buang semua istri dan kekasih saya. Dan kasih kamu uang 100x lebih banyak dari itu!" ucap Lucas membuat Cilia kembali meneguk saliva. Takjub sekaligus takut. "Tapi, om?" "Jangan panggil, Om! Panggil saya Jono!" Ha? Wajah Cilia yang tadi tegang semakin tegang saja mendengar nama pria itu. Haha bercanda, ya! Wajah seserius itu tapi kok namanya sebercanda itu. Melihat Lucas tertawa, Cilia ikut tertawa meski takut-takut. Baginya, tawa Lucas terlalu besar dan tegas. "Haha. Om bisa saja!" tutur Cilia seraya nyengir kuda. Lucas tak menjawab lagi, berdiri dan membuka kemeja. "Baiklah, mau dimulai dari mana?" tanya Lucas membuat Cilia yang ikut tertawa tadi kembali diam. Di satu sisi ia terpana melihat d**a kotak milik Lucas, tapi di sisi lain Cilia juga takut dengan perkataannya. Arrgghh Cilia bodoh, tau takut kenapa dijalanin, sih! Apa tadi katanya? Mulai darimana? Mana dia tahu! Meski Cilia terkenal bar-bar dan selalu berpenampilan sexy. Tapi Cilia selalu menjaga kehormatan dan harga dirinya. Jika bersama Alex pun, Cilia hanya berpelukan dan pegangan tangan. Lebih dari itu tidak, karena Cilia selalu ingat nasehat ibunya. Melihat Cilia yang hanya diam saja, Lucas kembali bicara. "Sepertinya kamu baru dalam hal ini." "Kalau begitu keluarlah! Saya tidak butuh wanita gagu sepertimu!" usir Lucas tegas. Cilia membelalak matanya. buset sadis bener! Cilia yang sudah kepalang basah melotot tak terima. "Eh, ngga ngga! Saya bisa kok, Om. Kalau Om tahu, saya ahlinya dalam hal ini." Duduk di paha Lucas dan mengalungkan tangannya di lehernya. "Kau yakin?" "Hm." Lucas hanya menggerakkan dahinya tanda setuju. "Baiklah kalau begitu ayo mulai!" "Haha! Mulai apa? Main galasin? Main conglak? Ahh tuhan rasanya aku mau menghilang saja saat ini," tutur Cilia seraya menggigit bibirnya bawahnya takut. Namun siapa sangka, tingkah Cilia membuat Lucas mode on. Dia sendiri sampai melongo, kenapa dia bisa sampai segairah itu meski hanya melihat gadis ini menggerakkan bibirnya. Sial, niat hati ingin mengerjai gadis ini mati-matian, malah dia sendiri yang terpancing. Tanpa basa basi Lucas menarik tengkuk Cilia, meraup bibir gadis itu dengan sangat buas dan penuh gairah. Cilia sempat terkejut, tapi melihat wajah tampan Lucas yang begitu terpampang nyata di depan matanya membuat Cilia tak sadar, mengikuti gerakan Lucas hingga akhirnya ciuman itu berakhir. "Bagus juga!" Ha? Cilia baru tersadar. “Aaaaa ciuman pertama gue udah dicuri si tampan iniiii!” batin Cilia berteriak. Tidak puas dengan ciuman yang hanya satu kali, Lucas bergerak ingin menciumnya. Namun sayang, suara ketukan pintu menggagalkan semuanya. Lucas beranjak, berjalan membuka pintu. Dasar emang gadis pecicilan dan penasaran. Cilia cemberut saat Lucas tidak jadi menciumnya. Dia ingin merasakan sensasi itu lagi. Apalagi saat Lucas meremas dadanya, rasanya itu seperti ... Arrgghh Cilia bisa gila. "Ada apa?" sahut-sahut Lucas bicara dengan seseorang. "...." "f**k!" Dengan gerakan cepat Lucas kembali masuk ke kamar. Mengambil jas dan mencium bibir Cilia singkat. "Saya pergi dulu," kata Lucas sebelum akhirnya pergi bersama seorang pria. Cilia sempat tertegun, perlakuan Lucas terlalu manis padanya. Menjerit setelah pria itu pergi dari hadapannya. "Aaaaaaa gue bisa gilaaaa!" Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD