episode 7 : Jarum neraka

1987 Words
Tong Sam Pah melirik Ku Ba Ngan, rajanya itu seperti terluka dalam, kemungkinan ini akibat serangan dari musuhnya tersebut. Tapi siapa pria berikat kepala putih tersebut? Dari gaya berbusananya mirip dari kerajaan Xioxing begitu juga model rambutnya yang panjang, orang Jawa sangat jarang bahkan mungkin tidak ada seorang pria yang memiliki rambut panjang hingga se pinggang. Zein menyerngit, sepertinya jarum Tong Sam Pah tadi ada racunnya, sekarang ia merasa tubuhnya seperti tertusuk-tusuk dari dalam. Meski begitu, dia tidak akan membiarkan musuhnya itu tahu kalau dirinya sudah terluka akibat jarum neraka tersebut. “Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kau seperti orang dari kerajaan Xioxing?” Tong Sam Pah menatap Zein penuh selidik. Zein Zulkarnain menyeringai tipis, mata pria itu ternyata sekarang sudah mulai kabur. Dia adalah orang jawa asli tapi hanya karena penampilanya seperti orang-orang Xioxing pria itu menganggapnya dari kerajaannya. Ku Ba Ngan menatap mentrinya itu jengkel, bagaimana mungkin pria itu tidak mengenali seseorang yang sudah dicarinya selama bertahun-tahun,”Mentri, apakah kamu tidak mengenali orang itu? Dia itu Zein Zulkarnain, putra pertama dari Ilyasa.” Tong Sam Pah menatap Zein tidak percaya, tidak ada seorang pun yang ada mengira kalau pria itu adalah putra mahkota dari Bintang Tenggara yang dulu hampir dibunuhnya, tapi kenapa tidak ada kesamaan sekali. Ia melirik rajanya tersebut, karena sepertinya sang raja itu yang sudah salah dalam mengenali seseorang. “Yang Mulia, sepertinya anda sudah salah mengenali orang. Zein Zulkarnain itu memiliki iris mata biru, rambunya hitam, di keningnya ada lambang bulan, bintang dan angka 1 menjadi satu. Pria di depan kita itu rambutnya silver, matanya kuning keemasan. Tentu saja tidak sama dengan pangeran Zein,” bantah Tong Sam Pah. Yuda sangat bosan dengan perdebatan mereka berdua, kenapa tidak fokus pada pertarungan saja? Malah sibuk untuk berebut mengenali orang, apakah mereka berdua pernah hilang ingatan?. “Hei, sudah dong, kalian berdua itu bukan orang amnesia bukan? Kenapa malah berebut benar dalam mengenali orang si? Kalau memang ingin berkenalan dengan Satria, ya bilang saja. Jangan main tuduh orang, menyerang orang dengan cara curang, kalian berdua adalah petinggi kerajaan, malah satunya seorang Raja, tapi tidak punya aturan sama sekali. Persis dengan orang-orang pasaran.” Zein menahan diri untuk tidak tertawa mendengar hinaan pangeran Kayumas tersebut, bukankah dia juga tidak bisa menggunakan tutur sapa yang baik dalam berbicara? Masih juga menghina orang. Ku Ba Ngan dan Tong Sam Pah mendelik galak pada pangeran Kayumas tersebut, menurut mereka pria itu terlalu berani untuk menghina bahkan berbicara semaunya di kerajaan orang. Di Bintang Tenggara tidak seorang pun ada yang berani berbicara kasar atau pun menghina dirinya, tapi manusia satu ini sepertinya menginginkan hukuman gantung . “Pengawal! Tangkap mereka berdua, masukkan ke dalam prnjra !” Ku Ba Ngan memerintahkan para pengawal untuk menangkap Zein dan Yuda, sebagai seorang bawahan, beberapa pengawal yang tersisa pun maju menyerang kedua pria tersebut. Zein dan Yuda sudah bersiap untuk berperang, mereka manangkis dan menyerang para pengawal tersebut. Zein merasa tubuhnya sudah mulai tidak beres mungkin ini akibat jarum Neraka yang masih menancap di tubuhnya. Dia menggunakan kesempatan ketika musuhnya lengah untuk menarik teman sepertguruannya untuk pergi, tidak baik juga kalau terus membuat keributan di negera orang. Bukan Zein ingin membiarkan kedua orang yang telah menghabisi keluarganya tersebut hidup dengan tenang, tetapi karena ia merasa tubuhnya sudah tidak bisa bertarung. Yuda terkejut ketika mendarat di tengah hutan melihat teman sepertguruannya batuk-batuk sambil memegangi dadanya, ia pun menghampiri temannya tersebut,”Satria, kau terluka? Apa mungkin karena serangan jarun neraka tadi?” tanyanya khawatir. “Iya, hingga sekarang jarum itu masih ada di dalam tubuhmu. Ugh…” Zein menyerngit menahan nyeri di dadanya. “Kita harus segera kembali Satria, kamu harus segera mendapatkan pertolongan. Kak Ring pasti bisa menyelamatkanmu,” balas Yuda. “Hm.” Tapi tubuh Zein sudah tak mampu menahan nyeri akibat jarum neraka tersebut hingga membuatnya tersungkur dan tidak sadarkan diri. Pangeran Kayumas panik dan cemas, ia pun segera mengangkat tubuh temannya tersebut sebelum para pengawal kerajaan Bintang Tenggara datang untuk menyerang mereka lagi. Yuda melompati dari satu dahan ke dahan yang lain, sambil membawa Zein, meski kadang dirinya suka marah-marah tapi sebagai seorang teman seperguruan, mereka harus saling tolong menolong dan tidak boleh berkhianat. Begitu sampai di perguruan Rajawali, mereka berdua langsung disambut oleh Su Kam Pret, Gem Pa Ran dan San Da Lan. Ketiga gadis tersebut panik ketika melihat pria idamannya pingsan bersama pangeran Kayumas. “Yuda, apa yang terjadi? Kenapa Satria pingsan? Apa yang kau lakukan padanya?” tanya Su Kam Pret panik. “Tuan putri, Su. Satria terluka karena pertempuran dengan mentri Bintang Tenggara, dia terkena jarum neraka. Kita harus segera menolongnya, atau kalau tidak nyawanya akan dalam bahaya.” Yuda menjelaskan, ia berharap putri dari kerejaan Timur tersebut tidak akan heboh dan menghalangi mereka dengan segala macam sikap berlebihannya. “Bawa ke dalam saja, kak Ring pasti bisa menolongnya,” sahut Gem Pa ran. “Ahli medis di perguruan ini adalah kak Merik, tapi kak Merik dengan pergi mencari tamanan obat untuk penyakit ginjal. Kalau kita mintak tolong pada kak Ring yang ada kita akan disuruh menghapal jurus sebanyak 500 kata,” timpal San Da Lan. “Kalian berdua ini terlalu banyak bicara, kalau tidak segera cepat, Satria akan semakin parah.” Yuda geram melihat ketiga gadis itu selalu ribut, ia pun segera membawa Zein ke dalam perguruan dan membawanya keruang kesehatan. “Yuda, apa yang terjadi pada Satria?” Genzo Milinium Ring kebetulan berada di ruangan tersebut setelah melakukan pengobatan pada orang memiliki gangguan stres seperti suka memintak izin keluar perguruan untuk kepentingan pribadi. Yuda membaringkan Zein di tempat tidur, setelah itu ia memberi salam hormat pada pimpinan perguran Rajawali tersebut,”Salam kak Ring, Satria terkena tusuan jarum neraka milik perdana mentri Tong, sekarang jarum tersebut masih ada di tubuhnya.” Dia memberitahukan apa yang terjadi pada teman seperguruannya tersebut. Genzo Millinium Ring terkejut, ia tahu kalau jarum itu sangat berbaya, mengandung sebuah racun yang sangat berbahaya, bisa merusak organ tubuh dalam hingga menyebabkan pendarahan kalau tidak segera diobati. Pimpinan perguruan rajawali tersebut segera menghampiri salah satu muridnya tersebut, bagaimana pun juga dirinya tahu identitas penting Zein, selain seorang putra mahkota kerajaan Bintang Tenggara, dia juga merupakan salah satu dari 7 kesatria langit yang ditugaskan untuk memberantas kedzaliman di muka bumi. Pria itu menaruh telapak tangannya di atas d**a pangeran Bintang tenggar tersebut, ia memejamkan matanya untuk berkosentrasi memeriksa organ dalam sang pengeran, dia bernapas dengan lega karena racun tersebut belum sampai menyerang organ vitalnya. “Dudukkan, aku akan memberikan energi murni untuk membantu menetralisir aura negatif serta mengeluarkan racun yang ada dalam tubuhnya.” Zein memerintahkan Yuda untuk membantu Zein duduk, pangeran Kayumas tersebut membantu teman seperguruannya untuk duduk dengan posisi bersilah. Genzo Millinium Ring mendudukkan dirinya di belakang Zein, ia mulai berkonsentrsi untuk mengeluarkan energi medis yang dimiliki, lalu menempelkannya ke punggung muridnya tersebut, menyalurkan sebuah energi positif dan mengeluarkan segala macam energi negatif. Dia seorang pimpina perguruan, tapi tak menyangka kalau mengobati seorang salah satu kesatria langit bisa membuatnya harus mengeluarkan energy besar, ditambah sepertinya di dalam tubuh muridnya tersebut, ada pertarungan sukma, siapa yang lebih kuat akan menjadi pemimpin. Genzo semakin memusatkan energiya serta penglilahatan mata bhatinnya untuk masuk dan melihat wujud suka muridnya tersebut, seorang pria memakai mahkota bulan sabit, bintang dan alif serta memegang sebuah pedang panjang dengan warna kemerahan, tatapaan pria itu sangat dingin dan tajam, memancarkan aura pembunuhan yang sangat kuat. Sedang pria yang satunya memakai mahkota besar dengan hiasan kristal hitam, merah dan biru. Mereka berdua saling berhadapan seakan ingin saling menghancurkan. Pimpinan perguruan tersebut dengan sangat terpaksa harus mengeluarkan salah satu sukmanya untuk melerai pertarungan tak dibutuhkan tersebut. “Tidakkah kalian menyadari akan satu hal, kalian berdua satu tubuh satu jiwa meski terbelah menjadi sukma. Kalau dengan dua sukma saja kalian bertarung, bagaimana kalau sukma jiwa tubuh tempat kalian berada ini membela menjadi 7. apa yang kalian lakukan sama sekali tidak bermanfaat sama sekali, karena kalian merupakan satu kesatuan. Kamu bermahkota bulan sabit serta bintang emas dan huruf alif dan memengan sebilah pedang, karena tugasmu adalah menjadi jendral perang. Sedang dia yang bermahkota besar itu, serta memegang tongkat kerajaan, akan menjadi penguasa. Kalian memiliki tugas masing-masing tapi kalian harus saling membantu satu sama lain dan tidak diizinkan untuk bertarung karena itu hanya akan melukai tubuh ini.” Genzo Millinium Ring menatap kedua sukma tersebut, setelah aura pembunuhan telah mereda, sukma pria itu kembali pada tubuhnya, lalu segera menambah energi positif pada muridnya tersebut. Yuda terkejut melihat teman seperguruannya tersebut batuk darah, tapi sepertinya itu lebih baik karena dengan begitu mungkin racun dalam tubuhnya telah dikeluarkan. “Kak Ring, Satria muntah darah.” Genzo Millinium Ring mengakhirki transferan energi posistifnya pada salah satu muridnya tersebut,”Tidak apa, itu hanya racun yang memang harus dikeluarkan. Satria masih sangat lemah, meski aku sudah mengelaukan sebagian racun yang berbaya, tapi masih ada sisa racun dalam tubuhnya. Satria tidak boleh sembarangan bergerak dan tidak boleh menggunakan kekuatannya terlebih dulu.” Pimpinan perguran rajawali tersebut bangkit dari tempat duduknya, ia menatap sejenak muridnya tersebut, bibirnya tersenyum tipis ketika mengetahui bahwa manusia di depannya tersebut tidak mudah untuk dikalahkan meski lawannya memiliki ilmu setingkat jarum neraka. “Satria, bagaimana perasaanmu? Aku sangat khawatir. Sebelum pingsan kamu muntah darah, tadi kamu juga muntah darah. Tapi kak Ring bilang kamu baik-baik saja, aku sangat bersyukur.”Yuga segera menghampiri teman seperguruannya setelah gurunya keluar. “Lumayan baik, tidak seperti tadi,” balas Zein. “Baiklah, sebaiknya sekarang kamu kembali ke kamar saja. Kak Ring bilang, kamu haris banyak istirahat, nanti setelah kak Merik pulang, dia akan memeriksa kondisimu lebih lanjut. Kamu juga tidak boleh menggunakan kekuatanmu terlebih dulu.” Yuda terus bicara tanpa henti. “Hn.” Zein bangkit dari tempat duduknya dan mulai melangkahkan kakinya hampir saja dia oleng kamau Yuda tidak menangkapnya. “Sudah kubilang, kamu itu harus istirahat,” omelnya. Zein hanya bisa pasrah masih hidup saja dia sudah sangat beryukur, kalau dirinya belum membalaskan dendam dan merebut kembali kerajaan Bintang Tenggara. “Pusaran Angin…” “Gelombang api…” “Kenapa aku tidak bisa mengeluarkan angin sedikit pun?!” “Aku juga, bagaimana kita bisa menjadi lebih kuat kalau seperti ini?” “Apa yang terjadi di luar? Kenapa mereka ribut di ruang kesehatan?” Yuda mengomel lagi mendengar keributan di depan ruang kesehatan. “Sepertinya mereka sedang bejar mengendalikan kekuatan api dan udara,” balas Zein. “Baiklah, biar aku keluar. Aku akan mengusir murid-murid baru itu.” Yuda hendak keluar untuk mengusir murid yang berisik di depan ruang kesehatan tersebut, tapi ditahan oleh Zein. “Jangan, mereka masih belajar. Kamu tidak harus mengusir mereka dengan caramu, biar aku yang keluar,” cegahnya. Yuda ingin sekali menghentikan sahabatnya tersebut, tapi pria itu sudah berjalan meninggalkannya. Ia yakin kalau murid baru itu nanti pasti mintak diajari, sedang sang sahabat itu tidak tegaan dan pasti akan mengajari mereka sedang kondisinya masih sangat lemah. Zein Zulkarnain menatap dua pemuda 20 tahunan, kedua pemuda tersebut sedang berusaha mengeluarkan kekuatan angin dan api, mereka terlihat sangat kesusahan, mungkin lebih baik dirinya menghampiri mereka. Mungkin bisa sedikit membantu. “Apakah kalian sedang belajar mengeluarkan kekuatan api dan angin?” tanyanya. Kedua orang tersebut mengalihkan perhatainnya pada Zein, mereka mengangguk,”Benar, tapi aku sama sekali tidak bisa. Kakak, apakah kau bisa mengajari kami?” tanya salah satu di antara mereka. “Bolehkan aku tahu siapa nama kalian?” tanya Zein lagi. “Namaku Be Ram Bang.” “ Aku Ke Tum Bar.” “Oh, jenis bumbu dapur,” kata Zein sedikit pelan, kadang dia merasa aneh dengan nama-nama orang di perguruan ini, segala jenis macam nama ada. Ini tadi jenis bumbu dapur, teman sepertguruan yang perempuan namanya seperti alas kaki, Gem Pa Ran dan San Da Lan. Satunya lagi seperti hinaan terhadap orang( Su Kam Pret) bukankah semua sangat aneh, padahal nama di dunia ini sedikit, tapi kenapa sutradara malah menggunakan nama-nama aneh seperti itu, untungnya nama dirinya adalah Zein Zulkarnain, nama yang sangat bagus dan tidak membuat orang berpikir aneh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD