Aku pernah merasakan hidup tanpa membutuhkan apa – apa lagi, meski diriku sebatang kara saat itu. Namun, mencintai seseorang yang telah menjadi Dunia bagiku, ternyata tidak cukup untuk membuat segalanya sempurna. Terlebih, ketika sosok itu memiliki mimpi di mana jika aku mengizinkannya itu berarti aku harus siap membagi Duniaku pada orang lain. Jika aku tidak mengizinkannya, sungguh aku adalah wanita yang jahat karena mengekang impian orang yang paling kucintai.
Bukankah cinta itu membebaskan?
Namun, luka – luka itu bermula saat dirinya mengejar impian.
Duniaku terbagi. Dia tidak hanya milikku, namun milik semua orang.
Segalanya berubah. Hingga aku tidak lagi mengenal Dunia yang dulu menjadi tempat sandaranku. Aku kehilangannya, kehilangan rasa memiliki, kehilangan rasa mencintai.
Apakah kau pernah merasakan saat di mana pergi dari Dunia adalah jalan terbaik? Aku pernah ada di titik itu. Hingga akhirnya kuputuskan untuk pergi dari Duniaku. Dunia yang pernah mewarnai hari – hariku.
Tapi aku tidak sendiri.
Maka, kuputuskan sudah. Tidak lagi aku mencari Dunia. Aku akan menjadi bintang, yang bersinar untuk satu – satunya makhluk yang kucintai saat ini. Jika beruntung, aku akan menemukan bintang lain yang ikut menyinarinya.
Namun, tidak masalah bagiku. Aku lah bintang terang yang akan menyinari Duniaku yang baru.
•••