Pangeran Zein meronta-ronta dalam gendongan pengawal pribadi ayahnya, dia sangat kesal dengan sikap sang pengawal karena tiba-tiba membawanya pergi tanpa membiarkan dirinya untuk masuk ke gudang persenjataan dan mengambil salah satu senjata.
Mahesa menendang pintu kamar berukiran naga berwarna emas tersebut, setelah itu ia melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar tersebut dan melemparkan pangeran kecil keatas ranjang.
“Jangan macam-macam! Kau pikir, kau mampu melawan mereka?! latihan saja kau sangat malas, kerjaannya hanya makan dan tidur sudah mau berlagak menjadi pahlawan. Aku akan membantu ayahmu menghadapi penyusup itu. Kalau kau sayang pada ayah dan ibumu serta saudari-saudrimu, tenanglah di sini.” Mahesa mengomeli sang pangeran, setelah melihat pangeran kecil itu tenang dan mungkin mengerti, ia pun segera meninggalkan kamar tersebut.
Zein kecil terduduk lesu di atas tempat tidurnya, mulutnya merengut dan kedua tangannya menumpu dagunya,”Kenapa paman Mahesa melarangku? Aku’kan calon raja, jadi aku harus membantu ayah juga.” Dia bertanya-tanya sendiri, otak kecilnya sama sekali tak mampu memprediksi apa yang terjadi di luar kamarnya sekarang.
Tok tok tok..
“Kanda Zein… kanda Zein.”
Pangeran kecil tersebut melengokkan kepalanya menatap pintu kamar, telinga kecilnya seperti mendengar suara pintu diketuk, seperti saudarinya, mungkin lebih baik dia membukakan pintu.
Zein segera melompat dari tempat tidurnya, langkah pendek dari kaki kecil tersebut membawa sang pangeran mendekati pintu berukiran naga emas tersebut, baru saja dia hendak membuka pintunya, sebuah dobrakan sangat kerat terdengar dari luar serta jerit memilukan saudarinya juga terdengar.
“Arrg…”
Tubuh pangeran kecil tersebut gemetar dan ketakutan, ia mengingat kembali kalau suara itu adalah suara adik keduanya yaitu Cempaka sari, dia sangat dekat dengannya dan paling tidak bisa diandalkan.
“Cempaka sari.” Dengan menyingkirkan rasa takut dalam dadanya, pangeran kecil tersebut segera membuka pintu, matanya terbelalak melihat adik kecilnya dicekik dengan tubuh menggantung di udara, matanya melotot dan wajahnya membiru. Ia harus segera menyelamatkan putri kedua itu, kalau tidak mungkin saja adik keduanya hanya akan tinggal nama.
“LEPASKAN ADIKKU…!!!
terdengar suara ledakan menggelar, kilat cahaya kebiruan membumbung keudara.
Semua terdiam mendengar suara teriakan menggelegar diiringi dengan guntur menyambar di langit, pria berpakaian jirah besi segera melepaskan putri Cempaka sari, tubuhnya gemetar ketika hawa dingin menusuk seakan meremukkan tulang-tulangnya.
“Kanda Zein…” Cempaka sari segera berlari kedalam pelukan kakaknya, ia bersembunyi di balik tubuh kecil kakaknya tersebut.
**
Ka Le Nan, Ilyas, Ku Ba Ngan, Tong Sam Pah, Mahesa bahkan ratu Balqis terkejut mendengar teriakan putra mahkota kerajaan Bintang tenggara bisa beriringan dengan suara guntur di langit. Mereka merasakan sekujur tubuhnya mendadak dingin membeku seakan berada di tengah gurun salju.
“Pangeran Zein,” gumam Mahesa. Pengawal pribadi sekaligus Jendral perang tersebut menyadari adanya kekuatan tersembunyi dalam tubuh kecil pangeran tersebut, dia hanya mengajarkan ilmu guntur membelah langit sekilas dan sang pangeran terlihat ogah-ogahan dalam mempelajarinya, tetapi dirinya tidak menyangka sekali digunakan bisa menghasilkan kekuatan yang sangat mengerikan.
Mahesa segera melompat dan berlari mencari keberadaan sang pangeran, kekuatan itu akan membunuh semua orang yang ada di istana bukan hanya musuh saja tapi seluruhnya dengan tubuh yang terasa bagai tertusuk ribuan jarum es.
“Pangeran Zein…” Pria itu segera mendekap tubuh kedua anak rajanya tersebut.
“Pangeran, kau tidak boleh sembarangan menggunakan kekuatan itu. Kau tidak ingin bukan seluruh manusia hidup di kerajaan Bintang tenggara menjadi butiran salju?” Mahesa memegang kedua bahu sang pangeran, matanya menatap lurus mata pangeran kecil tersebut, ini tidak masuk akal. Pangeran kecil juga sama sekali tidak menyadari adanya kekuatan tersembunyi dalam tubuhnya, mata polosnya memandangnya bingung.
“Paman, kau ini bicara apa? Aku tidak mengerti kekuatan apa yang kau maksudkan. Aku hanya menyuruh orang itu melepaskan adikku.” Zein begitu polos dan masih murni, perkataannya tidaklah berbohong, itu artinya kekuatan itu muncul sendiri sesuai dengan keadaan emosi pemiliknya tanpa bisa dikendalikan.
“Pangeran Zein, aku tahu kamu sedang panik dan sangat tidak suka bila putri cempaka disakiti, tapi pangeran, coba pangeran redakan marah pangeran. Seluruh yang ada di istana akan menjadi butiran debu.” Mahesa berusaha membuat pangeran kecil itu mengerti akibat dari kekuatan yang dikeluarkan dari ilmu guntur membelah bumi tersebut.
Zein kecil mencoba untuk menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan, ia mencoba meredakan emosinya. Suasana membeku perlahan mulai mencair yang tersisa hanya kesejukan, Mahesa pun akhirnya bisa bernapas dengan lega, setidaknya meski dirinya dan paraprajurit harus bertarung melawan penyusup itu tetapi warga kemungkinan masih bisa mencari tempat perlindungan dan kehangatan.
“Sekarang kalian sebaiknya mencari tempat yang aman terlebih dulu, aku akan mengurus mereka.” Mahesa membelai lembut kepala pangeran Zein dan putri cempaka.
“Baik, paman.” Zein segera membawa saudarinya tersebut menjauh dari medan pertempuran.
**
Nyaring bunyi dari dua senjata yang saling
benturan dua senjata, memiliki kekuatan hebat tidak dapat lagi terelakkan, pedang pelangi milik raja Ilyas dan tombak neraka milik Ka Le Nan menjadi pusat pertarungan dua pemimpin negara tersebut.
“Sebenarnya aku tidak tahu alasan di balik p*********n raja Ka Le Nan terhadap kerajaanku.” Ilyas berusaha menangkis setiap serangan raja Xioxing tersebut, ia akan membalas serangan ketika memiliki kesempatan.
Untuk kesekian kalinya terdengar suara benturan dua pusaka hebat, nyaring bunyi senjata tersebut memekikkan telinga.
Raja Ka Le Nan terdorong kebelakang ketika senjatanya lagi-lagi harus dibenturkan dengan pedang pelangi. Raja Xioxing tersebut bersusaha menyeimbangkan tubuhnya yang hampir tersungkur setelah mendapat serangan dari raja Bintang tenggara.
“Seharusnya hubungan baik dua kerajaan tetap terjaga, tetapi pendeta besar kerajaan Xioxing telah meramalkan kalau seseorang anak laki-laki dari kerajaan ini akan menghancurkan keksuaaanku. Dan itu adalah putramu, dia akan menjadi seorang kesatria hebat tanpa tanding.” Ka Le Nan mencoba untuk membingungkan raja Ilyas.
Raja Bintang tenggara menyerngit heran, kenapa hanya karena sebuah ramalan yang belum tentu benar, apakah pria itu ingin dirinya membunuh putra kesayangannya itu demi kejayaan Ka Le Nan.
“Kau sangat tidak masuk akal, Ka Le Nan. Aku tidak perduli seberapa baik hubungan kita, tapi kau sangat keterlaluan jika ingin mengorbankan putraku demi ramalan tidak masuk akal tersebut.” Ilyas tidak mungkin bisa menerima omong kosong tentang apa yang dikatakan raja Xioxing tersebut.
“b*****h! Kau meragukan pendaku besar Thai…” Ka Le Nan tidak terima dengan ucapan Ilyas, ia pun kembali melancarkan serangan pada raja Bintang tenggara tersebut.
**
Ratu Bilqis duduk gelisah dalam kamarnya, di luar pintu para penjaga sedang berjaga kemungkinan ada serangan terhadap dirinya, ia khawatir dengan ketiga anaknya, apakah mungkin mereka baik-baik saja atau tidak.
Terdengar suara hancurnya barang, pecah bahkan suara orang ditendang serta dipukul di luar kamar Bilqis
Permaisuri itu terkejut ketika mendengar suara kegaduhan di luar kamarnya, ia pun bangkit dari posisi duduknya lalu berjalan mendekati pintu, ketika dia hendah menyentuk daun pintu tiba-tiba saja pintu tersebut terbuka sendiri dan beberapa pria berjubah hitam dengan garis merah berdiri di hadapannya, sang permaisuri berjalan mundur beberapa langkah, matanya terus waspada menjaga kemungkinan orang-orang tersebut akan menyerangnya.
“Mau kemana kau permaisuri cantik?” salah satu pengawal Ka Le Nan berjalan mendekat dan semakin pada sang ratu.
Suara bergedubrak kembali terdengar dalam lorong istana Ratu.
“Jangan pernah kau sentuh Ratu Bilqis…!!!” seorang pria dengan selendang kuning bertengger di lehernya mengacungkan senjata pada pengawal tersebut.
Permaisuri Bilqis mengalihkan perhatiannya pada adik iparnya tersebut, ia sedikit merasa lega karena sang adik datang tepat waktu,”Pangeran Satria…!” teriak sang ratu.
Satria mengalihkan perhatiannya pada kakak iparnya tersebut, setelah itu ia kembali menatap musuh di depannya penuh waspada dan siap menyerang,”Tenang kakak ipar, aku tidak akan membiarkan mereka melukaimu. Kau adalah permaisuri dan ratu kerajaan ini, keselamatanmu jauh lebih utama dari pada kami semua.” Pria itu dengan tenang tapi tidak menurunkan kewaspadaannya.
“ Hahaha…pangeran Satria, sebaiknya kau jangan ikut campur! Kau bisa menjadi raja setelah kami mengalahkan kakakmu.” Pengawal tersebut memberikan janji palsu pada sang pangeran.
Satria tersenyum remeh,” Aku tidak sebodoh itu menjadikan pengkhianat seperti kalian sebagai teman setia. Kalau kalian dan raja kalian bisa menyerang kerajaan kami, bisa jadi setelah itu kalian juga akan mencincang diriku dan menjadikannya sebagai makanan anjing.”
“Jadi kau masih tidak mau berpihak pada kami, pangeran Satria?!” Pengawal tersebut menggeram penuh emosi.
“Kalian sudah sangat tahu jawabannya, aku akan selalu setia terhadap kakakku dan mengabdikan diri pada kerajaan ini.” Satria langsung menyerang pengawal kerajaan Xioxing tersebut, pertarungan sengit pun terjadi. Dentingan suara kedua senjata yang saling beradu.
menggema di sepanjang pertarungan antara Satria dengan para pengawal Xioxing.
Satria menangkis serangan pengawal itu, setelah itu ia membalas serangan hingga membuat sang pengawal terdesak. Tidak tanggung-tanggung pangeran itu mengeluarkan jurus apinya untuk membakar pengawal yang jumlahnya lebih dari 5 orang tersebut, kemudian dia segera membawa permaisuri Bilqis untuk melarikan diri dari kepungan musuh.
Sang ratu terkejut ketika melihat ratusan anak panah mengarah kepada mereka, ia pun memberi peringan kepada adik iparnya tersebut.
“Satria, awas…!!!”
Satria membalikkan tubuhnya, dengan sigap dan cekatan ia menghalau serangan panah tersebut.
“Ugh..”
“Satria…” Ratu Bilqis sangat sock melihat panah tersebut menancap dengan manis di d**a adik iparnya tersebut. Meski begitu sang adik masih sempat menghalau serangan dan membawanya menjauh dari tempat itu.
Mereka bersembunyi di sebuah ruangan kosong dekat paviliun ratu, permasuri itu sangat khawatir melihat darah begitu banyak dari luka panah adik iparnya tersebut,”Satria kau duduklah dulu, aku akan mengobati lukamu sebisaku.” Bilqis segera mencari kotak obat yang ada di ruangan tersebut lalu membawanya pada pangeran tersebut.
“Satria, apakah tidak apa-apa jika panah itu dicabut dari kulitmu? Bagaimana aku bisa membalut lukamu kalau masih ada panah di situ?” ratu Bilqis bingung tidak tahu caranya mengobati luka.
“Kakak ipar tidak perlu sepanik itu, bagi seorang kesatria, luka sepertin ini sudah sangat wajar. Tidak mungkin ketika menghadapi pertarungan tidak ada yang terluka, aku bisa mengobati luka ini sendiri. Yang terpenting kakak ipar harus mencari tempat yang aman untuk bersembunyi, kerajaan ini sedang terdesak sekarang. Kekuatan musuh jauh lebih kuat, dari kekuatan kita.” Satria mencoba menghibur permaisuri tersebut disela rasa sakitnya. Ia berharap apapun yang terjadi, semua anggota kerajaan tetap selamat.