Dua keluarga itu memutuskan untuk bertemu sekaligus menjernihkan pikiran, tentunya tanpa kehadiran anak mereka yang sedang bermasalah. Kecuali Keysha, gadis manja itu selalu mengekor kemana saja mamanya berada. Meskipun dia sudah kuliah sekarang.Tempat yang mereka datangi adalah sebuah danau lengkap dengan spot untuk memancing dan membakar ikan.
Saat ini Shane dan Rio duduk di kursi khusus memancing dengan tangan memegang joran (alat pancing) yang kailnya belum bergerak karena dimakan ikan satupun.
Hingga Thea dan Sabrina yang memang sudah lelah dan lapar memutuskan membeli ikan mentah ke pedagang disitu dan membakarnya.
Tugas bakar membakar diserahkan ke Bono dan Amina, Istrinya yang sengaja dibawa Thea untuk ikut piknik ala mereka. Sementara Keysha asik dengansmartphonenya yang sedang mengedit foto untuk dikirim ke akun i********:.
Akhirnya sampailah mereka di pembahasan mengenai putra-putri mereka, awalnya hanya sebuah basa-basi hingga ke percakapan serius.
“Sebenarnya aku gak keberatan kalau mereka menikah, lebih bagus lagi kalau bersamaan, gimana menurut kalian?” Shane memutar kepalanya menghadap ke Rio dan Sabrina.
“Yah, kami juga sependapat, kami sudah mengutarakan itu ke Kevin dan Kinara, tapi nampaknya mereka tidak setuju. Terutama Kinara, dia berfikir ke depannya nanti. Apa tanggapan orang-orang mengenainya? Yah kalian tentu mengenal Kinara, selama ini wanita itu sangat menjaga imagenya.” Sabrina menghela nafas panjangnya, sementara Rio masih bengong, hingga Sabrina menyikutnya.
“Kenapa suami kamu?” Selidik Thea yang memang merasa ada yang ganjil dengan Rio, karena pria yang biasanya cerewet itu mendadak bungkam seharian ini.
“Entah, semenjak kejadian di restoran itu dia jadi pendiam.” Sabrina mengusap punggung Rio dan tersenyum getir, Rio hanya membalas senyumnya singkat dan kembali menatap pelampung pancingnya.
“Kalau ada masalah cerita Yo, biar kita selesain sama-sama,” Kali ini Shane yang menimpali. Rio hanya menggeleng dan tersenyum.
“Gak ngerti mau mulai ceritanya dari mana?” Rio akhirnya menolehkan kepala ke arah Istrinya, dan mata itu lagi-lagi menatap sendu pada wanita yang sangat dicintainya.
“AAAAAAAAAAkkkk TIDAK!!! Mama Papa!!” Keysha menjerit sambil berjalan cepat ke arah kedua orangtuanya, kakinya bahkan sempat tersandung tadi.
Dia menyerahkan handphone yang mempertontonkan sebuah akun Lambe-Lambean paling nyinyir sejagad raya, sedang memberitakan Kinara.
Dengan ucapan seperti ini :
‘Duwh Emak baru dapet kabar nih, ternyata dokter cantik sekaligus pewaris rumah sekong besar se Indonesia Raya itu tega menghancurkan hubungan kakaknya si pria tampan perut sobek a.k.a Kevin yang konon katanya sudah bertunangan dengan Marsha pemilik perusahaan Hotel and Travel terpopuler itu.
Kalian tau gak gimana cara si dokter yang terlihat kalem itu menghancurkannya? Ayoo tebak,, ah lama yey! Dia mengakui hubungannya dengan Marchell alias kakak kembar Marsha yang gantengnya uhlala bikin iler emak-emak netes kalau melihat wajahnya. Hmmm ada udang dibalik batu yey, kasian lah Marsha dan Kevin karena kelakuan minus adiknya itu.
Duhh kayak gak ada cowok lain ya, masa sodara calon kakaknya diembat juga, atau jangan-jangan dua keluarga itu memang merencanakan ini? Agar harta mereka gak jauh-jauh cyyynn tersebarnya, secara para konglomerat itu kan sudah biasa melakukan pernikahan bisnis! Iya gak?’
Lengkap dengan foto ketika keluarga mereka melakukan perjamuan makan malam yang akan membahas pernikahan Marsha dan Kevin beberapa waktu, di foto itu terlihat Kinara yang menangis dan berdiri, sementara pandangan semua mata tertuju padanya.
Diyakini foto itu diambil oleh salah seorang karyawan restaurant mewah tersebut atau paparazi yang secara tidak sengaja melintas dan mengabadikan moment berharga tersebut. Entahlah.
Yang jelas beberapa menit setelah foto itu di posting, banyak sekali web yang menebarkan berita-berita yang membuat panas siapapun yang membacanya.
Lalu munculah akun-akun fake yang ikut mengkompori dan memperkeruh suasana. Kinara pasti sedang kalut sekarang.
Bono mendengar instruksi dari Shane segera mengambil mobil di parkiran, sementara Rio dengan wajah yang semakin pucat mengambil mobilnya sendiri karena dia memang tidak membawa supir pribadinya. Mereka berpisah dan saling memeluk.
Di mobil Shane yang masih penasaran langsung membuka portal berita online. Berita mengenai Kinara menjadi pencarian nomor satu saat ini. Dan diapun menemukan berita di pencarian kedua mengenai Marsha anaknya.
Berita disitu menjelaskan dari sisi yang berbeda, meski masih sama-sama bergenre “Kompor Meleduk,” karena disitu tertulis kalau Marsha lah yang mendekati Kevin saat saham perusahaannya merosot dan mereka menandatangani kontrak untuk Kevin membeli saham itu dengan menukar hubungannya alias melalukan pernikahan bisnis demi menaikkan saham perusahaan.
Mata Shane memanas, dia mencengkram kursi mobil yang didudukinya, sementara Thea mengusap tangan yang memutih itu.
“Selama ini, kamu tahu kan aku gak pernah ngajarin anak-anak untuk berlaku seperti itu. Kamu gak percaya sama berita ini kan?” Shane memutar kepalanya menghadap ke Thea, wanita itu hanya menggeleng. Apalagi yang kini dihadapi anaknya? Mengapa masalah jadi sepelik ini?
***
Kevin menjemput Kinara dari rumah sakit, di pelataran rumah sakit sudah banyak wartawan yang berdiri dihalau pihaksecurity, mereka ingin mendapat keterangan langsung dari Kinara. Biar bagaimanapun Kinara sekarang adalah tokoh yang sangat terkenal terlebih semenjak syuting acara talkshow dengan rating tinggi tersebut. Membuat namanya semakin melejit bak artis papan atas.
Kinara digandeng Kevin memasuki mobil Sport miliknya, diterpa dengan kilat dariblizt kamera para paparazzi yang tidak ingin melewatkan moment ini, beberapa awak media terang-terangan melesek maju dan ingin menyentuh Kinara, suara mereka layaknya lebah berdengung di telinga dua kakak beradik itu.
Kevin bahkan harus mendorong beberapa kameramen yang sudah mulai mencolek punggung Kinara karena masih bungkam. Dengan sekali hantakan kameramen tersebut mundur beberapa langkah. Lalu dia merangkul Kinara keluar dari kerumunan itu, dan menghelanya masuk ke mobil.
Dan Kevin memutari mobil untuk duduk di kursi kemudi, para wartawan itu masih mengerubungi mobilnya, dan Kevin mulai tak sabar, ditekannya klakson keras-keras. Hingga pihak security mulai membuat pagar dari tubuh mereka untuk memberi akses jalan bagi mobil Kevin.
Setelah jalanan terbuka Kevin langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
“Kamu gak apa-apa?” tanya Kevin melihat Kinara, sementara Kinara hanya menggeleng sambil menunduk melihat ke arah tangannya yang dipangku. Hingga tangan Kevin menggenggam jemari Kinara erat.
“Maaf ya, aku terlalu egois beberapa hari ini. Gak sadar kalau kamu juga terluka.” Kevin mengambil tangannya kembali dan mengusap kepala adiknya. Dia menyadari memang jauh lebih dekat dan terbuka dengan Keysha, namun itu tidak berarti kalau dia tidak menyayangi Kinara, karena baginya mereka berdua adalah saudara yang perlu dilindunginya.
Tanpa bisa ditahan air mata mengalir begitu saja dari sudut mata Kinara, dia bahkan terisak.
“Hey, kenapa? Udah gak apa-apa, kita aman dirumah. Yah..” Kevin masih mengusap pucuk kepala Kinara, selama ini bahkan dia tak pernah melihat adiknya menangis, tapi sekarang dia menyaksikan Kinara yang rapuh, sudah kedua kalinya dalam beberapa hari ini dia melihat adiknya menangis, saat Makan malam keluarga dan saat ini.
“Thanks ka,” Kinara mengelap air matanya dengan tissue dan tersenyum ke arah Kevin yang membalas senyum itu dengan lebih lebar. Pernah terbersit dalam fikirannya mengapa adik kecilnya ini sangat egois, menghancurkan kebahagiaannya begitu saja. Namun dia sekarang sadar, bahwa tak hanya dirinya yang terluka. Bahkan mungkin luka yang mengendap di hati Kinara jauh lebih besar.
***
Marsha dan Kinara memutuskan untuk bertemu dan membahas hal yang sudah merugikan mereka berdua akibat pemberitaan media yang menyeramkan itu.
Mereka memilih duduk di pojok restaurant milik Marchell di lantai duanya, agar tidak terlihat awak media atau orang lain yang bisa saja membocorkan pertemuan mereka.
“Kamu tahu gak siapa yang menyebar berita ini?” Marsha meminum kopi di hadapannya, sementara Kinara membuka handphone dan memperlihatkan chat yang dikirim seseorang padanya.
“Afya, kamu inget kan cewek di SMA yang pernah labrak aku? Fansnya Marchell, nih chatnya.” Kinara menyodorkan handphone itu yang dibaca dengan suara keras oleh Marsha.
“Hai Kinara, gimana rasanya jadi orang yang populer? Pemberitaannya menjadi pencarian nomor satu di jagad raya, senang kan? Harusnya elo bilang makasih ke gw karena bantu lo biar lebih tenar, duh bentar lagi pasti banyak tawaran dari stasiun tv lain untuk wawancara ya? Selamat deh untuk lo.. makanya jadi orang jangan belagu dong, enak kan rasanya!” Marsha mengepalkan tangan karena kesal, lalu dia meminum coklat itu sampai tandas.
“Gara-gara aku nolak jadi bintang iklan lotion pemutihnya, dia marah dan yah jadi seperti itu. Dia pasti udah nyewa orang buat mata-matain aku selama ini, kamu tahu kan Sha, dia dendam banget sama aku dari dulu karena deket sama Marchell.”
“Kita harus kasih dia pelajaran Nar, jangan diem aja. Ayo ikut aku!” Marsha menarik tangan Kinara dengan paksa, tak perduli tatapan memohon dari wanita itu.
Dia bukan tipe kalem seperti Kinara yang terima saja jika diinjak-injak. Maka dengan secepat kilat Marsha mengetik pesan ke temannya untuk mencari tahu alamat Afya sekarang.
Diapun mengemudi mobil dengan kecepatan tinggi. Tak sampai setengah jam mereka sudah sampai di parkiranapartmen mewah milik Afya.
Marsha menekan bel di hadapannya, sambil menarik tangan Kinara agar tidak menghadap ke pintu, dia yakin ada kamera terpasang di pintu itu sehingga Afya bisa saja tidak akan membukanya jika melihat Marsha yang datang.
Pintu itupun terbuka, tampak sosok Afya yang mengenakan baju santainya. Sementara Marsha dan Kinara menghadap arah sebaliknya.
“Siapa ya? Ada perlu apa?” tanya Afya, barulah Marsha membalikkan tubuhnya memberikan tatapan intimidasi dan ekpresi judes terhadap wanita di hadapannya.
“Gw! Lo masih inget gw!” Marsha maju selangkah sementara Afya mundur tiga langkah, bahkan tangan Afya agak gemetar hingga tidak mampu menutup pintu yang justru memudahkan Marsha dan Kinara meringsek ke dalam.
Afya terus mundur hingga kakinya tersandung sofa dan terjatuh diatasnya.
“Tutup Nar!” perintah Marsha, yang langsung dituruti oleh Kinara untuk menutup pintu itu.
“Kak Marsha! Ada apa kak? Kakak tau apartmen aku dari mana?” bahkan Marsha bisa mendengar suaranya yang bergetar karena takut.
“Lo masih inget gw dulu pernah jadi pengurus OSIS kan! Dan elo tau klo gw aktif di grup alumni dari angkatan pertama kan! Gak susah cari alamat cewek sengak kayak lo!”
Afya menarik nafas panjang dan berdiri mensejajari tubuhnya dengan tubuh Marsha, sementara Kinara hanya berdiri di sampingnya sambil sesekali melirik ke arah pintu dan menyelidik ke seluruh ruangan.
“Terus mau kalian apa?”
“Eh berani lo sama gw!”
“Ya, gw berani! Gak ada yang perlu ditakutin dari lo!” Afya membuang semua rasa takutnya ke Marsha, dulu dia boleh takut karena dia adik kelasnya dan dia tahu kalau Marsha punya banyak teman di SMA, tapi sekarang? Marsha bahkan datang hanya dengan cewek lemah gak guna itu, jadi dia tak perlu takut dengan mereka.
Tangan Marsha menjambak rambut Afya dan menariknya kebelakang.
“Eh gw ingetin ke lo ya! Jangan sekali-kali lo rusakin reputasi keluarga gw lagi! Urusan keluarga kita ya jadi urusan kita! Kenapa jadi elo yang ikut campur! Gw gak suka ya dengan cara picik lo!” sekuat tenaga Afya melepaskan cengkraman tangan Marsha di rambutnya, namun wanita itu masih tak jua mau melepas genggamannya, bahkan dia menyadari kalau beberapa helai rambut Afya pasti sudah tercabut dari akarnya.
“Terus lo maunya gw ngelakuin cara bar-bar kayak elo!” Afya berhasil membuka cengkraman tangan Marsha di kepalanya. Tangan Marsha yang terlepas justru memudahkannya untuk mendaratkan tamparan secara cepat dan keras ke pipi Afya.
Wajahnya pias karena menahan pedih, bahkan pipinya sudah memerah karena tamparan yang cukup keras dan tiba-tiba dari Marsha.
“Elo! Gw bisa nuntut lo atas hal ini!” Afya mengusap pipinya, sementara matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis dan sakit.
“Gw juga bisa nuntut lo atas banyak pasal, pencemaran nama baik, perbuatan tidak menyenangkan oiya dan satu lagi! gw bisa nyebarin video porno yang lo buat di hotel gw! Karna karyawan gw gak sengaja nemu disk video itu dibawah ranjang hotel. Mau lo!” wajah Afya mendadak pucat ketakutan, sementara keringat dingin mengalir dari keningnya.
“Mulai sekarang jangan pernah ganggu kehidupan keluarga gw dan Kinara ngerti lo!” Marsha membalikkan tubuh setelah menuding Afya dengan telunjuknya dia berniat membuka pintu ketika suara Afya menghentikan langkahnya.
“Kebahagiaan lo udah hancur karna cewek di belakang lo Sha! Buka mata lo! Klo dia gak hancurin hubungan kalian, mungkin lo dan Kevin udah bahagia sekarang!” mata Kinara membelalak melihat Marsha yang mengepalkan tangannya, dan dengan cepat wanita itu membalikkan tubuhnya berjalan ke arah Afya lalu mendaratkan tamparan di pipi yang sebelahnya.
“Gw udah peringatin lo sekali ya! Jangan sampai tangan gw bikin tanda lagi di muka hasil operasi plastik Lo!!” desis Marsha tajam, bahkan suaranya terdengar sangat menakutkan. Dia langsung berjalan sambil menarik tangan Kinara.
“Jangan dengerin orang gila Nar!” Marsha membanting pintu apartemen Afya dengan kencang dan meninggalkan gedung itu. Di lift barulah tangannya melepas tangan Kinara.
“Beneran si Afya bikin video porno?” barulah Kinara menyuarakan rasa penasarannya yang ditahan dari tadi, membuat Marsha terkekeh geli.
“Gosipnya sih gitu,”
“Jadi.... kaset itu.”
“Bohong.” Marsha memeletkan lidahnya dan berjalan ringan ke arah mobil sementara Kinara menggelengkan kepala melihat aksi konyol Marsha. Dalam hati dia mengagumi perbuatan Marsha yang tidak takut apapun dan dia menyadari kalau selama ini Marsha sebenarnya lebih dari saudaranya karena sering melindunginya.
Sedikit banyak ucapan Afya tadi menimbulkan rasa bersalah di hati Kinara, kalau saja dia tidak lancang merusak acara makan malam saat itu, mungkin benar bahwa Marsha dan Kevin sudah bahagia sekarang.
Dia merasa bodoh sekali, seharusnya dia tetap menjadi Kinara yang kalem dan menyembunyikan semuanya seorang diri. Bukan Kinara yang egois yang justru menghancurkan semuanya.
Tapi nasi sudah menjadi bubur, dia pun tahu tak mampu kembali ke masa itu, meskipun dia ingin sekali dapat memutar waktu. Mungkin jika bisa, dia ingin berpura-pura tidak mempunyai hubungan dan perasaan terhadap Marchell.
***