Rencana Menikah

1015 Words
Hana duduk di tengah keluarganya yang menatapnya dengan senyuman manis. “Hana, kau sudah memikirkan semuanya? Kau juga sudah mengenal anak Mr. Khiel bukan? Dia beberapa kali datang ke Indonesia, menemuimu. Bagaimana? Bukankah sudah waktunya kau dan dia menikah?” Pertanyaan barusan membuat debaran jantung Hana kencang. Menikah? Hana tidak memikirkan menikah dengan lelaki berprofesi sebagai Dokter di Amerika. Tentunya memang lelaki tampan dan mapan. Matanya tertuju pada Marko yang berada di sudut sana. Mata lelaki itu menatap tajam padanya. Dua hari lalu. Dia membicarakan ini dengan Marko. Ternyata benar. Dia akan menikah. “Bagaimana pernikahannya dua bulan lagi?” tanya Jefian Locanno—ayah Hanalia Locanno, yang bertanya pada putrinya dengan senyuman manis dan tentunya ada nada tidak mau penolakan. Hana terdiam. “Du-a bulan?” tanyanya gugup, matanya masih menatap pada Marko—mantan kekasih sekaligus kakak sepupunya yang menyeringai di sudut ruang dan menggeleng. Marko berharap Hana akan menolak pernikahan ini. Mata lelaki itu terpejam dan harapan di dadanya akan di dengar oleh Hana. “Ya, dua bulan. Itu tidak terlalu cepat Hana. Kau dan dia sudah mengenal selama hampir tiga tahun. Apa salahnya? Kau lihat Marko, dia akan bertunangan dengan salah satu model cantik. Orang yang dijodohkan oleh Jordi. Marko tidak menolak, padahal baru mengenal dua bulan.” Jefian menunjuk Marko yang tersenyum. “Benar! Bukankah kau sudah lama mengenalnya? Atau kau memiliki lelaki lain yang kau sukai dan cintai?” tanya Marko memancing. Hana menggeleng. “Tidak ada. Hana sudah mulai mencintai Jason. Hahaha. Ya, aku sudah mulai mencintai Jason.” Hana tertawa sumbang, berbohong. Padahal dia tidak pernah mencintai Jason. Hatinya hanya tertuju pada satu nama. Yaitu; Marko Locanno lelaki yang berada di sudut dan menatapnya tajam. Mencintai Jason. Hahahah. Lucu sayang. Kau mengatakan mencintai lelaki lain, di depanku. Marko membatin. “Baguslah! Ma! Kita akan menyiapkan pernikahan yang besar. Ini sudah Papa bicarakan dengan Mr. Khiel. Dia sangat senang karena anaknya akan menikah denganmu. Perusahaan kita akan terjalin lebih erat lagi. Bukankah begitu Jordi?” tanya Jefian pada adiknya. Jordi mengangguk. “Benar! Senang sekali mendengar kau akan menikah Hana. Marko juga akan bertunangan, kami sudah tidak sabar melihat kalian yang bahagia dengan pasangan kalian masing-masing.” Penuturan Jordi ditertawai miris oleh Hana di dalam hatinya. Hana akan mencoba untuk mencintai Jason. Sampai matipun cintanya dengan Marko tidak akan pernah bersatu. Cinta yang kata terlarang dan tidak akan pernah mendapatkan kata restu walau mereka mencoba. “Mama khawatir padamu dan Marko yang terlalu dekat, kami kira kalian memiliki hubungan. Ah… untungnya tidak. Marko ternyata memang malas mencari pasangan, saat Jordi mengenalkan seorang gadis. Dia langsung menerimanya. Lalu Hana, dia memang sudah mencintai Jason.” Hana boleh membantah dan berteriak di depan ibunya, kalau Hana dan Marko memang memiliki hubungan. “Benar. Hubungan terlarang ini sudah cukup terjadi di masa lalu di keluarga kita. Saya tidak mau menghadapi hal yang rumit lagi.” ucap Jordi. Hana mendengarnya tersenyum kecut, lalu matanya menatap pada Marko dan tersenyum tipis. Matanya seolah mengatakan. ‘Kau dengar sendiri bukan? Hubungan kita tidak akan pernah ada kata restu!’ “Hem… Hana mau ke toilet dulu.” Hana berdiri, lalu berjalan keluar dari dalam restoran VVIP yang telah mereka sewa untuk makan satu keluarga. Hana mengabaikan ucapan ibu atau ayahnya yang menyuruh Hana untuk duduk dulu. Hana masuk ke dalam toilet. Buk! Pintu toilet terbuka. Hana terkejut dan keterkejutannya bertambah ketika tangannya ditarik oleh Marko masuk ke dalam salah satu bilik toilet dan menguncinya. “Kau mencintainya?” pertanyaan lelaki itu dengan nada berat dan tak suka terdengar di telinga Hana. “Mencintai siapa?” tanyanya, pada kakak sepupunya sekaligus keponakan ayahnya ini. “Jason Khiel! Kau mencintai lelaki itu?” tanya Marko sekali lagi, kali ini lebih jelas. “Kalau iya kenapa?” tanya Hana kembali menantang, namun dalam hatinya Hana tidak sanggup melihat mata Marko menyiratkan kekecewaan. “Kau mencintai lelaki itu? Kau sudah tidak mencintaiku?” tanyanya terluka. Hana meremas pakaiannya mendengar pertanyaan dengan nada suara yang begitu terluka. “Marko…” panggilnya lirih. “Hana! Jawab! Kau sudah tidak mencintaiku?! Kau menerima pernikahan ini dengan mudah, lalu kau bilang mencintai Jason! Gila!” Marko tertawa sumbang. Hatinya hancur mendengar ucapan Hana dan kelakuan Hana yang mudah sekali bilang ia mau menikah dua bulan lagi. “Gila?! Lebih gila mana? Hubungan kita masih bertahan atau aku yang memilih untuk menikah dengan Jason. Jawab! Lebih gila mana Marko?” tanyanya menatap lelaki itu, tidak terima dikatakan gila. Hubungan mereka ini yang gila. Hana mengusap wajahnya kasar dan menggeleng pelan. “Kalau kau tanya aku masih mencintaimu atau tidak! Ya! Aku mencintaimu. Tapi aku bisa apa? Aku nggak mau membuatnya rumit.” Hana menangis, dan meremas pakaiannya. “Kau membuatnya semakin rumit dengan menikah bersama lelaki itu Hana.” Gigi Marko bergemeletuk menahan amarah. “Semakin rumit? Hahaha. Kau mau melucu?! Aku bahkan membuat semuanya jadi mudah. Sudahlah. Kita sudah memutuskan untuk berpisah bukan?” Marko tergelak mendengar pertanyaan yang tidak pernah disetujui olehnya. “Berpisah? Kau tidak salah bertanya padaku, Hanalia Locanno. Adik sepupuku yang cantik pengisi hatiku. Aku tidak pernah mengiakan apa yang kau minta sayang. Jangan pernah berharap berpisah dariku.” Ucap Marko. Menghapus air mata Hana lembut. “Ah! Satu lagi Hana. Silahkan kau memilih menikahi Jason, Tapi… kau akan melihat apa yang dilakukan olehku. Dosa dan cinta terlarang. Lucu sekali. Bagaimana kalau aku membuat dosa itu—Bom! Menjadi dosa yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya.” Marko mengusap perut Hana lembut, mencium bibir gadis itu sekilas sebelum keluar dari dalam toilet. Hana menatap pintu toilet. Tangannya memegang kepala. “Kenapa Marko terlihat menakutkan?” tanyanya, menggeleng. Hana tidak boleh berpikiran buruk. Marko mana berani melakukan sesuatu yang buruk. Lelaki itu hanya bisa mengancam saja. *** Marko berada di luar toilet, tersenyum sinis sambil memainkan rokok yang masih utuh dan belum terbakar. Tak! Marko mematahkan rokok dan bungkus rokok di tangannya. “Hana, my beautiful cousin. You're still mine.” Marko tertawa kecil, matanya terfokus depan. Tidak ada ketakutan ketika dia melihat ruang VVIP restoran. Keluarga? Mari lihat, bagaimana reaksi yang disebut keluarga tersebut ketika Marko… TAK! BOM! HANCUR!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD