Mahesa sangat terkejut melihat sinar kuning keemasan tersebut, dari sinar tersebut banyak sekali gambaran aneh-aneh, seperti berbagai macam senjata, pedang, selendang, busur, keris, cakra, bahkan sebuah mahkota juga ada. Terlihat juga gambaran seorang pria 30 tahun memakai mahkota besar dan sangat indah, di tangan kanannya sebilah pedang panjang dan sebelah kirinya tongkat kerajaan,”Siapa itu?” tanyanya tak mengerti.
**
Genzo millenium ring tersentak, ketika sedang bermeditasi ia langsung membuka matanya dan menghentikan meditasinya ketika merasakan sebuah energi yang sangat besar, kekuatan tersebut sanggup membuka segel pintu batu perguruan yang dipimpinnya selama bertahun-tahun. Sebagai seorang pemimpin dirinya bahkan tak mampu membuka segel tersebut dan harus membuat jalur lain untuk keluar masuk perguruan Rajawali.
Genzo segera melompat keluar dan mendarat di belakang Zein kecil serta Mahesa, pria itu mengamati pangeran kecil tersebut, dari pengamatannya, dia dapat melihat bahwa pangeran kecil tersebut adalah calon penguasa yang sanggup merubah peradaban zaman.
“Kau adalah calon pemimpin masa depan, kekuatanmu sungguh tak bisa diremehkan. Tidak ada yang mampu untuk membuka segel pintu batu itu, tapi di usiamu yang masih kecil, kau bahkan mampu menggesernya hingga pintu terbuka dengan sempurna.”
Cahaya keemasan di dahi Zein perlahan memudar dan hilang, digantikan dengan tanda bulan bintang dan huruf alif di tengahnya. Tanda tersebut berwarna emas dan berada di dahinya, itu adalah sebagai tanda bahwa pangeran kecil tersebut adalah seorang pemimpin masa depan.
Mahesa langsung menghampiri zein kecil, ia memeriksa sekujur tubuh pangeran kecil tersebut, khawatir kalau sesuatu yang buruk telah terjadi,”Pangeran, Zein. Apakah kau baik-baik saja?”
Zein Zulkarnain memandang pengawal pribadinya itu bingung, memang apa yang terjadi padanya. Selain sebuah kekuatan besar dan tanda aneh di dahinya, ia tidak merasakan apapun lagi,”Aku baik-baik saja, ayah. Aku hanya merasa kalau di dahiku ada sesuatu.”
“Itu karena cakra mahotamu telah terbuka sempurna, sekarang kau akan bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain. Karena itu, sebaiknya kau tidak terkejut nanti.” Genzo Millinium Ring. Pimpinan perguruan Rajawali itu berjalan mendekati pangeran kecil tersebut.
Zein Zulkarnain membalikkan badanya begitu juga Mahesa, mereka menatap sang pimpinan itu tidak mengerti. Selain tidak kenal, Zein dan pengawalnya itu juga tidak tahu maksud ucapan pria tersebut.
“Apa itu cakra mahkota?” tanya Zein bingung.
“Dalam tubuh manusia itu, ada 9 macam cakra, salah satunya adalah cakra mahkota yang terletak di pertengahan antara kedua alis. Kalau cakra mahkota sudah terbuka sempurna, kau akan melihat hal yang berbeda dari manusia pada umumnya, bahkan tanpa kau menutup matamu sekali pun.” Genzo berusaha menjelaskan fungsi cakra mahkota tersebut pada pangeran kecil tersebut.
“Apakah salah satu cakra itu adalah Cakra khan?” tanya Zein zulkarnain. Genzo dan Mahesa tidak mengerti harus menjawab apa, bagaimana mungkin cakra dalam dunia spiritual bisa disamakan dengan Cakra khan seorang penyanyi pada abad 21.
“Tentu saja bukan pangeran Zein, mana mungkin sama antara cakra mahkota dan dengan Cakra khan,” balas Mahesa.
“Di seluruh belahan dunia ini, ada 7 pangeran yang akan menggenggam kekuasaan dunia. Pangeran tersebut disebut 7 kesatria langit. Ke 7 satria langit tersebut terdiri dari 5 pria dan 2 orang wanita. Mereka semua adalah kesatria yang tersembunyi dan tidak bisa diungkapkan identitasnya di depan banyak orang. Karena itu akan membahayakan ke 7 satria langit tersebut.” Genzo menatap pangeran kecil tersebut dalam.
“Kau adalah salah satu 7 satria langit, kau adalah kunci utama dari sebuah perubahan yang ada di dunia ini nanti. Karena itu, kau harus benar-benar bisa menjaga diri, dan jangan sampai identitasmu diketahui banyak orang sebelum waktunya tiba, itu akan sangat berbahaya untukmu,” katanya penuh keyakinan.
Mahesa memegang kedua bahu pangeran kecil tersebut,”Pangeran Zein, karena itu, aku meminta pangeran untuk menggunakan nama Satria Dirgantara Mahardika. Aku yakin, bukan hanya raja Ka Le Nan, Tong Sam Pah dan Ku Ba Ngan yang ingin membunuhmu, tapi nanti akan banyak orang lain. Oleh karena itu, ku harap pangeran melakukannya bukan karena terpaksa, tapi karena kesadaran diri. Demi keselamatan pangeran sendiri.”
Iris keemasan pangeran kecil tersebut manatap pengawalnya penuh keyainan, dia tidak masalah jika harus menyenbunyikan identitasnya untuk sementara waktu, karena ini awal untuk merebut kembali kerjaan Bintang tenggara dari Xioxing.
“Baik, aku akan memanggilmu ayah juga. Kalau begitu, di mana perguruan Rajawali tempatku belajar ilmu bela diri itu? Aku tidak sabar ingin menguasai semua ilmu dari perguruan tersebut.”
Genzo Millinium Ring tersenyum tipis, pangeran kecil tersebut ternyata tidak tahu kalau batu itu adalah pintu utama masuk perguruan Rajawali sebelum pintunya diganti dan batu itu disegel. Pria itu mengangkat satu tangan ke atas seperti menengadah, hanya dalam sekejam mata di atas telapak tangan tersebut sudah terdapat sebuah pita putih bersih dan berkilau. Ia melangkahkan kaki mendekati pangeran kecil tersebut dan menyerahkan pita tersebut.
“Kau bisa menggunakan ini untuk menutupi tanda di keningmu, hingga orang spiritual tingkat tinggu pun tidak akan mampu mengenalimu selama mereka tidak memiliki jiwa yang sebersih.”
Zein Zulkarnain mengalihkan perhatiannya pada pimpinan perguruan Rajawali tersebut, ia memandang sejenak pria tersebut, awalnya dia merasa ragu tapi pancaran mata sang pimpinan membuatnya merasa yakin kalau dirinya memang harus mengambilnya dan memakainya.
Tangan mungil itu terulur untuk mengambil pita putih tersebut lalu mengikatkannya di dahi, sejenak pangeran kecil itu menatap birunya langit setelah selesai mengikat pita, setelah itu matanya berubah menjadi berwarna kecoklatan, hingga orang lain mungkin tidak akan pernah menyadari iris mata pangeran Zein yang sesungguhnya adalah safir.
Mahesa dan Genzo Millinium Ring memandang penuh kepuasan pangeran kecil tersebut, mereka berdua yakin sang pangeran akan mampu menegakkan keadilan dan merubah dunia menjadi yang lebih baik lagi.
“Sekarang, kita masuk ke dalam. Aku adalah Genzo Millinium Ring, pimpinan perguruan Rajawali. Aku akan memperkenalkanmu pada guru pembimbingmu dan teman-temanmu, tapi kau harus ingat. Kau tidak boleh mengungkap identitas aslimu.” Genzo Millinium Ring menatap pintu batu yang sudah tergeser hingga membuat jalan untuk masuk dalam perguruan tersebut.
“Masuklah. Aku akan mendirikan rumah sederhana di sekitar sini, pangeran Zein bisa datang kemari kalau membutuhkan sesuatu. Sekali pun kau memanggilku ayah, tapi aku tetaplah pengawal setiamu.” Mahesa mengangguk untuk menyakinkan pangeran kecil tersebut masuk ke dalam perguruan rajawali, dia akan memulai hidupnya yang baru dengan nama baru dan lingkungan baru.
`”Baiklah, kau harus hati-hati. Kau tidak boleh meninggalkanku, seperti keluargaku,” pinta Zein.
“Baik, Yang Mulia Pangeran Zein.”
Setelah itu, Zein Zulkarnain masuk ke dalam perguruan rajawali bersama dengan Genzo Millinium Ring. Mahesa berharap pangeran kecil tersebut akan baik-baik saja dan tidak cengeng lagi, mudah emosi dan suka bersikap semaunya. Meski begitu, ia tetap bangga karena Zein kecil memiliki kepribadian menjadi seorang pemimpin sejati. Seorang pemimpin sejati akan lebih mencintai rakyatnya dari pada dirinya sendiri.
**
18 tahun sudah berlalu, Zein Zulkarnain telah tumbuh menjadi seorang pria yang tampan rupawan, tubuhnya tinggi kekar, berat 85 dan tingg 190. Dia antara sama dan tidak sama dengan orang lain dan sekitarnya, kulitnya yang putih, hidung mancung, bibir seksi serta iris kecoklatannya mampu membuat saudara seperguruan wanita tersihir dan tak dapat berkedip.
Penampilan Zein ketika dewasa sangat berbeda, ia mengenakan baju mirip pangeran kerajaan mandarin, rambutnya panjang dan berwarna silver, di kepalanya terdapat ikat putih pemberian pimpinan perguruan rajawali, hingga tidak ada yang tahu bahwa dia adalah keturunan Jawa asli. Orang tidak akan mengira kalau warna asli Rambut pangeran Bintang Tenggara tersebut adalah kuning keemasan, dengan model potongan rambut Middle parthe Heir.
“Satria.”
Zein menoleh kebelakang, terlihat pangeran dari kerajaan Kayumas berlari menghampirinya, pangeran tersebut terlihat panik dan terburu-buru, entah apa yang membuatnya seperti itu.
“Satria. Sat, kamu harus membantuku. Hadeh, aku harus keluar mencari bahan keperluan dapur bersama gadis gila itu. Aku tidak mau putri dari adipati Meliwis putih yang sok hebat dan berkuasa itu ikut bersamaku. Karena itu, kau harus ikut denganku.”
“Yuda, apakah kau tidak melihat, aku sedang membersihkan halaman?” balas Zein kembali menyapu halaman. Dalam perguruan Rajawali tidak ada perbedaan kasta, ras dan suku bangsa. Semua diperlakukan sama, dalam hal apapun. Baik pendidikan akademis maupun mengurus perguruan.
“Aduh, Sat. Aku ini sungguh dalam masalah besar, ayolah. Aku bantu kau membersihkan halaman ini deh, tapi tidak perlu menggunakan sapu kecil itu. Gunakan kekuatan anginku.” Yuda pangeran Kayumas itu kembali merengek, ia bahkan memberikan konpensasi terhadap Zein.
“Tidak, kak Ring tidak akan suka kalau kita menggunakan kekuatan sia-sia, kalau kau ingin membantu, lebih baik ambil sapu dan ikut membersihkan halaman. Dengan begitu, kau juga tidak akan pergi bersama putri Su Kam Pret,” balas Zein santai. Ia tetap melanjutkan pekerjaan membersihkan halaman tanpa merasa terganggu sedikit pun.
“Baik-baik, aku akan membersihkan halaman ini dengan sapu. Tapi setelah itu, kau harus menemaniku ke pasar, kali ini kita akan pergi ke Bintang tenggara. Aku sudah tidak sabar, dengar-dengan di sana banyak gadis cantik-cantik yang dijual. Kasihan sekali, raja Bintang Tenggara itu tampan tapi sangat dzalim. Tapi namanya saja Ku Ba Ngan, jadi tentu saja seperti tempah pembuangan limbah.” Yuda terus mengoceh tanpa tahu kalau Zein merasa sedih dan prihatin juga sangat marah karena melihat penderitaan rakyatnya, mungkin meski bukan sebagai putra mahkota Bintang Tenggara, dirinya akan pergi ke sana untuk melindungi rakyat tersebut.
“Tenang saja, aku akan datang dan menghancurkan kedzaliman kalian, Ku Ba Ngan, Ka Le Nan, Tong Sam Pah,”batinnya.