Laura bersiap-siap untuk melakukan aspirasi (pengambilan ) sum-sum tulang belakang kepada Bima guna pengecekan lebih lanjut tentang penyakit kelainan darah yang diderita Bima. Bima telah siap membalikkan badannya ke samping.
“ Siap ya, Pak Bima. Saya akan membersihkan kulit tempat asprisasi yang kemarin telah saya periksa. Prosesnya akan saya mulai dengan bius local, agar tidak merasa kesakitan saat saya mengambil sum-sum tersebut.” Kata Laura mulai menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasiennya. Itu sudah merupakan standar yang harus seorang dokter di Rumah Sakit Odense ucapkan saat memberikan tindakan ke pasien sebelum mulai suatu pengobatan, agar pasien paham yang akan dilakukan dokter pada tubuhnya. Karena tubuh pasien adalah merupakan hak miliknya sepenuhnya, bila seorang pasien, tidak nyaman dengan apa yang dijelaskan dokter, pasien tersebut berhak menolaknya atau meminta penjelasan lebih lanjut. Seperti Bima yang langsung bertanya.
“Apakah ada efek sampingnya dok, setelah pengambilan sumsum tulang belakang saya?”
“ Beberapa pasien bisa mual, pusing dan merasa nyeri di tempat saya menusukkan jarumnya. Seperti saat kita di vaksin, pasti timbul sedikit nyeri. Ada juga pasien yang demam, itu semua tergantung tubuh masing-masing. Tapi anda jangan khawatir, setelah pengambilan sumsum ini, Anda akan saya awasi selama dua puluh empat jam untuk melihat apa efek samping yang terjadi.” Kata
Laura sambil menepuk-nepuk bahu Bima untuk menenangkannya.
Bima yang tidurnya membelakangi Laura tampak menganggukkan kepalanya dan berkata dengan tegas.
“ Baik dok, saya siap untuk dilakukan pengambilan sumsum ku.”
Laurapun segera melakukan tugasnya, mengusap anestesi ke bagian panggul Bima dan setelah beberapa saat menusukkan jarum ke dalam kulit hingga menembus tulang untuk mengambil isi sumsum tulang belakang. Bima tampak tenang. Dia pasti merasakan sedikit kenyamanan ketika jarum ditekan meskipun area itu sudah diberi bius local.
Selesai mengambil sampel, Laura menutup kulit dengan perban steril dan luka itu harus tetap kering selama empat puluh delapan jam.
“ Sudah selesai Pak Bima. Tapi jangan balik dulu badan anda. Tetaplah tidur miring seperti ini, biar area yang saya suntik tidak ketekan. Suster tolong bawa sample ini segera ke lab. Pak Bima biar saya yang awasi. Tolong laborannya (analisis kesehatan yang bekerja di laboratorium) bisa menghubungi saya setelah sample ini diperiksa. Saya ingin melihat sendiri specimen sum sumnya.” Kata Laura kepada seorang suster yang membantu Laura selama pengambilan sumsum tulang.
“ Baik Dok.” Kata perawat patuh dan langsung meninggalkan ruangan perawatan itu.
Laura berjalan ke posisi depan Bima dan menarik kursi untuk duduk di depan Bima yang tampak memejamkan matanya.
“ Mualkah Bim?” Tanya Laura kembali memanggil Bima dengan Bim lagi, tidak dengan Pak Bima, seperti tadi.
“Nggak kok.”Jawab Bima singkat.
“Pusingkah?” Tanya Laura lagi
“ Sampai sekarang belum ada pengaruh apa-apa kok. Aku tetap semangat, tetap bahagia dan hatiku senang sekali. Efek ciuman kita tadi lebih dahsyat dari anestesi yang kamu berikan .” Kata Bima sambil tertawa.
“ Aduh!!! Bima, please jangan bahas lagi tentang ciuman tadi. Itu kecelakan. Accidental kiss.Jadi jangan dibahas lagi.” Kata Laura
Bima tampak cemberut dan mengerutkan dahinya.
“ Gimana ciuman yang begitu dalam itu, bisa kamu anggap kecelakaan? Jangan bohongi dirimu sendiri, Ra. Itu bukan sifatmu! Kamu biasanya orang yang jujur dan terbuka tentang semua perasaanmu. Mengapa kamu bisa mengatakan ciuman kita tadi kecelakaan? Aku tersinggung loh.” Kata Bima kesal.
Laura menghela nafas. Dia mengerti mengapa Bima bisa tersinggung. Bima yang menciumku tadi pasti bisa merasakan,kalau ciuman yang aku berikan bukan sekedar kecelakaan. Mengapa aku jadi pengecut sekali dan membohongi diriku sendiri?
“ Ciuman kita tadi bukan kecelakaan Ra. Please jangan bilang seperti itu. Hatiku sakit, kalau kamu menganggap ciuman itu kecelakaan.” Kata Bima.
Laura menarik nafas panjang. Sekali lagi aku jatuh dalam cinta Bima yang begitu dalam. Sekali lagi aku tak kuasa menolak pesona Bima yang memporak porandakan hatiku. Mengapa kalau bertemu Bima, pertahananku selalu runtuh? Dulu aku runtuh saat diajaknya untuk pacaran padahal sebelumnya bertekad untuk tidak pacaran dan jatuh cinta sampai lulus menjadi sarjana kedokteran dan sekarang harus runtuh lagi saat dia memintaku kembali padanya, di saat dia belum resmi bercerai.
Orang-orang luar, tidak akan tahu kalau hubungannya dengan istrinya itu hanya pernikahan demi kekuasaan, harta dan nama baik. Pernikahan yang hanya demi selembar kertas nikah. Tidak ada yang tahu kalau mereka tidak pernah tidur bersama dan tidak ada yang tahu kalau Bima selama ini tetap mencintai diriku dan semua yang dilakukannya saat ini sampai mencapai kesuksesan di usia sebelum mencapai kepala lima adalah demi untuk menemukan aku. Siapa yang tahu, semua itu? Orang-orang pasti akan menganggapku sebagai perusak rumah tangga orang. Orang-orang pasti akan menganggap aku wanita jahat yang masuk dalam kehidupan mereka dan menyebabkan suami istri yang sangat terpandang itu berpisah dan mereka pasti akan menganggap perpisahan itu terjadi karena aku. Sanggupkah aku menjadi wanita yang seperti itu??
Tapi kalau dipikir-pikir, mengapa aku harus takut? Persetan dengan semua anggapan orang lain itu. Persetan tentang mamanya Bima yang super drama queen. Toh aku dan Bima sudah dewasa dan kalau sekarang mamanya berani menghinaku lagi, aku sudah cukup yakin untuk membalasnya dan mengangkat kepalaku tegak di depannya meskipun terlahir tanpa ayah. Baiklah aku akan mengikuti perasaanku saja. Seperti yang tadi aku katakan kepada Bima di depan Ratna. Dia tetap mengurus perceraiannya dan aku akan merawatnya sambil menunggu donor sumsum yang sesuai untuknya. Biarkanlah hubungan kami ini mengalir apa adanya. Kalau perasaan kami tetap seperti ini, saat Bima resmi bercerai, baru akan aku pikirkan lagi apa yang harus kami lakukan. Tidak bisa aku memikirkan terlalu panjang, karena hidup ini sungguh tidak bisa ditebak. Mungkin ini juga sudah takdir kami untuk bertemu kembali setelah dua puluh tiga tahun terpisah. Mungkin sudah saatnya bagi aku dan Bima untuk kembali bersama.
Laura melihat ke arah Bima dan tersenyum manis kepadanya. Laura telah membulatkan tekadnya untuk mendampingi Bima tapi dia harus memastikan beberapa hal dulu dan akan bertanya kepada Bima, tentang bagaimana rencananya untuk menghadapi pandangan orang-orang kepada dirinya kalau dia bercerai di saat dia sedang bertarung di pemilihan walikota . Bima masih tetap cemberut dan menatap Laura dengan sinar mata tajamnya karena kesal dengan Laura yang mengatakan ciuman mereka tadi adalah kecelakaan. Padahal Bima sampai meneteskan air mata saat mengecup bibir Laura yang masih tetap sama, terasa manis dan dingin seperti dulu. Ciuman yang telah diidam-idamkannya selama puluhan tahun. Sampai hati dibilang ciuman kecelakaan oleh Laura.
“ Bim..Bima..Jangan marah dong.” Kata Laura sambil menyunggingkan senyum termanisnya.
“ Gimana nggak marah?” Kata Bima tetap cemberut.
“ Iya. Maafkan aku. Aku masih binggung bagaimana harus bersikap di depanmu. Karena aku takut dibilang merusak karirmu, menyebabkan perceraianmu dan dianggap menjadi wanita tukang goda suami orang.
Aku takut meledak marah saat menghadapi mamamu. Aku tidak ingin hidupku yang tenang di Denmark berganti dengan kehidupan ala drama The Good Wife kalau aku bersamamu. Aku tidak bisa hidup seperti itu. Aku sudah terbiasa hidup damai di sana.” Kata Laura pelan.
“Kalau kamu tetap tidak mau hidup ala drama seperti katamu, meskipun hidup bersamaku? Kalau kamu tidak bersedia untuk hidup mendampingiku di sini. Setelah pengobatanku selesai, aku yang akan ikut kamu pindah ke Denmark.” Kata Bima dengan yakin.
“Nggak bisa seperti itu dong Bim. Sekarang kamu itu bertanggung jawab bukan hanya untuk dirimu sendiri ataupun keluargamu. Tanggung jawabmu kepada semua orang yang mengharapkan kamu terpilih menjadi walikota untuk memajukan kota Medan. Kamu ini calon pemimpin, bagaimana mungkin bisa seenaknya kamu pindah mengikutiku ke Denmark. Mana ada pimpinan yang bucin seperti kamu?’ Kata Laura sambil cemberut.
“ Jadi apa pilihanku? Kalau satu-satunya cara untuk mendapatkan cintamu adalah mengikutimu ke Denmark karena kamu tidak mau hidup penuh drama. Jadi aku akan melepaskan semuanya dan hanya mengikuti kamu. Karena kamu itu kebahagiaanku yang telah aku nantikan selama puluhan tahun.” Kata Bima dengan mata mengerjap-ngerjap. Dia yakin, Laura pasti tidak akan membiarkannya mundur dari pemilihan walikota itu, karena Laura juga ingin melihat Bima sukses.
Laura duduk tegak sekarang dan memandang ke arah Bima.
“ Aku mau tanya Bim dan ungkapkan semua rencanamu ke depannya kalau kamu akan bercerai dan ingin aku kembali kepadamu. Apa yang akan kamu katakan kepada ayahmu? Dan bagaimana kamu mempertahankan image baikmu di depan para pemilihmu? Kamu tidak takut, nama baikmu tercemar, bercerai saat sudah mendekati pemilihan? Dan apakah kamu tidak takut kalau kamu tidak bisa menang, sedangkan sudah begitu banyak uang yang kamu habiskan untuk bisa menjadi kandidat walikota.” Tanya Laura kepada Bima.
Bima mulai tersenyum. Berarti Laura sudah mulai luruh. Saat ini,dia pasti sedang mengkalkulasi segalanya karena dia takut terluka dan dia juga tidak ingin Bima terluka karena mencintainya. Dia pasti ingin mengambil keputusan terbaik untuk dirinya dan untuk Bima.
“ Kamu jangan khawatir, Ra. Semua rencana sudah aku susun di otakku ini. Aku bukan orang yang gegabah. Setelah aku yakin dengan semuanya, baru tadi pagi aku bilang ke Ratna, kalau aku ingin bercerai. Lalu aku menceritakan semua kejadiaan yang terjadi dulu, kepadamu agar kamu bersedia untuk kembali ke pelukanku. Saat papaku balik ke sini lagi lusa dan membawa semua keluarga untuk test DNA,baru aku akan ungkapkan semua kepadanya. Aku tidak peduli kalau dia tidak mengijinkanku untuk bercerai. Aku sekarang sudah sanggup menghadapi dia. Papaku sudah tidak lagi memiliki kekuasaan. Dia hanya post power syndrome yang masih merasa punya konstituen dan kekuasaaan. Padahal sejak pensiun setahun lalu, kerjanya hanya ngopi saja dengan papanya Ratna dan membicarakan masa lalu tentang bagaimana berkuasanya mereka. Untuk mamaku,kamu juga tidak usah khawatir. Aku akan mengatakan kepadanya ,kalau aku tahu semua keculasannya dulu. Dan dia juga tidak akan berani lagi melarangku , kalau dia berani menghinamu lagi. Aku akan memutuskan hubungan dengan mamaku dan semua pengeluarannya yang beratus juta perbulan itu , aku akan stop, biar dia merasakan hidup seadanya. Untuk mantan mertuaku, juga kamu tidak usah khawatir. Kalau dia macam-macam dan melarangku bercerai, aku akan menuntutnya ke pengadilan karena dulu membohongi aku dengan menyuruhku menikahi anaknya yang telah hamil. Dia pasti akan takut dan tak ingin nama baiknya tercemar. Meskipun, aku saat ini menceraikan Ratna, tapi tetap berjanji akan menganggap Abirama sebagai anak kandungku.” Kata Bima dengan rencana-rencananya.
Laura memandang Bima dengan takjub, berarti saat Laura pulang ke villanya kemarin malam, Bima memikirkan semua rencana itu dan hari ini dia langsung action untuk mewujudkan satu persatu rencananya.
“ Bim, aku hanya bisa membantu menyembuhkanmu. Aku akan mendampingimu menjadi doktermu, sampai kamu sembuh dan aku tetap akan di sini untuk menunggu donor sumsum yang sesuai untuk transplantasimu . Tapi untuk hubungan kita, tolong jangan kamu umbar ke semua orang dulu. Bisakah? Jangan beri aku tatapan penuh cinta seperti ini kalau di depan banyak orang. Dan jangan bilang ke siapa-siapa kalau kamu bercerai karena ingin bersamaku. Tunggu sampai masalah perceraianmu selesai, baru kamu boleh ungkapkan tentang hubungan kita Jadi kamu sekarang hanya perlu bilang, kalau kamu bercerai karena ingin hidup bahagia dan tidak ingin lagi terbelenggu dalam perkawinan tanpa cinta.” Kata Laura.
“ Jadi kalau tidak ada orang seperti sekarang, baru aku boleh memberimu tatapan penuh cinta? Baru aku boleh minta cium dan baru aku boleh memelukmu? Kita kembali lagi dong pacaran seperti dulu saat kuliah yang hanya boleh pacaran di kampus, ciuman di perpustakaan dan memelukmu saat menemanimu jaga malam di rumah sakit.’ Kata Bima sambil mengerlingkan matanya jenaka.
“ Bima. Jangan bercanda! Pokoknya aku mau seperti itu dulu. Aku binggung menghadapimu. Aku binggung harus bagaimana. Jadi supaya tidak banyak drama, kita lakukan dulu seperti itu. Jadi kamu tetap bisa mengikuti pemilihan walikotamu.”
“ Jadi selama aku menunggu donor yang cocok bagiku, saat kampanye, kamu tetap akan mendampingiku, supaya kalau aku collapse, bisa kamu tangani segera. Kamu tidak akan balik ke Denmark sampai aku berhasil menemukan donor sumsum, dan kamu bersedia menjadi pacarku dengan syarat kita backstreet lagi dan aku baru boleh mengenalkanmu ke public setelah aku resmi bercerai?”Kata Bima merangkum semua syarat yang Laura ajukan.
Laura menganggukkan kepalanya mantap, karena baginya, ini keputusan terbaik bagi semua dan dia lagi tidak ingin menghabiskan tenaganya untuk menghadapi orang-orang terutama mama Bima. Untung mama Bima tidak melihat wajahnya dulu saat ke rumahnya. Tapi darimana mama Bima tahu rumah Laura ya? Apakah mungkin dia mengikuti mobil Bima, saat kami keluar dari Hotel Indonesia? Ah nggak usahlah aku peduli lagi dengan kisah masa lalu itu. Semuanya sudah terjadi dan aku tidak bisa membalikkan waktu. Lebih baik, sekarang konsentrasi untuk hubungan kami kedepannya saja.
“ Aku uda boleh balik belum?” Tanya Bima.
“ Pusingkah? Mualkah?” Tanya Laura sambil menjulurkan tangannya untuk memegang dahi Bima agar mengetahui, apakah Bima ada demam. “Ada yang kurang nyamankah?”
“ Nggak ada, Lauraku sayang. Aku hanya ingin duduk dan kita lanjutin obrolan kita.” Kata Bima sambil bangkit.
Sepertinya memang tidak ada efek bagi tubuhnya setelah pengambilan sumsum tulang belakang. Bima masih sangat segar. Benarkah ini karena efek ciuman yang kami lakukan?
“ Kenapa senyum-senyum?’ Tanya Bima yang kini telah duduk menyandar di kepala tempat tidur.
Laura hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Laura lalu mengeluarkan stetoskopnya kembali dan mendekat untuk memeriksa Bima. Saat Laura menundukkan kepalanya untuk lebih mendengarkan dengan seksama bunyi dari stetoskopnya itu. Bima kembali mencium pipinya dan berkata mesra.
“ Aku mencintaimu . Laura. Kamu satu-satunya wanita yang ada di hatiku.”
Dan ciuman ringan di pipi itu ibarat magnet besar yang kembali menarik Laura untuk mendekatkan dirinya dan mengecup bibir Bima dengan sayang. Mereka pun kembali berciuman dan melepaskan semua kerinduan di hati mereka. Aku juga selalu mencintaimu, Bima.