Kisah Bima

2393 Words
Jakarta, 1 bulan dari kepergian Laura, 23 tahun yang lalu. Bima lagi terpuruk di kamarnya dan sedang mencari-cari informasi tentang kampus-kampus di Eropah yang memberikan beasiswa ke mahasiswa Indonesia. Laura bilang dia mengirimkan aplikasi beasiswa ke universitas di Belanda untuk specialisnya , jadi semua kampus di Belanda mulai Utrecht sampai University of Groningen telah di telepon Bima dari telepon rumah. Papanya pasti akan menjerit kesal, saat tagihan telepon datang, bulan depan. Karena tagihan itu pasti melonjak tinggi sebab dipakai Bima untuk international call ke setiap kampus di Belanda untuk mencari Laura. Tapi semua usaha yang dilakukan Bima sia-sia, tidak ada nama Laura dari Indonesia yang tercatat sebagai penerima beasiswa di kampus-kampus tersebut. Bima jadi binggung. Ke mana Laura? Mengapa dia tidak ada di Belanda? Bima juga sudah bertanya ke BAU ( Biro Administrasi Umum ) Fakultas kedokteran, tapi mereka juga tidak tahu karena Laura mendapatkan beasiswa specialisnya bukan dari kampus. Laura apply secara pribadi. Eropah itu terdiri dari banyak sekali negara. Ke Eropah bagian mana, Laura pergi melanjutkan studinya? Bima mengacak-acak rambutnya putus asa. Ini adalah minggu terakhir dia bisa mencari Laura, karena awal bulan ini, Bima harus segera bekerja di kantor untuk mengurusi bisnis media papanya agar papanya bisa konsentrasi mengikuti pemilihan anggota Dewan. Papanya Bima, memiliki bisnis media berupa majalah dan koran harian terbesar nomor dua di Indonesia dengan reputasi yang lumayan baik dan beroplah hampir 10 juta eksemplar. Bima akan menjabat Direktur utama menggantikan papanya. Jadi pasti dia bakalan sangat sibuk bekerja siang dan malam. Bima sangat yakin dia mampu membesarkan perusahaan media itu menjadi lebih besar lagi dan papanya juga sangat percaya dengan kemampuan Bima. Pintu kamarnya tiba-tiba di ketuk. “ Masuk” Jerit Bima lesu. Di depan pintu wajah mamanya terlihat dari balik pintu. “Bim.. Yuk! Kita ke rumah Om Prasetyo. Ada hal penting yang akan dibicarakan papamu dengan beliau mengenai cara untuk mengamankan kursi di daerah pemilihan papa.” “ Om Prasetyo yang punya perusahaan Televisi Nusantara dan pemilik Bank DBC ? Dan juga Ketua Dewan?’Tanya Bima ogah-ogahan. “ Iya. Om Putra Prasetyo yang kaya raya dan ketua dewan itu. Kata papa, supaya bisa menang. Papa memerlukan bantuannya, karena dia lebih berpengalaman dari papa.” Kata mama. “ Pergi aja sendiri, Ma. Bima malas.” Kata Bima kembali membaringkan dirinya di tempat tidur. “ Ayolah, Bim. Uda sebulan ini kamu nggak semangat. Nggak usah dipikirin cewek itu. Kalau mencintaimu dia tidak akan lari begitu saja. Pasti dia akan mengabari dulu. Itu tandanya dia nggak cinta dan nggak menghargai dirimu. Bukan hanya dia cewek di dunia ini. Anak Om Pras juga sangat cantik loh. Menurut informasi yang mama dapat dari teman-teman arisan mama, anaknya Putra Prasetyo , baru balik dari Australia, karena sudah menyelesaikan kuliahnya.” Kata mamanya mencoba membujuk Bima. Semoga aja Bima mau ikut , karena sebenarnya, Aini yang menyuruh papanya Bima untuk berkunjung ke rumah Putra Prasetyo hari ini, saat mendengar Ratna Prasetyo baru kembali dari Australia. Kalau Bima bisa menikah dengan Ratna Prasetyo. Pasti bisnis mereka akan bertambah besar dan ayahnya Bima sudah pasti akan terpilih menjadi anggota Dewan karena berbesan dengan seorang Putra Prasetyo. “ Ayolah Bim, temenin papa dan mama. Biar kamu juga mengenal Om Putra Prasetyo. Itu baik untuk koneksimu loh. Sebagai pimpinan perusahaan kedepannya , kamu perlu mengenal banyak orang berpengaruh dalam politik dan ekonomi seperti beliau.” Kata mama Aini, mencoba lagi membujuk Bima. Bima sangat ingin perusahaan medianya sukses, sesuai janjinya kepada Laura dulu agar bisa segera melamar Laura untuk menjadi istrinya setelah Laura menyelesaikan specialisnya. Jadi aku akan tetap berusaha keras untuk sukses, agar Laura bisa mendengar kesuksesanku. Pasti namaku akan disebut-sebut sebagai pemimpin media termuda yang berhasil membawa perusahaan Media Global menjadi perusahaan beromzet milyaran rupiah. Mungkin itu satu-satunya cara agar aku bisa menemukan Laura. Biarkan Laura mendengar prestasiku dan dia akan kembali kepadaku suatu saat nanti. Bimapun menganggukkan kepalanya tanda dia setuju untuk mengikuti mama dan papanya pergi ke rumah Putra Prasetyo dan Aini Susilo Aditya, mama Bima langsung melonjak kesenangan karena rencananya akan berjalan mulus sesuai keinginannya. +++ Di rumah Putra Prasetyo yang mewah dan megah di Kawasan Widya Chandra. Ratna tampak menangis tersedu-sedu di depan papanya. “ Maafkan Ratna, Papa… Ratna minta maaf.” Putra Prasetyo menatap putri satu-satunya dengan nanar. Dia marah tapi tidak tahu harus marah kepada siapa? Sejak istrinya meninggal saat Ratna masih usia 12 tahun dan beberapa bulan kemudian, Putra menikah lagi dengan Silvia yang langsung hamil dan memberikan seorang bayi lelaki kepada Putra. Putra sama sekali tidak lagi memberi kasih sayang kepada Ratna. Ratna langsung dia kirim ke Singapura untuk melanjutkan sekolah dan setelah itu Ratna kuliah di Australia. Dia tahu kalau Ratna tetap di Indonesia, pasti Ratna tidak akan cocok dengan ibu sambungnya. Tidak ada anak yang bisa cocok dengan ibu tiri yang berusia sangat muda itu,yang lebih cocok jadi kakaknya daripada ibunya. Jadi lebih baik mereka hidup terpisah. Ratna jadi tumbuh tanpa bimbingan seorang ibu dan ayah, jauh di negara lain dan berakhir Ratna pulang dalam keadaan hamil. Tadi Ratna dengan terbata-bata memberi tahu ayahnya kalau dia hamil dari lelaki yang dikenalnya saat kuliah, tapi tidak mau Ratna sebutkan siapa dia. " Kenapa kamu tidak mencari lelaki itu untuk menyuruhnya bertanggung jawab?” Tanya Putra putus asa. “Dia juga uda terbang ke negara lain, papa. Aku tidak bisa lagi menghubunginya.” Kata Ratna tetap dengan air mata berderai. “ Jadi dia tidak tahu kamu hamil? Kamu one night stand dengan dia?” Tanya Putra mulai murka, tapi berusaha ditahannya. “ Dia tidak tahu aku hamil, tapi kami bukan one night stand. Kami pacaran papa. Cuma Ratna dan dia harus berpisah, karena dia ingin mengejar cita-citanya dan tujuan hidup kami tidak sama. Ratna ingin menikah dan punya keluarga tapi dia tidak mau menikah dan hanya ingin fokus ke karirnya. Jadi kami sepakat berpisah baik-baik. Saat itu, Ratna tidak tahu Ratna hamil, sampai Ratna pulang ke Indonesia. Ratna uda binggung karena uda dua bulan tidak menstruasi dan kemarin Ratna test pakai test pack, ternyata positif. Apa yang sebaiknya aku lakukan, papa? Aku gugurkan saja? Atau kupertahankan bayi ini, tapi itu pasti akan merusak nama baik papa. Atau aku kembali ke Australia dan melahirkan di sana?” Tanya Ratna pada ayahnya untuk mencari solusi. “ Tidak bisa. Kamu tidak boleh gugurkan! Itu bahaya, dan aborsi itu melawan hukum, kamu juga tidak bisa melahirkan sendiri di Australia. Papa tidak bisa melihatmu sendirian membesarkan anak di sana.” Putra menghela nafas panjang. Apa yang harus aku lakukan untuk anakku ini? Sudah puluhan tahun dia hidup sendirian di luar sana, sekarang dia pulang dan mengharapkan bantuanku sebagai seorang ayah. Jadi aku harus membantunya agar dia kembali bisa melanjutkan hidupnya sebagai putri k seorang Putra Prasetyo yang Ketua Dewan , pemilik Bank DBC dan pemilik stasiun televisi swasta Nusantara. Tiba-tiba, pintu ruang baca diketuk. Suara merdu dan lembut seorang wanita terdengar. “ Pi. Ada keluarga Aditya yang datang ingin berjumpa dengan papi.” Kata Silvia. Wajah Putra Prasetyo langsung merekah senang. Pasti yang dimaksud adalah Abimanyu Aditya, seorang pengusaha media yang ingin sekali terpilih jadi anggota Dewan. Dia juga berasal dari keluarga terpandang dan mempunyai perusahaan media cetak . Putranya yang akan meduduki jabatan direktur umum saat Abimanyu Aditya konsentrasi bertarung untuk dapat terpilih sebagai anggota Dewan. Baiklah sepertinya masalah Ratna ini bisa segera terselesaikan. Aku akan membuat keluarga itu menerima Ratna sebagai menantunya dengan mengawini putra mereka.Mereka pasti tidak akan berani menolaknya karena membutuhkan bantuanku. “Persilahkan masuk dulu, Mi , dan temani dulu mereka. Aku akan keluar sebentar lagi.”Kata Putra pada istrinya, Silvi yang mengangguk patuh dan langsung menutup pintu ruang baca itu. Putra Prasetyo langsung menatap putrinya yang masih tetap tertunduk sambil mengeluarkan air mata. “ Dengarkan Ratna, yang datang berkunjung adalah Keluarga Aditya. Mereka mempunyai anak tunggal seorang lelaki yang sangat kompeten dan akan mewarisi perusahaan papanya. Papa akan mengatur agar kamu bisa menikah dengan anak mereka secepatnya. Jadi tak ada yang tahu kalau anakmu lahir bukan dari benihnya. Bilang aja kamu lahiran premature nanti. Kamu harus ikut semua arahan papa. Jangan bantah lagi! Itu satu-satunya cara menyelamatkan nama baik papa dan nama baikmu.” Kata Putra tegas. “ Tapi apakah boleh seperti itu? Kalau suami Ratna akhirnya tahu, Bagaimana? Nggak mungkin dia begitu bodoh dan tidak mengetahui , kalau dia telah menikah dengan wanita yang sudah hamil.” Kata Ratna dengan binggug “ Jangan pikirkan itu dulu. Kamu harus pintar-pintar membuatnya percaya kalau memang dia yang membuatmu hamil. Lakukan segala cara agar dia mengaulimu di malam pertama dan pastikan dia tidak tahu kalau kamu telah hamil saat itu. Kalau dia pun tahu suatu saat nanti. Papa yakin, kita akan bisa menghandlenya dan keluarga itu juga tidak mungkin minta kalian bercerai, karena mereka juga mementingkan nama baik, apalagi kalau ayahya Bima. Abimanyu Aditya itu terpilih sebagai anggota dewan. Pasti mereka yang tidak ingin kalian bercerai .” Kata Putra Prasetyo berargumen. Ratna yang memang sangat binggung dengan kondisinya sekarang ini hanya bisa mengangguk patuh dan tidak berani membantah ayahnya. “ Hapus air matamu sekarang, dan balik ke kamarmu.Make up yang cantik lalu keluar menemui mereka.” Perintah Putra Prasetyo tegas kepada anaknya. Kembali Ratna hanya bisa mengangguk patuh. Putra berjalan keluar dari ruang bacanya dan berjalan dengan senyum lebar ke ruang tamu megahnya. Tampak di kursi sebelah kanan, seorang lelaki muda, berperawakan tinggi dengan sorot mata bersinar tegas. Lelaki muda ini, pasti putra Abimanyu dan duduk disebelahnya adalah istri Abimanyu dan di sebelah istirnya duduk, Abimanyu Aditya yang sudah dikenalnya. “ Apa kabar? Apa yang membuat kalian hari Minggu ini bisa berkunjung ke rumah kami?” Tanyanya ramah. “ Biasa Pak Putra, kami ingin memperkenalkan putra kami Bima Aditya, yang segera akan menjadi direktur di perusahanku Media Global. Mohon bantuan dan bimbingannya untuk Bima ya, Pak Putra.”Kata Abimanyu. “Oh. Pasti. Saya senang dengan anak muda yang bertekad kuat seperti Bima ini. Jangan sungkan ya, Bima kalau ingin meminta bantuan dari saya. Ngak gampang loh jadi pemimpin media cetak di usia semuda ini. Kamu pasti sudah dididik dan dipersiapkan sejak lama ya? ” Tanya Putra sambil menjabat tangan Bima. “ Iya, aku sudah mempersiapkan Bima dari dia kuliah, Pak Putra. Setiap pulang kuliah dan tiap Sabtu dan Minggu, Bima bekerja di perusahaan untuk belajar seluk beluk perusahaan dari tingkat terendah. Sampai jadi loper koran aja pernah dia jalani, untuk bisa tahu seluk beluk distribusi koran. Jadi tiap pagi, jam tiga subuh , Bima sudah bangun untuk mengambil koran jatahnya dan akan dia bagi ke rumah-rumah customer, sampai jam 6 baru bersiap-siap berangkat kuliah. Aku juga nggak mungkin menyerahkan perusahaan yang aku rintis untuk anak yang aku tidak tahu kemampuannya. Bima itu sungguh sudah sangat siap.” Kata Abimanyu Aditya dengan bangga. “ Wah! Hebat sekali. Om yakin, Bima pasti akan sukses. Aduh senangnya kalau Om bisa dapat menantu seperti Bima yang pekerja keras dan mempunyai kemampuan hebat juga berasal dari keluarga baik seperti keluarga Aditya.” Kata Putra, mulai mengeluarkan pancingannya. Pancingan itu langsung disambut Aini, mamanya Bima dan berkata. “Kami juga senang kalau bisa berbesan dengan Pak Putra. Suami saya pasti bisa terpilih dan usaha kami pasti akan lebih sukses dan besar. Bayangkan saja pemilik media cetak berbesan dengan pemilik media elektronik.” Kata Aini. “ Hahahaha. Iya Benar. Keluarga Aditya dan Prasetyo pasti akan sangat terkenal.” Kata Putra sambil tertawa lebar ,begitu pula dengan Aini dan Abimanyu. Hanya Bima yang wajahnya cemberut dan tidak bisa berkata apa-apa. Dari lantai dua rumah mewah ini, terlihat seorang gadis semampai turun dari tangga melingkar dan berjalan menghampiri mereka. Putra langsung mengenalkan anaknya. "Ini Ratna anakku, yang baru pulang dari Australia setelah menyelesaikan pendidikannya di sana.” Semua orang bersalaman dengan Ratna dan saling menyebutkan nama. Aini langsung mengelurakan kata-kata penuh pujian kepada anak Pak Putra itu. Betapa cantik dirinya. Betapa putih dan halus bagaikan pualam kulitnya. “Gimana Bu, uda ACC nih, jadiin Ratna menantu?’ Tanya Putra , kali ini dengan umpan yang lebih besar. “ Langsung saya ACC 100 persen, dapat menantu secantik dan selembut Ratna. Apa perlu kita tentukan tanggal pernikahannya sekarang?” Tanya Aini ceria dengan pancingan yang lebih besar lagi. Bima yang duduk di samping ibunya langsung mencowel pinggang Aini. Tapi Aini tidak mengubrisnya. Mendengar kata-kata ibunya yang sudah kebablasan, Bima langsung mengeluarkan suaranya tapi dengan sopan. “ Bima belum ingin menikah Ma. Mau membesarkan perusahaan dulu. Usia Bima juga masih muda, baru 23 tahun jalan 24. Masih panjang yang ingin Bima capai. Kalau sudah mapan dan perusahaan kita sudah tambah besar dan sukses , Bima baru mau menikah, Ma.” “ Itu kata-kata untuk orang susah , Bima. Yang harus mengumpulkan uang dulu untuk modal nikah. Kamu itu pewaris tunggal perusahaan besar. Tidak boleh berkata seperti itu. Kamu tetap bisa menikah dan menghidupi istrimu sambil tetap membesarkan perusahaanmu. Gini deh. Kalau kamu bersedia menikah sekarang dengan Ratna. Perusahaan TV Nusantara, langsung Om percayakan untukmu , biar kamu yang mengelolanya. Kalau sukses dan berhasil kamu besarkan dalam lima tahun, Om akan menyerahkan seluruh saham Om untukmu. Perusahaan TV Nusantara itu menjadi milikmu sepenuhnya.” Kata Putra langsung memberikan tawaran yang pasti tidak akan ditolak siapapun. “ Aku nggak mau Om. Meskipun om memberikan semua milik om, aku tidak mau menikah dulu Om.” Tegas Bima. “ Bima, jangan tidak sopan gitu dong. Pak Putra ini, kata-katanya bisa dipegang loh. Kamu pikirkan dulu deh. Mama yakin kamu pasti masih binggung sekarang ini, tiba-tiba mendapat durian runtuh, hadiah perusahaan TV sekaliber TV Nusantara. Boleh ya Pak Putra, aku nasehatin Bima di rumah. Aku senang kalau kita dalam sebulan ini bisa segera mantu . Biar untuk menaikan nama suami saya di dapilnya, yang pasti akan segera melonjak tinggi karena berbesan dengan Bapak Putra.” Kata Aini penuh rencana Abimanyu dan Putra Prasetyo, menggangguk anggukkan kepalanya. “ Iya Pak Abimanyu. Kita serahkan saja ya, masalah ini sama istri-istri kita. Mereka pasti yang paling mengerti urusan pernikahan ini. Bima, kata-kata Papi, tetap bisa kamu pegang ya. TV Nusantara akan menjadi milikmu kalau kamu menikah dengan Ratna.” Kata Putra sudah mengganti sebutan Om dengan Papi karena yakin, keluarga Aditya tidak akan bisa menolak tawaran super menguntungkan ini. Bima menatap mamanya dan tetap menggeleng-gelenggkan kepalanya tanda dia tidak mau menikah, tapi Aini dengan cueknya tidak membalas tatapan Bima. Ketiga orangtua itu kini tertawa-tawa bahagia. Ratna hanya diam dan duduk di depan Bima, sambil memandang lelaki muda berwajah tegas ini sambil berkata dalam hatinya. “Maafkan aku . Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD