17. Suka Bener

1027 Words
"Cobain-cobain, sembarang kamu, Neng. Jangan ngaco! Ini punya orang kan? Balikin! Ayo Mamah anterin buat balikin sekarang." Ucap Yuni setengah khawatir dengan perhiasan yang berada di dalam tas putrinya. Yuni menatap Rama, Bella dan Doni dengan tatapan penuh penyesalan telah membuat onar karena sikap putrinya. "Pak Doni, Pak Rama, Mbak Bella, Neng Naya, si kembar, maaf ya kalau malem ini keluarga kami bikin heboh. Ini anak ibu bikin onar." Ucap Yuni mengabsen satu persatu anggota keluarga Rama dan Doni. Si kembar yang belum begitu mengerti hanya menganggukkan kepala mereka. Rama hanya menggeleng lemah melihat reaksi Risma yang masih cengengesan ketika kedua orangtuanya panik. Doni yang gemas langsung menoel lengan Naya untuk memberi kode, namun Naya hanya mengedikkan bahu enggan ikut campur rencana usil Risma. "Kasian Yang, Bu Yuni sama Pak Diki udah panik itu." Bisik Doni yang diangguki oleh Naya, namun Naya bisa apa karena itu diluar kendalinya. "Kita tunggu aja ya Om, aku takut ngerusak rencana Risma. Tadi aja udah bikin riweuh." Jawab Naya lirih menatap Doni dengan penuh cinta, Doni sudah kesenangan ketika ditatap demikian. Seketika tatapan tajam Naya kembali muncul saat mengingat kejadian membuka pintu mobil. "Sayang kok gitu lagi?" Tanya Doni sendu setelah melihat perubahan air wajah Naya. "Tau ah, aku sebel. Sana jangan deket-deket!" Naya sudah menggeser duduknya setelah mengatakan hal tersebut. Rama dan Bella yang melihat gerak-gerik Naya dan Doni ikut pusing. Tepat di samping mereka, Yuni, Diki dan Risma sedang mempermasalahkan tentang perhiasan. Sedangkan di depan mereka, Naya dan Doni entah sedang mempermasalahkan apa. "Ada apa?" Tanya Rama tanpa suara ketika tatapannya bersirobok dengan Doni. "Gak apa-apa." Jawab Doni santai dan terus memepet duduk Naya yang terus saja mencoba memberi jarak. "Sayang...." Rengek Doni ketika Naya masih belum luluh. "Diem Om, itu kayaknya Risma mau ngasih tau kadonya." Tegur Naya ketika Doni terus saja merengek. "Neng ayo minta maaf dulu, abis itu Mamah anterin ke yang punya perhiasan ini." Risma masih diam saja enggan mengikuti permintaan ibunya. Risma yakin semua keluarga Naya sudah mengetahui rencananya. "Pah nanti kamu naik g*jek aja ya. Mamah mau nganterin Risma." Yuni mengalihkan pandangannya pada sang suami. Diki mengangguk setuju karena tak ingin mengambil risiko terlalu jauh masalah perhiasan orang lain di dalam tas putrinya. "Ayo Neng, abis minta maaf kita pamitan." Tegur Diki ketika putrinya masih saja diam tak meminta maaf sesuai keinginannya dan istrinya. "Gak mau Mah, Pah. Orang yang bikin heboh Mamah sama Papah kok. Risma mah diem aja dari tadi perasaan." Yuni melotot horor mendengar ucapan Risma. "Gak apa-apa Bu Yuni, Pak Diki. Santai aja sama keluarga kami, namanya juga anak-anak." Rama mencoba menengahi agar perdebatan mereka tak berkelanjutan. "Lama-lama bikin emosi Mamah naik kamu ya. Ayo minta maaf dulu Neng." Ucap Yuni setengah menggeram karena kesal. "Apa sih Mah? Orang Om Rama sama Om Doni gak masalah juga. Mbak Bella sama Naya kan bestie-nya aku. Mereka santuy perasaan. Mamah aja sama Papah yang heboh." Risma mengedipkan sebelah matanya pada Naya yang terkekeh pelan melihat aksinya. "Gak apa-apa Tante. Tenang aja, udah biasa Ris-eh Kak Risma begini." Ucap Naya sambil meralat panggilannya pada Risma ketika melihat disekitarnya ada si kembar. "Om deal kan?" Tanya Risma yang mendapat anggukan mantap dari Doni. Lalu Risma beralih menatap Yuni dan Diki bergantian, "Mah, Pah, itu semua buat Mamah. Jangan dibalikin ke orangnya. Orangnya gak akan mau nerima barang itu lagi. Jadi itu semua buat Mamah, kado dari aku sama orang yang punyanya." Yuni bukannya senang malah dibuat bingung oleh ucapan Risma. Beliau menatap heran Risma dan kini menoleh ke arah suaminya yang juga nampak kebingungan. "Maksudnya apa Neng?" Tanya Diki ketika istrinya tak melayangkan pertanyaan. "Itu buat Mamah, Pah." Jawab Risma singkat. "Iya Papah tau itu buat Mamah, tapi kamu dapat uang dari mana buat beli itu semua?" Risma melirik Doni yang terlihat sangat santai mendengar pertanyaan Diki. Dia menghela napas dalam sebelum menjawab pertanyaan ayahnya. "Itu uang Risma, Pah. Uang dari Om Doni." Ungkap jujur Risma yang membuat Yuni dan Diki mengalihkan pandang pada Doni. Doni mengembangkan senyumnya sambil mengangguk membenarkan. "Itu halal kok Mah, Pah. Itu hasil keringat Risma, terus dapet tambahan dari Om Doni." Ucap Risma berbangga diri karena bisa memberikan hadiah spesial pada ibunya. "Hasil keringat? Emang kamu kerja apa sama Pak Doni, kok sampek dapet perhiasan mahal begini?" Tanya Yuni penuh intimidasi. Risma menatap Doni seolah memberi kode untuk membantunya menjawab pertanyaan ibunya. "Bu Yuni, itu memang benar hasil keringat Risma. Risma memang ada pekerjaan dengan saya. Pekerjaan yang tidak memberatkannya ketika kuliah dan bisa dipastikan tidak ada unsur negatif. Jadi Bu Yuni dan Pak Diki tidak perlu khawatir." Jelas Doni yang membuat bahu Yuni dan Diki meluruh lega mendengarnya. "Tapi maaf pekerjaan apa Pak Doni yang bisa menghasilkan segini banyaknya uang? Maaf saya hanya ingin memperjelasnya agar tidak ada kesalahpahaman untuk kedepannya." Tanya Diki yang mau tidak mau harus dijawab jujur oleh Doni, agar tidak menimbulkan fitnah dan pikiran buruk dari keluarga Risma. "Risma menjaga Naya ketika di kampus Pak, Bu. Saya yang memintanya, dan ada beberapa informasi yang memang saya butuhkan dari Risma. Jadi itu pekerjaan Risma untuk saya." Rama dan Bella saling memaku pandangan. Pikiran mereka terkoneksi dan menjurus pada hubungan Naya dan Doni yang makin hari makin dekat. Bella menggenggam erat tangan Rama ketika Rama akan membuka suara. Menurut Bella ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakan hal tersebut. Lain halnya dengan Yuni dan Diki yang kini menatap tak percaya ke arah Doni yang memberikan sesuatu yang menurut mereka cukup mahal. "Mamah seneng?" Tanya Risma memecah keheningan. "Seneng Neng, tapi Mamah masih gak percaya. Ini beneran buat Mamah?" Tanya Yuni yang langsung menghambur memeluk Risma. "Iya itu buat Mamah, itu dari aku sama Om Doni. Ada andil Naya juga Mah, mereka baik kan Mah." Ucap Risma lirih dan meneteskan air mata karena mendengar isakan Yuni. "Jangan nangis Mah, Risma gak mau Mamah nangis hiks.... Hiks..." Risma menepuk pelan punggung bergetar ibunya. "Mamah seneng Neng, Mamah bahagia. Makasih ya Neng, bukan karena semata-mata perhiasannya. Tapi karena hiks..." Yuni tidak bisa meneruskan ucapannya karena terhalang isakan. "Karena apa? Mamah seneng kan dapet kalung sama gelang mahal." Tembak Risma yang membuat semua orang terbahak. Yuni juga ikut terbahak disela isakannya. "Kamu suka bener." Ucap Yuni menimpali banyolan putrinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD