Tatapan mataku tidak pernah aku lepaskan dari jendela besar itu. Aku sudah bertekad akan menunggu Rara dan menghiburnya. Aku adalah Listy yang baru, yang telah melakukan instropeksi atas semua sifat burukku.
Semoga Rara segera keluar dari kamar Abangnya, dan saat kembali ke kamarnya, Rara tidak berjalan melalui taman, semoga Rara berjalan memutar melalui koridor dan melewati kamarku jadi aku bisa memanggilnya.
Satu jam telah berlalu, Rara belum juga lewat. Mataku sudah mulai terasa berat. Aku harus bertahan. Supaya tidak tertidur , aku berjalan menuju jendela dan bertekad berdiri di depannya saja sampai aku bisa melihat Rara yang sampai sekarang belum keluar juga dari ruanganya abangnya. Setengah jam berlalu lagi. Kakiku benar-benar uda pegal, tapi aku bertekad tidak akan menyerah. Aku tahu Rara pasti masih ada di ruangan abangnya. Dari tadi mataku tak pernah lepas dari pintu yang tertutup itu. Belum ada siapapun yang masuk atau keluar dari ruangan itu.Mereka berdua pasti habis-habisan dimarahi dan diomeli oleh si muka dingin itu. Abang Rara memang mengerikan.
Sekarang pintu besar itu terbuka. Rara keluar dari ruangan itu dengan wajah tertunduk. Dia berjalan dengan langkah yang berat. Bagus ,dia berjalan menuju ke arah kamarku. Aku bersiap-siap memanggilnya. Sebentar lagi dia akan melewati jendelaku.
“ Rara..” Ia tampak terkejut melihatku berdiri di depan jendala.
“Don’t be sad”Kataku.
Mata Rara tampak berkaca-kaca.
“What happened? Share with me Please” Kataku lagi.
Rara menganggukkan kepalanya, lalu berjalan menuju pintu kamarku. Aku sedikit berlari ke arah pintuku. Aku mendengar kunci pintu diputar lalu pintuku terbuka dan aku sudah siap menunggunya di depan pintu dengan dua tangan terbuka lebar. Rara menutup pintu kembali lalu ia menghambur ke dalam pelukanku. Aku memeluknya erat dan membiarkannya menangis di bahuku. Membiarkan dia melepaskan semua laranya. Tidak ada kata-kata yang terucap. Aku tahu hanya dengan membiarkannya menangis, ia akan kembali tenang. Baru kali ini kau melihat Rara tidak bisa mengendalikan dirinya. Biasanya dia tenang tanpa riak.
Beberapa saat kemudian baru Rara tampak tenang kembali. Aku menuntunnya ke meja kecil di tengah ruangan dan kami duduk di sana. Menuangginya secangkir teh melati dan juga secangkir untukku. Persetan aku tidak bisa tidur karena secangkir teh ini. Dulu saat di Jakarta, aku tidak pernah mau minum teh setelah lewat jam tujuh malam. Kalau aku minum teh kemalaman, pasti nantinya aku bakalan tidak bisa tidur. Tapi demi Rara sahabatku, hari ini aku rela bergadang. Toh besoknya sepanjang hari aku bisa memuaskan tidurku. Aku menatapnya dengan pandangan penuh haru. Rara tampak berantakan, dia tampak sangat sedih
“ Rara” Aku memanggilnya lirih.
Dia menatapku lalu tersenyum. Senyumnya masih menawan .
“ Thanks” Katanya singkat ketika menerima cangkir tehnya. Lalu Rara menghela nafas dan mulai bercerita.
“ Aku bodoh ya?Aku tidak bisa menahan diri. Aku melihatnya berdiri di gazebo. Lalu aku tidak tahan lagi. Aku begitu rindu padanya. Sudah begitu lama tidak berada di dekatnya. Aku keluar dari kamar dan berlari ke pelukannya. Aku seakan lupa dengan segalanya, lupa siapa diriku dan siapa dirinya. Yang ada dalam pikiranku hanya bisa melepas rinduku padanya . Aku dan dia seakan lupa kalau kami tidak hanya berdua. Aku dan dia seakan lupa kedudukan kami. Sampai kami tersadar ketika abangku menjeritiku dan selanjutnya kamu tentu sudah lihat semua yang terjadi.
Aku mengangguk “ Lalu kamu dimarahi abangmu?” Sekarang gentian Rara yang mengangguk.
“ Apakah abangmu tahu kalian saling mencintai?”
Rara mengangguk lagi.
“Kalau gitu tidak ada salahnya, kalian melepas rindu, namanya juga lagi pacaran. Apakah abangmu tidak menyetujui kalian pacaran, karena pacarmu itu pengawalnya?”
Sekarang Rara menggeleng lalu ia menghela nafas panjang, matanya tampak berkaca-kaca. Suaranya yang tetap tenang mulai bercerita.
“ Abangku tahu dan sangat menyetujui hubungan kami. Dia adalah ajudan dan pengawal pribadi abangku. Kami menjalin cinta sejak dua tahun yang lalu. Abangku sangat menyetujui hubungan kami. Abangku itu tidak pernah membeda-bedakan status . Pada hari terjadinya pemberontakan yang lalu , sebenarnya itu adalah hari pertunangan kami. Dari pagi aku sudah bersiap-siap. Semua sudah siap menunggu kedatangan keluarganya. Lalu tiba-tiba , abangku dipanggil oleh perdana mentri karena keadaan gawat di bandara. Acara belum mulai dan mereka berdua langsung berangkat ke bandara untuk menenangkan massa. Aku duduk gelisah di sini menunggu dengan ketakutan dan sibuk berdoa agar dua orang yang paling aku sayangi , bisa kembali dengan selamat. Tapi keadaan semakin parah. Pemberontak tidak dapat ditenangkan. Merekamembakar bandara,kami semua di rumah sangat cemas menanti mereka.Dan akhirnya kamu sudah tahu kejadian selanjutnya. Sampai kamu bisa ada di sini ya karena pemberontakan itu. Acara pertunanganku juga terpaksa dibatalkan. Aku kecewa pastinya, tapi aku mencoba untuk menerima.Pasti keadaan akan kembali membaik, tapi ini sudah satu bulan berlalu dan keadaan juga tidak membaik, jadi tadi aku tidak bisa lagi menahan diri untuk melepas rinduku padanya. Abangku marah kepada kami, karena tidak tahu tempat. Seharusnya aku lebih bisa menjaga diri untuk tidak berciuman di tempat terbuka seperti itu, di mana semua pelayan bisa melihat kami. Mengapa tidak bisa menahan godaan. Aku harusnya tahu statusku sebagai gadis terhormat dan dari keluarga bangsawan”.
“Ah.. Abangmu kek nggak pernah muda aja!” Kataku memotong perkataannya.
“ Pasti dia orang egois,yang sok sibuk dan sangat mementingkan pekerjaannya. Aku heran, apa sih sebenarnya kedudukan abangmu itu sampai dia mengorbankan hari bahagia adiknya?Biarin aja pemberontakan itu terjadi. Toh uda terjadi, bandara juga uda dibakar. Bisa apa lagi dia? Emang dia superman? Ok, kalau pas hari pemberontakan, aku mengerti acara itu harus tertunda, tapi besoknya kan bisa dilanjutkan kembai. Pemberontaknya juga tidak akan datang ke rumah ini ? Iya nggak?” Kataku mulai lagi dengan nada yang sangat bossy . Aku tersadar ketika Rara membelakkan matanya.
“ Sorry”. Kataku sedikit menyesal. Aku sadar aku tadi terlalu berlebihan dalam menjelek-jelekan abangnya bagaimanapun dia adalah abang yang sangat di sayangi Rara.
Rara menggelengkan kepalanya tanda dia tak setuju dengan pendapatku tentang abangnya, lalu Rara berkata
“ Tanggung jawab pekerjaan abangku sangat berat. Dia itu sangat berdedikasi dan mencintai negara kami. Abangku seperti almarhum papaku, yang sangat mencintai dan mau mengorbankan semuanya demi negara kami. Kecintaan mereka pada negara kami dan pekerjaan mereka adalah prioritas yang paling mereka utamakan”.
“ Emangnya abangmu itu perdana mentri atau raja?” Kataku sambil berdiri mengebrak meja. Aku sudah emosi tingkat tinggi, mengapa ada orang yang lebih memprioritaskan pekerjaannya untuk membela negara daripada kepentingan keluarganya?
Rara tampak terkejut. Aku juga terkejut dengan reaksiku. Memang sangat susah belajar menjadi orang yang bisa mengendalikan emosi. Tidak mungkin , aku dalam waktu satu bulan bisa merubah sifat yang sudah mengikuti aku seumur hidupku ini. Mata Rara tampak makin membesar. Dia menghela nafas panjang lalu berkata.
“ Baiklah, kamu mungkin harus tahu pekerjaan dan tanggung jawab abangku agar kamu tidak selalu menyalahkan abangku. Pasti dalam pikiranmu, dia sangat mementingkan pekerjaannya daripada aku, sok berkuasa, sok penting dan segala anggapan negative yang selama ini memenuhi otakmu. Aku tidak menyalahkanmu sepenuhnya, karena kamu dalam posisi tidak tahu betapa besar tanggung jawab abangku” Rara terdiam cukup lama. Aku bersiap-siap mendengar suara Rara. Aku ingin tahu sebesar apa tanggung jawab abangnya itu.
Suara Rara terdengar tegas sekarang dan ada nada bangga dalam suara lembutnya
“Abangku adalah Mentri pertahanan di negara ini. Dia adalah panglima tertinggi. Keamanan di negara ini adalah tanggung jawabnya. Jadi mana mungkin dia meninggalkan tugas keamanan negara kami yang sangat dia cintai ini hanya untuk pulang dan merayakan pertunangan adiknya, di tengah pemberontakan yang sudah menghancurkan bandara kami. Prioritas utamanya adalah keaamanan negara ini dengan semua penduduknya”.
Aku terdiam bengong. Jadi benar kedudukan abang Rara itu sangat tinggi di negara ini. Seorang Mentri Pertahanan. Tidak pernah terbersit dalam benakku kalau dia adalah seorang mentri, aku pikir dia hanya kepala imigrasi. Pantas dia tampak sangat berwibawa, pantas aku tidak bisa menentang pandangan matanya . Ternyata dia adalah seorang mentri pertahanan. Berarti aku berada di tangan yang tepat. Berarti abang Rara bisa membantuku untuk kembali ke negaraku. Aku tertunduk dalam-dalam sudah underestimated tentang jabatan Abang Rara. Ini juga salah satu sifat burukku yang harus aku rubah, selalu menganggap rendah orang.
“ Sekarang aku harap kamu mengerti. Aku tahu kamu turut bersedih karena aku dimarahi abangku, tapi kamu tidak boleh menyalahkan abangku. Dia lebih banyak berkorban dibandingkan aku, penderitannya paling berat . Tanggung jawabnya bukan hanya untukku tapi juga untuk seluruh negara ini. Jadi jangan menggangapnya orang yang sok sibuk, sok berkuasa dan sok penting karena dia memang penting dan berkuasa untuk segala masalah keamanan di negara kami ini”. Rara berdiri dan bersiap untuk pergi. Aku menahan langkahnya dengan mengenggam tanganya lalu berkata.
“ Maafkan aku Rara. Aku tadi kesal sekali. Aku janji akan belajar untuk lebih bisa mengontrol emosiku. Terimaasih sudah menjawab salah satu pertanyaan peting yang selama ini ada di benakku. Sekarang aku tahu, bahwa aku ada di tangan orang yang benar -benar berwenang, bukan di tangan orang jahat. Orang yang bisa mengusahakan agar aku bisa kembali ke negaraku. Sekarang aku tahu bahwa ternyata begitu banyak penderitaan yang terjadi akibat dari pemberontakan itu. Selama ini aku beranggapan hanya aku yang paling menderita terjebak di sini tapi ternyata kamu juga begitu menderita. Aku selalu menyalahkan keadaan, menyalahkan semua orang, menyalahkan sikap abangmu. Tapi tidak pernah mau mengerti bahwa dia juga menderita. Aku benar-benar minta maaf”. Kataku dengan sungguh-sungguh.
Rara menggangukan kepalanya tanda mengerti dan menatapku dengan penuh kasih sayang dengan mata teduhnya.
“ I Know , I Know..”Katanya sambil menepuk-nepuk punggu tanganku.
“ Terimakasih untuk bahumu”Sambungnya sambil melemparkan senyumnya yang paling manis. Aku berdiri dan memeluknya erat. Kami saling menepuk-nepuk bahu. Malam sudah semakin larut dan kami berdua lebih saling mengerti dan menyayangi .
Sahabat yang baik selalu ada untukmu dalam suka dan duka
Selalu bisa mengurai setiap kesedihanmu dan selalu bisa membuatmu mengerti
Segala derita dan nestapa akan hilang bila engkau sudah memahami arti dari persahabatan sejati