Pernikahan

1039 Words
"Di, kamu ngapain disini?" Kaget Denisa. Tanpa kata, Dion langsung memeluk tubuh indah Denisa, "I Miss You," bisiknya. "Apa kamu gila?" Denisa melepaskan tubuhnya dari pelukan Dion. "Aku memang gila, gila karenamu. Kamu meninggalkanku tanpa kata lalu menikah dengan dia. Bisakah kamu bayangkan bagaimana perasaanku saat itu?" tanya Dion. "Oke, aku minta maaf. Aku yang salah, tapi please hentikan semua ini! Kasihan Ziva Di. Dia tidak bersalah. Kamu boleh menghukumku asal jangan Ziva," tangis Denisa. "Baiklah, aku beri kamu pilihan. Tinggalkan suamimu dan menikah denganku. Atau berselingkuh denganku." Dion pun meninggalkan Denisa tanpa menghiraukan teriakan wanita itu. Denisa yang kesal hanya bisa menangis di sudut toilet. Saat ini, perusahaan Zico, suami Denisa berada di ambang kehancuran. Hal ini membuat Dion memanfaatkannya untuk membalas dendam pada mantan kekasihnya yang masih sangat dia cintai hingga saat ini. Dion mau berinvestasi di perusahaan Zico dengan syarat, Zico mau menikahkan dia dengan putrinya. Dan saat ini, mereka tengah berada di sebuah restoran untuk melakukan proses penandatanganan. "Bagaimana Tuan? Apakah proposal kami sudah sesuai?" tanya Zico. "Apa putrimu bersedia menikah denganku?" Dion balik bertanya. "Bagaimana Ziva?" Zico bertanya pada sang putri. "Terserah Papa saja, atur bagaimana baiknya. Ziva ikut saja," jawab Ziva tertunduk malu. Meski usia Dion sudah matang, tapi wajahnya sangat menawan. Garis wajahnya terlihat tegas, apalagi hidungnya yang kayak perosotan. Serta bibirnya yang tipis membuat semua orang yang melihatnya tak sanggup menolak. Tubuhnya yang atletis, ditambah bulu bulu di tangannya yang banyak membuat dia terlihat semakin menawan. "Baiklah, karena Ziva sudah setuju, maka pernikahan akan diadakan minggu depan. Tuan tidak perlu repot, karena saya sudah mempersiapkan semuanya. Anda tinggal duduk dengan tenang," kata Dion. "Terima kasih Tuan," sahut Dion. Setelah berbasa basi, akhirnya Dion menandatangani proposal kerjasama mereka. Dion dan Zico saling berjabat tangan sebagai simbol kerjasama mereka. Makanan pun dihidangkan, sembari memasukkan makanan ke mulutnya, pandangan Dion tak lepas dari wajah Denisa, membuat wanita itu tersipu malu. Seminggu kemudian, pernikahan mereka pun digelar. Resepsi dan akad nikah diadakan di sebuah hotel mewah karena memang Dion adalah pengusaha sukses di kota itu. Semua orang memandang takjub Ziva yang memang cantik luar biasa. Dion juga tampak menawan dengan jas berwarna salem itu. Penghulu sudah berada di hadapan Dion, lelaki itu mengucapkan kalimat sakral itu dengan lantang dengan satu tarikan nafas. Hingga kata 'Sah' terucap dari para saksi. Ziva lalu mencium tangan suaminya, dan Dion pun mencium pucuk kepala sang istri. Pernikahan Dion disiarkan secara live di dalah satu stasiun tivi. Banyak kolega bisnis Dion yang mengatakan kalau Dion adalah lelaki yang paling beruntung karena mendapatkan istri yang cantik dan muda seperti Ziva. Acara pun berlangsung meriah. Pukul 10 malam, acara baru selesai. Ziva yang kelelahan langsung masuk ke dalam kamarnya. "Kakak mau mandi dulu?" tanya Ziva. "Tidak sayang, aku masih ada urusan dengan Juan. Kamu kalau sudah mengantuk, tidurlah terlebih dahulu," jawab Dion. Lelaki itu pun kembali keluar. Dia lalu masuk ke kamar yang sudah dia siapkan sebelumnya. Ya, Dion ingin melewati malam pertama ini dengan Denisa bukan dengan Ziva. Lelaki itu pun menghubungi mantan kekasihnya melalui pesan singkat. "Datang ke kamar 708 sekarang, aku merindukanmu," titah Dion. "Kamu jangan gila Di, suamiku saja belum tidur. Dia bahkan sedang sakit saat ini, mana mungkin aku meninggalkannya," balas Denisa. "Aku tidak mau tahu sayang, datang sekarang, atau aku akan membatalkan kerja sama dengan suamimu. Biar saja perusahaannya gulung tikar," ancam Dion. "Terserahlah," kesal Denisa. Dion yang kesal karena keinginannya tidak terkabul akhirnya menghubungi Zico. Dia tidak peduli mau dia dituntut atau tidak karena membatalkan kerja sama seenaknya. "Ma, ada telepon. Angkat, bilang aku sakit kepala. Besok saja telepon lagi," kata Zico. Denisa yang melihat nama mantan kekasihnya di layar handphone suaminya menjadi panik. Wanita itu segera menolak panggilannya kemudian mengirim pesan pada sang mantan. "Oke, aku datang. Begitu Zico tertidur aku akan keluar," tulis Denisa. Dion tersenyum senang melihat dua wanita kini ada di dalam genggamannya. Lelaki itu pun memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu. "Apa Papa mau minum obat?" tawar Denisa. Dia harus membuat suaminya segera tidur supaya Dion tidak lagi mengganggunya. "Boleh Ma. Apa Mama bawa obat pusing?" tanyanya. "Sebentar Mama lihat dulu di tas, sepertinya ada," jawab Denisa. Setelah meminum obat, Zico merasa mengantuk. Hingga tak lama, lelaki itu pun terlelap dalam mimpi. Merasa sudah aman, Denisa akhirnya keluar. Saat akan memasuki lift, Denisa berpapasan dengan Ziva. "Mama mau kemana?" tanyanya. "Mmhh, Anu, Mama mau ke bawah sebentar," bohong Denisa. "Kamu sendiri, mau kemana?" tanyanya pada sang putri. "Ziva lagi cari Kak Dion Ma. Katanya tadi mau ketemu sama Juan dulu. Aku telepon dari tadi tidak diangkat," jawab Ziva. Hati Denisa seolah tercubit. Dia merasa bersalah pada sang putri karena terpaksa bermain api dengan menantunya. Denisa akhirnya memencet tombol lift paling bawah karena tak ingin ketahuan oleh Ziva. "Sial, kalau begini ceritanya, aku harus bolak balik," gerutunya. Ziva akhirnya sampai di ruangan suaminya. Kenapa Ziva bisa tahu, karena Dion tadi mengatakan kalau Juan ada di kamar itu. Begitu pintu kamar terbuka. Mata Ziva membola saat melihat suaminya hanya memakai bathrobe. Pikiran Ziva sudah tidak-tidak. Apa suaminya itu belok? Hingga dia berduaan dengan Juan di kamar hanya memakai jubah mandi. "Ada apa sayang?" tanya Dion. "Ohh itu, apa Kakak masih lama?" tanya Ziva. "Mungkin sebentar lagi, apa kamu sudah merindukanku?" goda Dion pada istrinya. "Tidak, aku hanya mengingatkan saja. Jangan tidur terlalu malam," kata Ziva. Wanita itu pun kembali menuju ke kamarnya. Tak lama setelah Ziva keluar, Denisa pun masuk ke dalam kamar Dion. "Oh iya, aku lupa." Ziva akhirnya kembali ke kamar Juan karena ada suatu hal yang ingin dia bilang pada sang suami. Namun, saat sudah berada di lantai 7, Ziva melihat Juan yang masuk ke dalam sebuah kamar lain. "Loh itu kan Juan. Kenapa dia masuk kamar itu? Bukankah kamarnya 708. Lalu, Kak Dion sama siapa di sana?" gumam Ziva. Wanita itu pun langsung menuju ke kamar yang ditempati oleh suaminya tadi. Karena hotel itu memang kedap suara, sehingga apapun yang dilakukan oleh orang yang berada di dalam tidak akan terdengar dsri luar. Ziva pun memencet bel itu berkali-kali. Perasaannya sudah tak karuan, dia sudah membayangkan kalau sang suami sedang bersama wanita lain. Tingtung Tingtung Tingtung Pasangan yang sedang mereguk indahnya nirwana itu tidak mempedulikan bel yang sedari tadi berbunyi. "Kak Diooon, buka pintu" teriak Ziva. "Di, Ziva ...."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD