Rencana pernikahan

1702 Words
Keesokan hari nya ketika Radit ingin bersiap siap berangkat kerja, ayahnya tiba tiba memanggilnya, mengajak nya mengobrol mengenai maksud Hendra semalam. "Radit.. ayah ingin bicara sama kamu" "Ada apa yah?" Radit bertanya sembari mengikat rambut nya lalu ikut duduk di sebelah ayahnya. "Semalam Hendra telah mengutarakan niat nya.. ia ingin kamu menjadi menantu nya, menikahi anaknya Elena" Bola mata Radit membulat seketika, ia terkejut dengan apa yang tengah ayah nya bicarakan. "Bagaimana bisa yah? Pak Hendra itu baru satu kali ngobrol dengan ku, Bagaimana bisa ia yakin untuk menjadikan aku menantu nya?" "Itu juga ayah kurang paham.. yang ayah tau, ia begitu menginginkan kamu menerima perjodohan ini" Radit terdiam, pikiran nya penuh dengan pertanyaan, lalu Rudi membuyarkan lamunan Radit. "Pikirkanlah dit.. Hendra orang baik, bukankah kamu sangat beruntung mendapatkan mertua seperti nya?" "Baiklah yah.. nanti akan ku pikirkan dahulu" Radit menggapai tangan ayah nya lalu menciumnya, kemudian ia bergegas untuk berangkat menuju kantor. Tak butuh waktu lama akhirnya Radit telah sampai di kantornya, di lihatnya beberapa berkas menumpuk di atas meja nya, ini hari kedua nya ia bekerja di kantor ini, tapi kenapa begitu banyak pekerjaan yang di berikan padanya. "Radit.. bu Elena ingin kamu menyelesaikan semuanya sebelum jam makan siang" Siska menghampiri Radit memberikan pesan Elena padanya, sembari ia mencuri pandang kearah Radit, ia begitu tampan hari ini, Siska menggumam. Radit mencoba mempelajari semua berkas tersebut lalu langsung mengerjakan nya. Seperti keinginan Elena, semua berkas telah siap sebelum jam makan siang. Radit mengetuk pintu ruangan Elena sambil membawakan berkas berkas yang telah ia selesaikan. Begitu masuk keruangan Elena, ia menghirup semerbak aroma di ruangan tersebut, sangat harum dan juga manis terasa di hidungnya. "Permisi bu Elena, ini berkas yang ibu minta saya kerjakan" "Taruh saja di sana" Elena menunjuk ke arah meja kacanya, lalu ia bangkit dari kursinya, membuka satu persatu berkas yang telah di kerjakan Radit. "Apa apaan ini?!" Elena melemparkan berkas tersebut ke arah Radit. ia seperti bersiap ingin menerkam Radit. "Kerja begini saja kau tidak becus!" Radit memungut berkas yang berada di bawah kaki nya, ia baru merasakan amarah Elena, ia menatap Elena, cantik.. Elena bahkan terlihat begitu cantik ketika sedang marah. "Maaf bu.. dimana letak kesalahannya? biar saya perbaiki lagi" "Hah dasar! ntah darimana ayahku memungut mu?! sehingga pekerjaan mudah seperti ini saja kau tak tau" Elena memaki Radit, ia tak menyukai Radit walau pun ia mengakui ketampanan Radit. ia berpikir kalau Radit akan seenaknya bekerja karna ayahnya. Elena tak menyukai siapapun yang mencoba mendekati ayah nya untuk mencari keuntungan semata. "Sekarang keluar! kerjakan kembali dari awal!" Radit terdiam, muka ny memerah, di ambilnya asal berkas berkas yang ia kerjakan tadi. ada rasa panas dalam hati nya, bagaimana bisa Pak Hendra berpikiran ingin menjodohkan nya dengan wanita yang betul betul tempramental seperti Elena. Radit pun segera mengerjakan nya kembali, kali ini ia meminta untuk Tiar mengajari nya, setelah ia kaji ulang ternyata kesalahannya hanya sedikit, ia hanya lupa memberikan contoh program terbarunya. Radit lalu mengantar kembali ke ruangan Elena, meletakkan ke meja kaca tadi, Elena tampak sedang ketiduran sembari melipat tangan nya di atas meja kerjanya, wajahnya menghadap ke samping, beberapa helai rambut ny menutupi wajah nya. Radit menatap nya setelah ia menaruh diam diam berkas tadi. dilihatnya Elena secara seksama, wajah itu begitu teduh, tapi kenapa Elena bisa mempunyai sifat demikian buruk. Radit tersadar, lalu ditepisnya pikiran aneh yang merasuk ke otak nya. ia bergegas keluar ruangan Elena secara diam diam. ****** Sore hari ketika begitu sampai di rumahnya, Radit langsung menemui ayahnya. ia ingin menjawab apa yang ayahnya sampaikan kepadanya pagi tadi. "Yah.. setelah Radit berpikir, Radit bersedia dijodohkan dengan Elena, anak Pak Hendra" Radit menunduk, ia tau jalan yang ia pilih pasti tidak mudah, tapi hati nya begitu penasaran dengan Elena. "Alhamdulillah.. ayah juga setuju jika berbesan dengan Hendra, ayah yakin pasti Elena juga sebaik ayahnya" Rudi begitu sumringah, Radit hanya bisa tersenyum melihat ayahnya yang menyangka bahwa Elena sebaik ayahnya. Tanpa butuh waktu lama, Rudi langsung menelepon Hendra via telepon. "Halo Hendra.. Radit, anakku menyetujui perjodohan ini" Hendra begitu gembira mendengar berita ini, lalu ia pun berjanji akan segera memberitahu anaknya nanti. Malam menjelang, makan malam pun telah usai, Hendra memanggil Elena untuk duduk dengan nya. "Elena, ayah sudah memutuskan, akan menikahkan mu dengan lelaki pilihan ayah, dia anak teman ayah, ayah yakin pasti dia lelaki terbaik yang bisa menjadi imam mu" Elena terkejut, menatap ayahnya dalam dalam. bagaimana bisa ayahnya menjodohkan nya tanpa bertanya dulu padanya. "Rlena tidak mau yah! Elena tidak suka ayah jodoh jodohkan!" Elena beranjak dari sofa, lalu melangkahkan kaki nya ingin meninggalkan pembicaraan. "Elena! dengarkan ayah.. jika kamu tidak bersedia, ayah pastikan seluruh kekayaan ayah akan ayah wakafkan untuk anak yatim piatu!" Mendengar ancaman ayahnya, Elena pun menghentikan langkahnya, ua tau ayahnya ttidak pernah msin msin skan perkataannya. "Kamu setujui pernikahan ini atau kamu akan kehilangan segalanya" "Baik.. kalau itu yang buat ayah bahagia, Elwna setujui pernikahan ini, tapi ayah harus ingat, jika nanti pernikahan ini gagal, jangan salahkan aku" Elena langsung berlari sembari menyeka air matanya, ia benar benar terkejut dengan keputusan ayahnya. ****** Pagi menjelang, Elena melihat ayah nya telah duduk di kursi meja makan. ini kesempatan nya mengajukan persyaratan tentang pernikahan nya. "Ayah.. Elena ingin mengajukan dua syarat mengenai pernikahan ini" Hendra yang tengah makan langsung berhenti. "Apa yang kamu inginkan?" "Yang pertama aku ingin pernikahan ini di rahasiakan, yang kedua aku ingin setelah menikah aku ingin pindah ke apartemen ku" Selesai berbicara Elena langsung keluar berjalan menuju mobilnya. Hendra hanya terdiam, dia tak habis pikir, apa yang akan direncanakan oleh putri nya tersebut. Namun Hendra merasa permintaan tersebut tak begitu memberatkan nya, di banding ia harus menggagalkan pernikahan ini. Di perjalanan Elena menatap keluar jendela mobilnya, ia sebenarnya cukup gelisah, ia terus memikirkan siapa yang akan dijodohkan dengannya. Bagaimana wajah dan sifatnya. Pertanyaan itu terus berkecamuk di pikirannya. tapi ia enggan bertanya kepada ayahnya, ia seakan tak peduli, bahkan jika Pria itu adalah seseorang yang buruk, itu akan menguntungkannya untuk segera meminta cerai. Elena pun tiba di kantornya, tapi ia langsung menuju kantin untuk memesan Kopi aren dan Roti Toast kesukaannya. pagi ini ia begitu malas untuk makan bersama ayahnya. Setibanya di kantin Elena langsung ke stand yang ia maksud, lalu memesan minuman beserta makanan nya untuk di antarkan keruangannya. Ketika berbalik tanpa sengaja mata nya tertuju pada Siska dan Radit yang tengah sarapan berdua. 'Cihhhhh mereka berdua memang cocok, sama sama tak punya etika berpacaran di tengah orang ramai seperti ini' Umpat Elena dalam hati melihat asusten dan staf nya duduk berdua. Elena langsung pergi berjalan menuju Lift, ruangan nya berada di lantai 7, Perusahaan ini mempunyai 15 lantai, sedang ruangan ayah nya berada di lantai 12. bangunan perusahaan ayah nya ini tidak begitu tinggi seperti perusahaan lain nya yang bisa mencapai 30 lantai lebih. Tapi perusahaan ini cukup luas, bahkan sangat luas karna mencakup pabrik produksi nya juga di area yang sama dengan perusahaan tersebut.. Setiba nya ia di ruangannya, Elena langsung menelepon Siska. "Siska, segera keruangan saya" Tanpa menunggu jawaban Siska, Elena langsung mematikan ponsel nya. Tak butuh waktu lama Siska telah sampai ke ruangan Elena. "Ada yang bisa saya bantu bu?" "Kau.. berpacaran dengan Radit?" Pertanyaan Elena membuat Siska tersenyum malu, Bos nya ini ternyata memperhatikan diri nya. "Tidak bu, kami cuma berteman" "Hmmp bagus lah kalau begitu, kalau pun kalian ternyata berpacaran, jangan sampai mengacaukan perkerjaan mu" Elena mengibaskan tangan nya menyuruh Siska untuk segera keluar. Yah.. memang ia akui, Radit begitu menarik, Tapi ia bukan tipe nya, ia begitu mengidamankan lelaki yang setara dengan dirinya. Beberapa jam kemudian Radit mengetuk pintu Elena, ia mengantarkan beberapa berkas untuk di tandatangani oleh Elena. Radit duduk menghadap Elena yang tengah sibuk menanda tangani berkas berkas nya. di tatap ny dengan seksama, wanita di hadapan nya ini begitu cantik, ia memiliki bibir yang ranum dan pipi yang begitu menggoda untuk di cium. Radit berpikir, apa Elena tidak mengetahui tentang perjodohan dengan diri nya? Elena merasakan jika Radit begitu memperhatikan nya, dan ia tak suka hal itu. "Tolong kendalikan mata mu Dit" Elena membuyarkan tatapan Radit. "Taukah? jika ibu menggeraikan rambut ibu pasti akan lebih cantik" Radit mencoba peruntungan nya. Selama ini memang Elena selalu memakai hairnet untuk rambut nya yang indah itu. "Hah Radit.. Radit.. Kau kira aku tidak tau pria seperti apa diri mu? yang dengan mudah memuji wanita" Elena menepis perkataan Radit. ia sangat yakin jika Radit sama seperti pria di luar sana, karna mempunyai wajah yang tampan dan bertubuh goodlooking pasti akan sangat mudah mendapatkan perhatian dari semua para gadis. 'Dasar buaya..' Elena membatin. "Aku serius Elena.. kau sungguh cantik jika membiarkan rambut mu tergerai" Radit makin berani, hingga membuat Elena membelalakan mata nya. "Keluar dari ruangan ku! bawa sekali berkas ini pergi" "Baik Ibu Elena, tapi pikirkan lah ucapanku" Radit tersenyum sembari mengambil berkas yang telah di tandatangani Elena, ada rasa kesal dalam hati nya, berani sekali anak baru itu mencoba menggoda nya. ****** Hari telah malam, Radit pun telah sampai rumahnya, hari ini ia lembur, begitu banyak pekerjaan yang di berikan Elena, pasti Elena merasa kesal sehingga membalas dendam kepada radit karna ucapannya tadi. "Radit.. Ayah mau bicara masalah pernikahan mu" Radit langsung duduk di sebelah ayah nya, ia begitu tak sabar mendengar ayahnya membicarakan pernikahan nya. "Tadi Pak Hendra menelepon ayah, ia mengatakan bahwa Elena ingin pernikahan ini di rahasiakan nya" "Apa yah? kenapa harus di rahasiakan" Radit kaget karena berita yang di sampaikan sang ayah. "Elena masih ingin mengejar cita cita nya, ia tak ingin kabar pernikahan nya ini mengganggu kariernya. Yaaa ayah sih memaklumi, ia hampir berada di puncak karier, jika publik mengetahui ia sudah menikah, di takuti karier nya akan meredup" Rudi mencoba menjelaskan, Radit hanya terdiam memikirkannya, tak mungkin bagi nya untuk membatalkan pernikahan ini, karna ia takut pak Hendra akan marah besar kepada ia dan ayah nya. "Baik lah yah, jika itu yang ia inginkan" Radit menyetujui. "Kamu harus banyak bersabar, pak Hendra berjanji jika Elena siap untuk mengungkapkan pernikahan kalian, ia akan membuatkan pesta yang begitu meriah untuk kalian" "Iya yah.. Radit ke kamar dulu ya yah" Radit beranjak dari tempat duduk nya menuju ke kamar nya. "Elena.." Radit menghela nafas menyebutkan nama Elena, ia akhir nya sadar, Elena bukan seperti yang dipikirkan nya, ia begitu jauh dari jangkauannya. ____________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD