episode 11: Pedang naga langit

1591 Words
Satria Tunggal menatap musuhnya angkuh, ia ingin segera mengakhiri pertarungan tak imbang tersebut. Jelas-jelas lawan tandingnya tidak sekelas, hanya manusia biasa yang tak sebanding dengannya. Sebelah tangannya menengadah ke langit, dalam sekejab mata sebuah pedang berukuran 1,5 inci muncul di telapak tangan tersebut dan pedang di tangan kanan tadi langsung lenyap,”Yuda, aku tidak bisa lagi menemanimu bermain-main lagi. Akan ku akhiri pertarungan ini dengan pedang naga langitku.” Satria narik pedang itu dari sarungnya, hingga muncul sebuah cahaya putih kebiruan. Yuda, Genzo, Avei. Merik dan semua yang ikut menyaksikannya terbelalak melihat pedang legenda tersebut, salah satu diantara 7 pusaka sakti paling dicari ternyata ada di tangan Satria Tunggal. “Itu hanya energi pegang, wadah pedang ada di dalam laut. Jadi pedang itu tidak bisa digunakan di alam manusia ini sebelum wadahnya diambi,” komentar Genzo Millinium Ring. Avei dan Merik mengangguk,”Ring, apakah jika pedang itu digunakan tidak adan berbahaya?” tanya Merik. “Sukma Yuda akan hancur lebur, itu akan berperanguh pada raganya. Jika Yuda tidak bisa menghentikan serangan itu, maka bersiaplah untuk kehilangan nyawa,” jelas Genzo Millinium Ring tanpa sedikit pun mengalihkan perhatiannya pada pertarungan kedua muridnya tersebut. “Yuda tidak akan mampu melawan sukma Satria tunggal itu, Ring. Kita akan melakukan sesuatu,” sahut Avei khawatir. “Kalau Yuda tidak mampu melawan Satria Tunggal, jangan harap dia bisa terus berada di sisi Zein Zulkarnain. Karena selain Satria Tunggal, Zein masih memiliki 6 sukma lain yang masih tersembunyi dalam raganya, mata ku ini tidak akan bisa dibohongi,” balas Genzo. “6? apa itu artinya, dia mampu mengendalikan 7 sukma miliknya? Aku jadi penasaran, apakah sukma Arsy Ratu Sejagad juga ada padanya. Sukma yang membuat orang bingung antara pria dan wanita, kuat tapi sangat bijaksana. Rapuh namun penuh karisma, penyayang tapi sangat tegas,” sahut Merik. “Kalian akan melihatnya nanti, saat itu aku yakin kalian akan terbelalak melihat dasyatnya calon pemimpn dunia ini,” jawab Genzo dengan senyum tipisnya. ** Kembali pertarungan Zein dan Yuda. Yuda terbelalak, cahaya pedang itu menyilaukan penglihatannya. Ia merasa sangat takut dan seperti tidak akan pernah selamat dalam pertarungan ini,”sebagai seorang putra mahkota, apa yang kau takutkan pangeran Yuda?” Yuda tersentak, ia mencari sumber suara tersebut. Seorang pria bermahkotakan berlian putih bersinar, mahkota itu tidak terlalu besar tapi cahanya mampu menenangkan hati. Subah putih bersih bersinar bagaikan cahaya menyinari kegelapan,”siapa kamu?” tanyanya bingung. “Cahya, salah satu wujud suka Zein Zulkarnain. Aku bertugas untuk memberikan ketenangan pada jiwa ketakutan, jangan takut Yuda. Ini bukan pertarungan antara hidup dan mati, Satria Tunggal tidak akan memberimu ampun jika kamu tidak melawan. Ambil pedangmu, Yuda. Gunakan pedang anginmu, bukankah Zein pernah memberimu pedang itu? Kau tidak akan bisa mengalahkan Satria Tunggal. Dia terlahir untuk menjadi jendral perang, keluarlah. Gunakan pedang itu untuk melukai raga ini, Satria Tunggal akan tertidur kembali,” jelas Cahya. “Tapi ini pertarungan sukma, mana mungkin aku meluka tubuh Zein?” balas Yuda tidak setuju. “Kalau begitu, kamu harus bersiap untuk menerima sukmamu lebur menjadi debu,” balas Cahya. Yuda tertegun, tentu saja dia tidak ingin dirinya hancur lebur. Tapi kalau dirinya menyerang raga kedua sukma ini, bukankah itu sama artinya melanggar aturan dalam pertarungan?. Satria Tunggal sudah bersiap untuk mengayunkan pedangnya, sedang Cahya tersenyum remeh, sesungguhnya ini ujian keteguhan hati untuk Yuda dari Cahya. Yuda menggelengkan kepala, ia tidak mampu berpikir lagi. “Tidak…!!” teriaknya menggema. Zein Zulkarnain tersebelalak ketika sebuah pedang merobek kulit dan masuk kedalam tubuhnya,”Yu-Yuda,” gumamnya. Semua yang menyaksikan pertarungan tersebut tekejut, reeflek mereka berdiri karena tidak menyangka ternyata pangeran Kayumas sangat mudah untuk diprovokasi. Zein memuntahkan darah dari mulutnya, ia sungguh tidak menyangka sahabatnya itu akan melakukan pelanggaran dengan menyakiti raga lawannya. “Zein, Zein aku mintak maaf Zein.” Yuda langsung menarik kembali pedang tersebut dari tubuh sahabatnya hingga membuat sang sahabat tersentak. “Apa yang terjadi, Ring? Kenapa Yuda bisa melakukan pelanggaran?” tanya Avei tidak percaya. “Dia terprovokasi oleh Cahya, sukma putih itu bisa menggunakan kata-katanya untuk menguji keteguhan hati seseorang,” jelas Genzo. Duar.. “Suara apa itu?” semua orang bertanya-tanya melihat suara ledakan tersebut. Zein mendongak, terlihat kobaran api di dekat gudang makanan,” sepertinya ada p*********n, mereka ingin menghancurkan gudang pangan. Yuda, kita harus kesana, kau adalah petugas keaman menjaga makanan.” “Tapi, Satria. Lukamu bagaimana? Lihatlah, tanganmu penuh dengan darah,” balas Yuda. “Ini soal mudah.” Zein mengambil selendang entah dari mana selendang tersebut, warnanya merah dan bersinar. Ia mengikatkan selendang merah tersebut pada lukanya untuk menghentikan pendarahan sementara. “Ayo kita pergi Yuda!” Zein langsung melompat terbang menggunakan ilmu meringankan tubuh menuju arah gudang makanan tersebut. ** Mahesa menghentikan kudanya ketika melihat asap dari mengepul dari arah perguruan rajawali,”pangeran Zein,” gumamnya. Ia pun kembali memacu kudanya dengan kecepatan tinggi, dia khawatir kalau terjadi sesuatu pada junjungannya tersebut. ** Genzo Millinium Ring menyusul kedua muridnya tersebut, sedang Avei menggunakan elemen air untuk menyemburkan air pada kobaran api, Merik berusaha menyelamatkan seluruh murid-murid perguran rajawali. ** “Kita bertemu lagi, Zein Zulkarnain.” Tong Sampah berdiri angkuh di depan gudang terbakar. Dalam sekejap kobaran api padam karena air dengan kekuatan besar menyiramnya,”apa?” Tong Sampah terkejut dan Syok melihat kobaran api padam dalam sekejab. “Setan alas! Berani sekali membakar pesediaan bahan makananku!” Avei hampir menangis karena bahan makanan yang dikumpulkan hampir saja lenyap. Zein dan Yuda sweetdrop, petinggi perguruan satu itu memang selalu lebay, tapi jangan pernah meremehkan manusia satu itu, jangankan mengeluarkan air segitu, bahkan lebih dari kitu saja bisa. Melebihi mobil pemadam kebakaran. Genzo hanya berdiri, ia mengurungkan niatnya untuk ikut campur memadamkan api tersebut, dia lebih memilih mengejar sekutu orang yang telah lancang membakar bahan makanan tersebut. “Kak Avei, sudah dong jangan berlagak menjadi istri ditinggal suami begitu. Kakak harus memberi pelajaran pada Tong Sampah, karena dia yang menyebabkan kebakaran ini,” teriak Yuda gemas melihat gurunya itu malah jongkok di atas tiang meratapi gudang terbakar. Avei mengerutkan kening, kenapa ada tong sampah bisa menyebabkan kebakaran? Dia tidak tahu saja kalau tong sampah yang dimaksud itu adalah Tong Sampah nama orang, bukan tempat pembuangan sampah. Ia pun menatap muridnya itu bingung. “Heh, kamu jangan mengada-ada, tidak ada tong sampah bisa menyebabkan kebakaran, kecuali ada apinya. Tong sampah itu hanya tempat pembuangan sampah.” Pria ahli masak itu kesal karena merasa dipermainkan oleh salah satu muridnya. Zein Zulkarnain tidak ingin menanggapi ocehan kedua manusia tersebut, lagi pula memang tong sampah itu tempat pembuangan sampah tidak seharusnya digunakan untuk nama orang, nama itu adalah sebuah doa, kalau seseorang diberi Tong Sampah, itu artinya orang itu kelakuannya mirip dengan sampah. Yuda tidak mengerti bagaimana cara menjelaskan pada gurunya tersebut, kalau sudah emosi sebelum penjelasan dimulai seperti itu pasti sangat merepotkan. Tong Sampah menggeram kesal, dia telah dihina, ejek bahkan direndahkan. Ia tidak akan pernah tinggal diam dan terima begitu saja. Pria itu mendongak ke atas, matanya menatap sengit Avei,”Kamu yang di atas! Jangan seperti wanita merengek mintak dikasihani, turun! Hadapi aku. Pengecut!” Avei bangkit dari poisinya, ia tersinggung karena disebut sebagai pengecut.”b******k! Siapa yang kau sebut sebagai pengecu?! kamu manusia sampah, berani datang dan membuat keributan, sekarang malah menyebutku pengecut.” Pria itu turun dari tiang dan berdiri di depan Tong Sampah, iris matanya berubah menjadi merah ketika marah, tidak ada yang tahu kalau Avei adalah golongan bangsa Jin, tapi bukan Jin yang suka menganggu manusia dan mengajak kejalan kemungkaran. “Satria, Yuda. Kalian berdua menyingkirlah, biar aku yang menghabisi manusia terkutuk ini!” “Baik, kak.” Yuda menggeret Zein untuk segera menyingkir dari pertandingan tersebut. “Satria, lebih baik kita tidak ikut campur. Kak Avei itu dulu raja Jin, tapi dia ketakutan ketika melihat seorang anak kecil. Entah siapa anak itu, mangkanya terlihat seperti usia 30 tahun. Padahl usianya sudah 1000 tahun lebih, tua sekali,’kan?” celoteh Yuda. Zein mengangguk, ia meringis menahan nyeri di lukanya, selendang merah yang dia gunakan untuk menghentikan pendarahan itu, sudah basah dengan darah. Pedang itu sepertinya pedang Angin, luka yang ditimbulkan akibat pedang itu tidak mudah untuk disembuhkan. “Zein, aku sungguh mintak maaf. Aku ketakutan melihat Satria tunggal. Dia hampir membunuhku,” sesal Yuda ketika melihat sahabatnya itu terlihat sedang menahan sakit. “Siapa Satria Tunggal?” tanya Zein bingung. Yuda apa lagi, dia juga bertambah bingung mendengar pertanyaan sang sahabat. “Bukankah salah satu wujud sukmamu itu adalah Satria tunggal? Dia itu tampan gagah perkasa, mahkotanya itu berbentuk bulan sabit ada huruf alifnya, bajunya berwarna ungu kalau tidak kuning keemasan. Pedang awal yang dia pegang biasa saja, tapi berikutnya dia mengeluarkan pedang naga langit. Ngeri banget,” jelas Yuda heran. “Naga langit ya? Sebenarnya, tadi aku seperti tertidur, kalau saja kamu tidakl menusukku dengan pedangmu, mungkin juga aku masih tidur. Sekarang kamu bercerita tentang Satria Tunggal,” balas Zein semakin tidak mengerti. Yuda prustasi, tadi gurunya yang membingungkan, sekarang sahabatnya. Kenapa semua orang sangat membuatnya bingung? “Sudahlah, sekarang kita lihat saja pertandingan kak Avei, aku tidak yakin Sampah bisa menang, apa lagi kalau kau bilang kak Avei itu adalah dari bangsa Jin. Tapi, sekalipun Jin, dia seperti bukan Jin jahat,” jawab Zein. “Kan aku sudah bilang, dia itu taubat karena seorang anak kecil. Bocah itu sebenarnya tidak merasa membuat raja Jin itu taubat, tapi ya mungkin ini kuasa Tuhan,” balas Yuda. Zein mengangguk, Tuhan memang maha esa dan maha kuasa. Tuhan itu satu, tentu saja Dia pemilik kerajaan langit dan bumi, Dia pencipta langit dan bumi. Apapun bisa terjadi dengan izinNya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD